Mohon tunggu...
Bang Nasr
Bang Nasr Mohon Tunggu... Dosen - Nasruddin Latief

Bangnasr. Masih belajar pada kehidupan, dan memungut hikmah yang berserakan. Mantan TKI. Ikut kompasiana ingin 'silaturahim' dengan sesama.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Tarawih Pertama Bersama Keluarga

20 Juli 2012   14:51 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:45 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Alhamdulillah puasa tahun ini saya berada di tengah-tengah keluarga dan anak-anak. Terus terang memang selama ini saya bagaikan Bang Toyib yang tidak pulang-pulang ataupun ketika pulang cuti bukan di bulan Ramadan dan Lebaran. Sehingga seringkali keluarga dan anak-anak tidak bertemu ayahnya pada saat lebaran. walaupun saat ini komunikasi sudah tidak menjadi halangan, namun rasa kebersamaan tidak tergantikan begitu saja.

Malam taraweh pertama sengaja kami tidak ke masjid atau ke tempat yang dipakai buat taraweh. Kami putuskan untuk shalat taraweh di rumah dengan saya yang menjadi imamnya. Saya sengaja ingin menciptakan suasana dan nuansa serta aura kebersaaan dalam bulan suci Ramadhan, karena kesempatan yang jarang saya miliki selama ini.

Tentu saja, tingkah anak-anak dalam melaksanakan shalat tidak keserius bila melaksanakan shalat di masjid. Kadangkala ada saja si kecil break, mau minum dululah; atau mau wudhu lagi karena batal dan lain-lain sebagainya. Namun, semua itu tidak membuat hati ini kesel, justru bertambah gembira. Kan, shalat taraweh itu sendiri secara etimologis artinya istirahat. Kalau dulunya Nabi saw dan para sahabat serta generasi berikutnya melaksanakannya di depan Ka'bah dengan beberapa kali istirahat diselingi dengan tawaf. Makanya, shalat atarweh di Masjid Nabawi madinah pernah dilaksanakan bukan 8 atau 20 rakaat. Tapi 36 rakaat, karena 'iri' dengan shalat taraweh di Masjidil Haram yang diselingi dengan thawaf. Demikian tulis Sheikh Athiyah Salim, guru di Masjid Nabawi mengisahkan dalam bukunya, "Masjid Nabawi dalam 1000 tahun".

Aura kerohanian Ramadhan terasa aromanya di hari pertama ini, yang kebetulan hari leibur. Terdengar sayup-sayup di masjid suara tadarus para jamaah yang membaca kitab suci Al-qur'an. Anak-anak pun riang gembira bermain-main di jalan dan gang-gang. Kegembiraan nampak di wajah mereka menyambut datang bulan suci ini. Masing-masing orang merasakannya walau dalam suasana batin yang beragam. Tapi, tentunya dengan semangat dan spirit ruhaniyah-Islamiyah fenomena ini tetap langgeng dan ajeg hingga kefitrian menjelang. Leburnya dosa-dosa yang pernah dilakukan sirna dan berhak mendapatkan kesucian kembali sebagaimana bayi yang baru lahir.

Ramadhan itu sendiri berasal dari etimologi bahasa Arab, ra-ma-dha, yang artinya melebur atau membakar. Sehingga Ramadhan adalah peleburan atau pembakaran dosa-dosa sehingga tidak tersisa darinya. Seseorang yang melaksanakan kewajiban puasa dengan penuh perhatian dan keimanan, akan diampuni semua dosa-dosanya, begitu janji Kanjeng Nabi saw. Semoga kita yang melaksanakan mendapatkannya sebagaimana yang diajarkan oleh agama.

salam damai,,,

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun