Mohon tunggu...
Bang Pilot
Bang Pilot Mohon Tunggu... Konsultan - Petani, penangkar benih tanaman, konsultan pertanian.

Nama asli : Muhammad Isnaini. Tinggal di Batu Bara, Sumut. Hp/wa.0813 7000 8997. Petani dan penangkar bibit tanaman. Juga menjadi konsultan pertanian lahan gambut. Pemilik blog : http://bibitsawitkaret.blogspot.com/ . Menulis apa saja yang bisa bermanfaat.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Ada 'Batu' dalam Pupuk Subsidi

9 Maret 2014   00:05 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:08 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Beberapa hari yang lalu penulis membeli sekarung pupuk SP36 bersubsidi di salah satu distributor pupuk.

Harganya rp.130.000/sak @50kg.

Penulis lalu melarutkan segenggam pupuk itu dengan sedikit air, untuk campuran air siraman bibit aren yang penulis tangkar.

Namun aneh bin ajaib, sebagian besar dari pupuk itu tidak mau melarut, meski sudah diaduk lumayan lama.

Penulis lalu menyaring larutan pupuk tadi, dan hasilnya cukup mencengangkan. Ada banyak material mirip
pasir dan batu tersisa. Material itu kerasnya pun mirip dengan kerasnya batu takkala dicoba dihancurkan
dengan palu. Dan setelah dihancurkan, tetap saja tak mau dilarutkan dengan air.

Apakah ada pemalsuan isi pupuk? Ataukah ini disengaja? Atau hanya pupuk yang penulis beli saja yang
bernasib begini?

Penulis lalu mencoba menemui beberapa teman petani. Lalu menanyakan tentang keganjilan ini.

Ternyata mereka semua sudah tahu, bahwa ada semacam batu di dalam pupuk SP36 bersubsidi yang mereka
beli dan pakai. Mengapa masih tetap pakai? Yah, mau apa lagi. Mau gimana lagi? Petani kecil tak
punya banyak pilihan.

Sebagian teman petani malah mencurigai kalau pupuk urea bersubsidi yang diedarkan, telah
dicampur dengan garam.

Ketika digoogling, ternyata pupuk SP36 adalah pupuk phosfat yang dibuat dari batuan phosfat.

Tetapi, apakah ini berarti pupuk itu memang wujudnya, sebagian, adalah berwujud seperti material
batu yang tak larut dalam air? Jika tak bisa larut dalam air, lalu untuk apa dipupukkan ke tanaman?

Pupuk bersubsidi memang murah. Namun agak lucu juga kalau kami petani terpaksa membeli,
memikul lalu menaburkan pupuk  bermaterial sesuatu yang mirip batu ke tanaman kami.
Dan persentase material mirip batu itu, cukup besar. Mungkin lebih dari separuh.
Kalau begitu, tak heran, jika hasil panen kami jauh dari yang diharapkan.

Hai pejabat berwenang, apa yang sebenarnya terjadi? Apa yang kalian lakukan kepada kami,
petani kecil yang tak  berdaya ini?

Apakah kami ditipu? Atau cuma dibodoh-bodohi? Eh, atau, kami memang bodoh?

Ah.., oh.., Bapak Ibu pejabat masih sibuk kampanye ya?

(koq aq gak bisa upload gambar ya? error lagee neh, K ?)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun