Mohon tunggu...
Bang Nasr
Bang Nasr Mohon Tunggu... Dosen - Nasruddin Latief

Bangnasr. Masih belajar pada kehidupan, dan memungut hikmah yang berserakan. Mantan TKI. Ikut kompasiana ingin 'silaturahim' dengan sesama.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Turki Memeluk Arab...!!!

3 April 2010   19:31 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:00 337
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_110116" align="alignleft" width="300" caption="(http://www.turkish-property-site.com/wp-content/uploads/2009/01/istanbul_properties.jpg)"][/caption] Meneruskan tulisan saya tentang Turki yang mulai melirik dunia Arab setelah kecewa cukup panjang diganjal bergabung dengan Uni Eropa, yang saya beri judul 'Anak Hilang itu: Kini Mau Kembali', tulisan ini masih ada hubungannya dengan hal tersebut. Tgl. 4 April 2010 ini Turki meluncurkan TV Channel yang disiarkan ke seluruh dunia Arab dalam bahasa Arab yang dikendalikan dari Selat Bosporus. TV Channel tersebut bernama 'TV Turkia' dipimpin oleh Safar Touran dengan tenaga dan crew banyak dari Mesir, dan juga bekerjasama dengan beberapa TV Channel dari negara Arab terkenal. Pembukaan tersebut dibahas oleh TV Al-Jazeera lewat program 'hiwar Maftuh' (Dialog Terbuka) yang dipimpin oleh Ghassan ben Jadou dengan menhadirkan narasumber tamu Fahmy Huweidy, Penulis Mesir terkenal dan Safar Touran, Direktur TV Turki tersebut secara langsung dari Selat Bosporus. Fahmy Huweidy dengan tangkas menjawab pertanyaan-pertanyaan kritis ben Jadou yang dijawabnya bahwa Turki sangat cerdas membaca situasi sebagaimana saya tulis di tulisan saya sebelumnya. Program 'Hiwar Maftuh' dengan cantik dibuka melalui sebuah ilustrasi hidangan kopi khas Turki, - yang sudah menyebar ke seluruh negara Arab, Mesir misalnya, dan Cairo khususnya, yang terkenal dengan hidangan kopi madhbut (mantap) yang khas, karena dimasak bukan dengan api, tapi barah, dan kopinya diukur seukuran gelas kecil yang dimasak bareng dengan air (bukan dituang, sebagaimana cara membuat kopi di Indonesia) sehingga rasanya menjadi sangat khas. Kopi tersebut dibawa oleh pelayan Turki keliling dunia Arab mulai dari Istambu, ke Syria, Mesir, Maroko, negara teluk dan dipersembahkan kepada musikus dalam sebuah konser yang mengucapkan syukran...syukran...terima kasih ...terima kasih...Sebuah penggambaran yang sangat indah bagaimana sebenarnya produk Turki dengan segala keramahannya yang sudah menjadi bagian dari dunia Arab sejak dulu. Sejarah keterputusan Turki dengan dunia Arab sebenarnya hanya diakibatkan dari digulingkannya kekhalifahan Turki Usmani (Ottoman Empire) dan berkuasanya Kemal Attaturk yang menghapus semua tradisi Arab (Islam) dan digantikan dengan sistem skuler yang sebenarnya mengkerdilkan Turki itu sendiri dengan keinginan masuk ke Uni Eropa, kendati sudah 'habis-habisan' pun, namun tetap saja masih dicurigai karena masih berbau Islam. Kembalinya Turki yang saya istilahkan sebagai 'anak yang hilang' tersebut akan membuat keseimbangan geo-politik - dan juga Iran - dari gegabahnya Israel di kawasan Timur Tengah. Sebenranya - bila dilihat dari akar sejarah dan budaya keislaman - Indonesia - jika cerdas sebagaimana dikatakan oleh Fahmy Huweidy - juag dapat memainkan kartu truff tersebut sebagaimana Turki. Bahkan Cina, yang tidak mempunyai akar budaya sudah lebih dahulu memainkan peranannya mengeruk duit dunia Arab yang membanjir. Diplomasi Indonesia masih memandang sebelah mata dunia Arab, dengan kenyataan bahwa Direktorat Timur Tengah di Kemlu menjadi bagian dari Direktorat Jenderal Asia Fasifik (Aspasaf). Semoga saja Indonesia juga cerdas seperti Cina dan Turki, yang akan juga memfokuskan ke kawasan kaya dan gudang duit tersebut. Semoga.....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun