Mohon tunggu...
Bang Nasr
Bang Nasr Mohon Tunggu... Dosen - Nasruddin Latief

Bangnasr. Masih belajar pada kehidupan, dan memungut hikmah yang berserakan. Mantan TKI. Ikut kompasiana ingin 'silaturahim' dengan sesama.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Warga Emirat Mulai Gerah...!!!

30 Maret 2010   06:03 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:06 569
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_106108" align="aligncenter" width="300" caption="Masyarakat Uni Arab Emirat (google)"][/caption] Uni Arab Emirat dengan Keamirannya, seperti Dubai, Abu Dhabi, Sarjah,Fujairah, Umm Qazwein, dll sudah ngetop banget, apalagi Dubai sudah menyalip ibu kota Abu Dhabi dengan berbagai proyek raksasa dan pencakar langitnya, seperti Burj Khalifah yang tertinggi di dunia, ada kota 'surgawi' al-Mashdar, ada Madinat zayed, dsb. Kemajuan ekonomi dan pembangunan urban di UAE tersebut menjadi lampion bagi laron-laron dari berbagai negara di lima benua yang ingin menikmati kue kemajuan dan kemudahan fasilitas yang diberikan oleh pemerintah UAE, sehingga warga asing, baik dari Eropa, Arab Afrika Utara, Keling (India, Pakistan, Bangladesh dan Srilanka), Afghanistan, dsb, tak terkecuali juga dari Indonesia, termasuk Kompasianer Bang Mukti Ali (heheheeee...) memenuhi gang dan lorong sudut kota di UAE. Tapi meningkatnya warga asing ini juga menimbulkan persoalan sosial-kemasyarakatan bagi warga UAE sendiri. Kebebasan yang biasa dilakukan di negeri asalnya bagi pendatang dari Eropa, misalnya mau diterapkan hal sama di UAE, yang menurut adat dan norma Timur sudah kebablasan. Salah satu contoh, misalnya belum lama ini dua orang warga Inggris di DUbai terkena hukuman penjara selama 1 bulan karena melakukan ciuman di sebuah restoran (tempat umum). Seorang keluarga UAE juga komplain karena anak-anaknya yang masih kecil melihat perbuatan kedua orang Inggris tersebut yang menurut mereka sudah keterlaluan dan kelewat batas. (Kalau mau gituan di rumah aja...). Di Keamiran Dubai, misalnya warga UAE tinggal di kawasan tertentu yang tetap memegang teguh tradisi Arab dan Islam agar tidak terpengaruh dengan budaya asing yang dibawa oleh warga pendatang. Dr. Ibtisam Kutbi, dosen Ilmu Sosial di Universitas Emirat mengingatkan (bahkan memperingatkan) bahwa kita (penduduk UAE) menjadi minoritas. Ini Fakta. Bukannya saya anti ketersinambungan antar peradaban. Lebih lanjut dia mengatakan bahwa pada tahun 1968, ketika minyak belum menjadi primadona negara Sheikh Khalifah bin Zayed itu, para pendatang hanya 38 % dari penduduk UAE. Akan tetapi saat ini sudah melampaui penduduk UAE yaitu sebesar 83.5 % dari total penduduk UAE yang cuma 5 juta jiwa. Penduduk UAE hanya tinggal 16.5 % saja, hal ini berdasarkan keterangan pejabat resmi UAE, begitu kilah Dr. Ibtisam. Di Keamiran Dubai yang berpenduduk hanya 1 juta jiwa, penduduk UAE-nya cuma 1 % saja, sisanya warga dan pendatang asing, termasuk Bang Mukti Ali yah...heheheee...Hal ini berdasarkan keterangan Penulis Inggris, Crhist Davidson yang menulis buku tentang Dubai. Begitu juga, masih menurut Dr. Ibtisam bahwa bahasa Arab tidak lagi menjadi bahasa utama, digantikan oleh bahasa asing lainnya. Dampak lain dari fenomena ini adalah maraknya narkoba dan perilaku  'aneh' menurut ukuran masyarakat kami. Ada ketakutan tindak kriminal dan meningkatnya kejahatan yang dilakukan oleh warga asing. Kami merasa dikepung oleh mereka dan kami khawatir akan masa depan anak-anak kami, sehingga keluarga UAE merasa cemas. Kalau dulu, minuman keras hanya terbatas di tempat-tempat tertentu, sekarang sudah nampak bebas di mana-mana. Kehidupan di UAE, terutama di Dubai tidak beda dengan kehidupan di kota-kota liberal di Eropa dimana kehidupan malam dengan alkohol dan para ceweknya. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Akademisi Emirat, Abdul Khalik Abdullah. Bahkan Kepala Kepolisian Dubai, Brigjen Polisi Dhahi Khalfan sudah mengingatkan bahwa sejak tahun 2008 merupakan tahun 'genderang bahaya' berkenaan adanya tumpleknya penumpukan warga asing yang tidak dapat menjadi warga UAE. Lebih jauh Khalfan mengeluhkan bahwa 'Para Sheikh membangun UAE, tapi juga kami kehilangan UAE'. Warga UAE sudah mulai gerah....bukan kepanasan, - seperti di Jakarta yang bagi warga kelas kere tidak mampumembeli ac dan juga tidak dapat membayar listriknya, - tapi gerah karena fenomena sosial yang mengkhawatirkan kultur dan budaya mereka yang tergerus kena 'rob' (air bah laut) budaya asing ke negara tersebut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun