Mohon tunggu...
Bang Nasr
Bang Nasr Mohon Tunggu... Dosen - Nasruddin Latief

Bangnasr. Masih belajar pada kehidupan, dan memungut hikmah yang berserakan. Mantan TKI. Ikut kompasiana ingin 'silaturahim' dengan sesama.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kenapa Palestina Dibela...???

27 Maret 2010   07:30 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:10 510
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_103599" align="alignleft" width="224" caption="Atas Nama "KEMANUSIAAN" Mereka Wajib Dibela."][/caption] Kenapa Palestina Dibela???? Kenapa, Tanya Kenape??? Dalam tulisan saya yang cukup banyak mengenai konflik Palestina dan Israel dan komentar saya juga di berbagai tulisan para Kompasianer, saya mengatakan bahwa pembelakaan kita terhadap bangsa dan rakyat Palestina, bukan karena mereka beragama Islam. Saya mengatakan bahwa pembelaan kita kepada mereka adalah harus didasari atas nama 'kemanusiaan' yang mengalami penindasan. Oleh karena itu, apapun agama orang yang ditindas, apapun bangsa orang yang ditindas, apapun warna kulit orang ditindas, apapun bahasa orang yang ditindas, dsb, itu harus dan 'wajib' dibela. Karena semua manusia diciptakan equal dan Tuhan memuliakannya sebagaimana difirmankan dalam Al-Qur'an. Hal ini juga sangat penting difahami bagi para aktifis ormas maupun organisasi politik dimana perjuangan mereka harus memandangnya dari sudut apa yang saya gambarkan diatas. Kenapa??? Hujjah Kemanusiaan yang saya ungkapkan diatas adalah menyangkut hak dasar manusia yang diingatkan oleh Baginda Nabi Muhammad saw. Sang Baginda ketika melaksanakan haji yang terkenal dengan 'haji wada' (haji perpisahan), karena beliau hanya sekali saja menunaikan ibadah haji dari Madinah, beliau menyampaikan 3 kali pidato yang terkenal dengan pidato 'HAM'. Pidato itu beliau sampaikan ketika tiba di Masjidil Haram, ketika wukuf di Arafah dan ketika di Mina (Jamarat). Karena pentingnya pesan universal tersebut, sehingga Baginda Nabi mengucapkannya hingga 3 kali di tempat berlainan pada momen perayaan ibadah haji. Pesan 'kemanusiaan' ini menjadi fondasi Hak Asasi Manusia yang universal, yang juga diadopsi secara literal oleh Declaration of Indepedence AS pada 4 Juli 1776. Pidato Baginda Nabi dalam teks bahasa Arabnya adalah, 'Innaa dimaa'akum wa a'raadhakum  wa amwaalakum haraamun alaikum'. Artinya, 'sesungguhnya hidup kamu, kehormatan kamu dan milik kamu adalah suci bagi kamu', yang bila diinggriskan menjadi, 'life, dignity and pursuit of happiness'. Dalam Declaration of Indepedence bunyinya hampir sama secara literal (harfiah), cuma kalimat 'dignity' menjadi 'liberty'. Atau saya turunkan saja petikannya sebagai berikut, '

'We hold these truths to be self-evident, that all men are created equal, that they are endowed by their Creator with certain unalienable Rights, that among these are Life, Liberty and the pursuit of Happiness'

 

Lalu bagaimana pidato HAM Baginda Nabi tersebut hingga sampai kepada para pemimpin AS yang deis tersebut??? Menarik. Cak Nur mengisahkannya dengan mengagumkan dengan melukiskannya dari aspek historis melalui pejuang dan filosof kemanusiaan Italia, Giovanni Peco della Mirandola (1463 - 1494), yang terkenal dengan pidato kemanusiaannya berjudul 'De Hominis Dignitate Oratio' ("Oration on the Dignity of Man"), yang belajar pada orang-orang Saracen. Yang dimaksud dengan saracen adalah orang-orang Islam yang memandang kemuliaan 'Abdullah' (hamba Allah) yang dimaksud adalah manusia. Dari Italia ini kemudian teradopsi oleh para filosof Eropa dan Inggris yang kemudian juga sampai kepada para pemimpin AS tadi. Jadi, perjuangan HAM adalah 'warisan' umat Islam, yang juga harus dijadikan 'kata kunci' umat Islam dalam memperjuangkan HAM, termasuk juga perlwanan terhadap penindasan dan memahami konflik Palestina-Israel. Semoga....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun