Mohon tunggu...
bambang purnomo
bambang purnomo Mohon Tunggu... -

Saya mahasiswa program pascasarjana UST Yogyakarta prodi PEP

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Proporsional Nilai UN Semestinya Maksimal 15% Saja

14 Februari 2011   17:22 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:36 447
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

PROPORSIONAL NILAI UJIAN NASIONAL PADA PENILAIAN AKHIR SEMESTINYA MAKSIMAL 15% Oleh: Bambang Purnomo (Mahasiswa Pascasarjana UST Jogya prodi PEP) Menilai seseorang diasumsikan sama dengan seorang hakim yang sedang memutuskan hukuman bagi para pelanggar hukum. Tentu kajian yang mendalam melalui penyidikan, penyelidikan, observasi, wawancara dan sejumlah kegiatan yang pada akhirnya pada suatu putusan pengadilan. Sama halnya BSNP yang diberi tugas oleh pemerintah untuk menentukan format penilaian dan retorika penilaannya tentu harus berlaku bijak dan berfikir secara komprehensif. Yang dimaksud komprehesif dalam hal ini adalah untuk menentukan rumus penilaian akhir yang sebenarnya tidak harus yang sudah di atur dalam permen 45 tentang kelulusan peserta didik, khususnya proporsional rumus NA = 60 UN +40 NS, perlu dikaji ulang dengan situasi dan kondisi pendidikan di Indonesia yang sangat luas, unik , dan beragam karena adanya wilayah kepulauan yang terbagi menjadi banyak wilayah, suku, dan kondisi demografi yang menjadikan pendidikan di Indonesia relatif sangat beragam. Standar pelayanan minimal (SPM) yang didukung oleh kondisi minimal seperti yang terdapat pada Standar Nasional Pendidikan (SNP) itupun belum semua sekolah di seluruh wilayah Indonesia belum sampai pada kondisi ideal yang minimal, sehingga tentu saja pencapaian pengembangan delapan standar nasional pendidikan itupun juga menjadi sangat beragam bahkan ada sebagian wilayah yang kondisinya jauh dari standar nasional pendidikan. Dengan kondisi demikian tentu saja BSNP mempunyai tugas yang berat untuk membuat formula penilaian agar kepentingan pemerintah untuk memetakan kualitas dan kuantitas pendidikan dapat dilakukan demikianpula kebijakan pemerintah tentang program wajib belajar, program belajar tuntas, pembelajaran aktif, kreatif, efektif, inovatif dan menyenangkan (Pakem) serta pembelajaran dengan pendekatan kontektual (Contextual Teaching and Learning Approach) juga dapat dikembangkan secara optimal. Hasil ujian nasional tahun pelajaran 2010/2011 merupakan salah satu unsur penilaian akhir dalam penentuan kelulusan ujian nasional. Walaupun sudah mengakses adanya penilaian proses pada satuan pendidikan tetapi proporsinya masih sangatlah tidak berimbang antara penilaian proses dan penilaian hasil. Penilaian hasil (UN) sebesar 60% dinilai terlalu besar karena proses hanya diberikan proporsi 40% termasuk ujian sekolah seperti yang terlihat pada gambar 1 dibawah ini. Gambar 1: Diagram proporsional Nilai Akhir dari BSNP Dari gambar 1 diatas ditujukkan bahwa proposi nilai ujian nasional (UN) sebesar 60% sedangkan nilai sekolah (NS) hanya 40 %. Memang seolah hal ini sudah proporsional ditinjau dari tim yang ada di BSNP tetapi hal ini masih menimbulkan nilai error yang cukup tinggi dan mungkin kadang-kadang menimbulkan ketidakwajaran pada proporsi nilai-nilai yang 40% tersebut. Hal ini dapat dipahami bahwa semua institusi sekolah berusaha agar dapat memberikan hasil kelulusan yang optimal khusunya pada kuantitatif kelulusannya dan kualitatifnya keprioritas berikutnya. Ada hal yang masih kuarang wajar antara kepentingan pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan melalui retorika penilaian dari BSNP tetapi pemerintah juga memiliki kepentingan untuk menuntaskan bangsanya wajib belajar 9 tahun (Wajar 9 tahun), implementasi Pakem dan implementasi pembelajaran kontekstual. Dan untuk dua pendekatan pembelajaran penilaiannya mengandung dua penilaian yaitu: penilaian proses dan penilaian hasil. Proporsional yang dirumuskan BSNP seperti yang terlihat pada gambar 2 di bawah ini:

12977038901187081942
12977038901187081942
Gambar 2: Diagram proporsi penilaian proses yang masih sangat kecil dibanding penilaian hasil Pada gambar 2 di atas proporsi penilaian hasil masih sangat dominan dibanding dengan penilaian proses yang seharusnya perlu mendapatkan proporsi yang wajar. Karena masih ada yang tidak wajar maka dipastikan akan membuka peluang untuk menimbulkan error yang kadarnya disesuaikan dengan situasi dan kondisi satuan pendidikan masing-masing Formula penilaian yang meminimalkan tingkat error perlu diciptakan agar proporsi penilaian proses dan penilaian hasil dapat proporsional. Kepentingan pemerintah dapat terpenuhi, kepentingan satuan pendidikan dapat diakses sesuai dengan kualitas dan kuatitas dari satuan pendidikan itu sendiri, para pendidik bisa malaksanakan pembelajaran dengan pendekatan-pendekatan yang disarankan pemerintah, para siswa dan orang tua siswa tidak stress karena moment ujian nasional dan pemerintah sendiri (BSNP) masih bisa melakukan pemetaan melalui evaluasi hasil ujian nasional sekaligus dapat melihat retorika proses dan hasil pembelajaran yang wajar dan sesuai dengan situasi dan kondisi wilayah dan kemampuan pemerintah Indonesia saat ini. Berikut melalui gambar 3 ditunjukkan proporsi penilaian proses dan penilaian hasil yang mendekati wajar sesuai dengan sistem penilaian di Indonesia sesuai standar penilaian dalam delapan standar nasional pendidikan.
1297703746953249255
1297703746953249255
Gambar 3: Diagram proporsional dengan menggunakan proporsi kewajaran sesuai situasi dan kondisi pendidikan di Indonesia saat ini. Pada gambar 3 di atas terlihat proporsional penilaian proses dan hasil yang mendekati kewajaran ditinjau dari situasi dan kondisi pendidikan saat ini. Semestinya proporsi untuk hasil ujian nasional hanya 6% saja tidak 60 seperti rumusan nilai akhir dari BSNP sesuai dengan proporsi yang wajar tersebut ada yang bisa diambil manfaatnya antara lain: 1. Tingkat error dapat diminimalkan, karena satuan pendidikan akan bekerja keras agar semua unsur penilaian akan dioptimalkan. 2. Kepercayaan guru, siswa, orang-tua, dan masyarakat semakin meningkat terhadap keberhasilan pendidikan anak didiknnya dan memberi dukungan terhadap proses pembelajaran yang berkulitas karena semua itu menjadi unsur yang berpengaruh secara proporsional. 3. Ketakutan adanya kegagalan dalam kelulusan dapat diminimalkan, yang ada hanya bagaimana untuk selalu meningkatkan hasil baik kualitas maupun kuantitas dengan proses yang wajar pula. 4. Keuntungan pemerintah telah memfasilitasi rasa tenang, kompetisi yang sehat, bekerja pada kondisi tidak tertekan, usaha yang optimal pada satuan pendidikan dengan usaha yang wajar. 5. Harga diri pemerintah bisa ditingkatkan, karena setiap kegiatan ujian nasional yang ada bagaimana upaya wajar untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. (Mestinya Indonesia malu hanya karena kegiatan ujian nasional Indonesia harus diributkan sampai-sampai Negara lain bahkan ditingkat internasional tahu tentang hal ini, yang sebenarnya secara individual bukankah anak bangsa ini tidak kalah cerdas dengan bangsa-bangsa lain. Mari para pengambil keputusan untuk berfikir secara nasional agar bangsa ini tidak dilihat sebelah mata oleh bangsa lain. Right or wrong is our country). 6. Pemerintah dapat melakukan pemetaan melalui evaluasi hasil dan proses secara wajar untuk pengembangan pendidikan berikutnya, kalau ada ketidak wajaran pasti error akan mengikuti. Proporsi yang mendekati kewajaran dan sesuai situasi kondisi pendidikan di Indonesia saat ini dapat diperlihatkan pada gambar 4 di bawah ini:
12977038411917626287
12977038411917626287
Gambar 4: Diagram yang proporsi hasil ujian nasional yang diporsikan maksimal 15% pada penilaian akhir Pada gambar 4 di atas dapat dilihat bahwa proporsi hasil ujian nasional, hasil ujian sekolah, rerata raport semester 1, rerata raport semester 2, rerata raport semester 3, rerata raport semester 4, dan rerata raport semester 5 diporsikan masing-masing relative sama. Tentang proporsi pada gambar 4 diatas diasumsikan bahwa penilaian proses dan hasil itu kedudukannya sama pentingnya sehingga asumsi itu dapat diartikan bahwa keberhasilan siswa dalam hal ini tidak dipandang dari out-put saja tetapi bagaimana out-come yang ditimbulkan dari proses pendidikan itu. Coba kita renungkan seandainya semua anak bangsa ini di targetkan hanya dari hasil tanpa mempertimbangkan proses yang proporsional, sepertinya kalau sudah bernilai tinggi di ujian nasional akn berhasil dalam hidupnya ternyata, keberhasilan hidup seseorang dipengaruhi oleh proses dan pengelaman pembelajaran yang berkualitas. Untuk itu wacana proporsional penilaian proses dan hasil perlu didudukan pada proporsi yang benar dan atau menedekati benar sehingga tingkat error dapat diminimalkan. Dengan tingkat error yang minimal insya. Alloh. Peningkatan mutu yang didambakan oleh bangsa ini dapat dicapai dengan cara-cara yang wajar, yang pada akhirnya peningkatan secara kualitas maupun kuantitas juga berlangsung wajar. Hasil akhirnya harga diri bangsa ini dapat ditingkatkan. Amin

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun