Mohon tunggu...
Abdullah Muzi Marpaung
Abdullah Muzi Marpaung Mohon Tunggu... Dosen - Seorang pejalan kaki

Tak rutin, tapi terus...

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Jogja pada Sebuah Kelab Malam

1 November 2024   10:29 Diperbarui: 1 November 2024   10:37 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku mencari-carimu pada diri perempuan itu.
Aku meraba hingga ke dalam pikiran, detak jantung, dan aliran darahnya.
Aku seperti melihat bagian ulatmu bermetamorfosis menjadi kupu-kupu di sana.
Kupu-kupu itu menari-nari di bawah sinar matahari
lalu menghilang di Jogja yang tenteram.

Ya, kadang-kadang bagiku Jogja adalah sebuah persoalan.
Aroma sekam terbakar dan daun kayu manis yang terluka adalah persoalan.
Kepompong yang berserakan di pekarangan adalah sebuah persoalan.
Keindahan pada kupu-kupumu adalah sebuah persoalan.

Aku melirik pada jarum jam: pukul sembilan malam.
Penyanyi di kelab malam itu menyanyikan lagu-lagu yang asing.
Tak satu pun berasal dari memoriku.
Aku melirik kepada persoalan-persoalanku dan mulai ragu.
Haruskah aku menunggu pukul sepuluh malam
ketika seorang gadis menyapa:
Boleh aku duduk di sebelahmu?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun