Aren dan gaharu, adalah dua jenis tanaman yang paling banyak menghasilkan uang. Memadukan keduanya pada sebuah lahan adalah sebuah langkah yang revolusioner!
Kita ambil contoh pada lahan seluas 10 rante (4.000 m2) saja.
Aren ditanam dengan jarak tanam 4,5 X 9 meter. Didapat 4.000 m2 : 40,5 m2 = 98 pokok.
Dalam 8 tahun didapat hasil = Â 50 pokok (saja) X 6 liter (saja) nira X Rp.3.000 = Rp.900.000/hari.
Sebulan 30 X Rp.900.000 = Rp.27.000.000.
Upah sadap 2 orang X Rp.2.500.000 = Rp.5.000.000.
Pupuk, penyiangan, dll Rp.2.000.000.
Penghasilan bersih per bulan Rp.27.000.000 - Rp.7.000.000 = Rp.20.000.000.
Jika produksi dalam 6 tahun saja = 6 tahun X 12 bulan X Rp.20.000.000 =Â Rp.1.440.000.000.
Hasil rata-rata sebulan dalam satu periode penanaman = Rp.1.440.000.000 : (14 tahun X 12 bulan) = Rp.8.670.000/bulan.
Modal petani membudidayakan aren 98 pokok itu sangat sedikit, hingga bisa diabaikan, karena dianggap petani menanam dan merawat sendiri tanamannya.
Pada lorong yang berjarak 9 meter tadi, ditanam gaharu sebaris dengan jarak tanam 3 meter. Didapat jumlah pohon gaharu = 4.000 m2 : 27 m2 = 148 pokok.
Pada umur 8 tahun, 148 pokok gaharu akan menghasilkan uang : 148 X 1 kg gubal X Rp.5.000.000 =Â Rp.740.000.
Modal budidaya gaharu berikut inokulasinya = Rp.44.400.000.
Hasil = Rp.740.000.000 - Rp.44.400.000 = Rp.695.600.000.
Hasil budidaya gaharu selama 8 tahun = Rp.695.600.000 : (8 X 12) =Â Rp.7.245.000. per bulan.
Ada pun hasil lain seperti kamedangan dan abu gaharu dianggap saja tidak ada , agar hitung-hitungan ini tak menjadi terlalu muluk. Demikian pula dengan hasil sampingan aren seperti ijuk, kolang-kaling dan batang aren.
Hasil budidaya aren tumpangsari dengan gaharu perbulan =Â Rp.8.670.000 + Rp.7.245.000 = Rp.15.915.000/bulan.
Adapun hasil global = 1 periode budidaya aren + 2 periode budidaya gaharu = Rp.1.440.000.000 + Rp.695.600.000 X 2. = Rp.2.831.200.000.
Terbilang dua miliar delapan ratus tiga puluh satu juta dua ratus ribu rupiah, selama 16 tahun.
Bandingkan dengan bertanam sawit dalam waktu yang sama = 16 tahun - 3 tahun (masa belum produksi) = 13 tahun X 10 ton TBS (udah maksimal banget)Â X Rp.1.200.000 (harga rata-rata tingkat petani) =Â Rp.156.600.000.
Terbukti budidaya aren tumpangsari gaharu memberikan hasil 18 kali lebih banyak daripada bertanam sawit. Padahal modal bertanam sawit belum dihitung.
Dan, selama 2 tahun pertama, lahan tumpangsari tadi masih bisa ditanami dengan palawija rendah, seperti kacang hijau, kacang tanah, kacang kedele, ubi jalar, cabe, dll.
Nah, bagi petani yang hanya punya lahan sempit, sudah saatnya berpindah ke tanaman yang jauh lebih menguntungkan.
Tak punya uang untuk biaya inokulasi gaharu pada tahun ke lima? Ya sudah, tanam aren saja semua. Bisa dapat 196 pokok tuh. Hasilnya juga gak jauh beda koq. Hanya saja, petani harus punya penghasilan lain sampai masa produksi.
Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian.
Bersakit-sakit dahulu, jadi miliarder kemudian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H