Mohon tunggu...
Firdaus Ramadhan
Firdaus Ramadhan Mohon Tunggu... Lainnya - Professional garbagepreneur.

Nothing to lose, lose to nothing.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bagaimana Menggunakan Twitter Membuat Pandangan Saya Terbuka Lebar

15 Juli 2021   20:33 Diperbarui: 15 Juli 2021   20:48 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selama awal pandemi, saya sendiri telah menutup akun utama saya di media sosial twitter, yang notabene adalah tempat berkumpulnya informasi tercepat menurut saya. Alasannya? Karena saya ingin melakukan eksperimen lain. Saya, laki-laki, membuat akun perempuan yang anonim dan hanya menunjukkan foto saja. Seperti sebuah anekdot yang dulu pernah saya temukan dalam situs reddit; seorang pria menyamar menjadi wanita seharian dan mendapatkan kekerasan seksual selama seharian hingga dia tak tahan menjadi wanita lagi.

Tapi tujuan saya beda, disamping saya bosan, saya ingin tahu bagaimana rasanya menjadi wanita yang good looking di media sosial. Dalam kurun waktu satu tahun, akun saya langsung kebanjiran sampai seribu follower yang saya tidak kenal siapa saja. Saya hanya mulai dari mengkomentari akun-akun besar, kemudian orang-orang mulai mengikuti saya, mengirim pesan seperti mengajak berkenalan, mengajak ketemu atau saling tukar nomor whatsapp. Tapi saya, sebagai wanita yang good looking, tidak semudah itu. Bahkan ada yang nekat sampai mengirim gambar kemaluannya dan meminta untuk dinilai layaknya seorang juri menilai sebuah karya seni. 

Maksud saya, dimanakah letak estetika zakar yang difoto dengan sudut yang tidak simetris, aneh dan membuatnya nampak lebih kecil dari ukuran seharusnya? Tapi bagi saya, ini kedunguan luar biasa seseorang incel yang baru. Maksud saya, dunia dewasa atau alter dalam twitter telah melahirkan banyak istilah seperti cuddlecare dimana anda dibayar hanya untuk berpelukan selama semalaman dengan seseorang di hotel, atau FWB yaitu istilah lama friend with benefit, yang sekarang artinya terdistorsi menjadi mengajak berhubungan tanpa modal. Tapi, sistem menilai zakar? 

Louis C.K, komedian ternama di Amerika Serikat pernah membahas bahwa tidak ada nilai estetika dalam sebuah zakar pria. Lantas bagaimana kita akan menilai sebuah zakar dalam persepektif seni? Sebenarnya ini sama dengan FWB, yang notabene hanya akal-akalan para pria incel yang telah putus asa mencari cara agar mampu tidur dengan wanita yang ada. 

Sebenarnya tidak hanya satu dua, tapi banyak yang mengirimi akun anonim saya banyak sekali gambar zakar. Hingga saya muak dengan gambar-gambar tersebut. Kemudian, saya mencoba curhat kepada salah satu teman wanita saya dan dia bilang 'Oh, kamu baru dikirimi sekali. Saya malah setiap hari.'

Selain itu, banyak dari mereka dengan cara-cara paling menggelikan berusaha mendapat simpati beberapa wanita di Twitter. Salah satunya dengan menjual slogan 'aku siap jadi tempat cerita untukmu'. Ketika saya mengetweet sebuah twit sedih, tidak jarang dari mereka dengan sigap akan mengirimi pesan pribadi ke akun saya dengan rayuan 'Kamu kenapa? Gamau cerita sini? Sambil minum yuk, aku ada alkohol di kost aku.' 

Saya sangat prihatin dengan cara kampungan seperti ini. Bahkan saya, sebagai wanita good looking merasa bahwa cara ini adalah cara paling rendahan untuk seseorang bisa terjebak dan akhirnya dilecehkan oleh kaum-kaum seperti ini. Dan tak jarang, banyak perempuan yang jatuh dalam jebakan semacam ini. Hanya bermodalkan wajah yang 'sedikit' ganteng dan mau menjadi tempat curhat, hal ini cukup berbahaya bagi perempuan yang lengah.

Terakhir, hal yang paling menggelikan bagi saya ada satu orang, yang sok tahu bahwa saya berkuliah di sebuah jurusan psikologi, mengajak saya ngobrol mengenai skripsi saya apakah kuantitatif atau kualitatif. Dari sekian banyak langkah untuk PDKT atau sekedar berkenalan, cara ini adalah paling baru dan paling dungu menurut saya. Entah kenapa saya memilih mending dilecehkan dengan gambar zakar daripada harus diajak ngobrol masalah skripsi dengannya. Maksud saya, ayolah, kalian harusnya bisa lebih baik dari ini.

Mungkin informasi ini sangat tidak berharga, tapi jika kalian benar-benar tidak ada kerjaan, cobalah melihat dunia dengan persepektif yang berbeda sesekali. Karena kini saya tahu, orang yang birahi di media sosial membuka mata saya bahwa mereka kadang bisa lebih dungu daripada opini buzzer yang membuat sakit kepala.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun