Pemerintah dapat mengadopsi prinsip-prinsip Tana' Ulen dalam pengelolaan kawasan hutan dan sumber daya alam di sekitar ibu kota baru. Kawasan hutan adat yang dilindungi dapat dijadikan sebagai zona konservasi yang dilestarikan untuk menjaga keanekaragaman hayati dan keseimbangan ekosistem. Selain itu, praktik pertanian ladang berpindah yang ramah lingkungan bisa diadaptasi untuk pertanian perkotaan yang berkelanjutan.
2. Desain Perkotaan yang Inklusif dan Berbasis Komunitas
Konsep Huma Betang dapat diadaptasi dalam desain perkotaan ibu kota baru dengan menciptakan ruang-ruang publik yang mendukung interaksi sosial dan gotong royong. Perencanaan kota yang berbasis komunitas akan mendorong partisipasi warga dalam pembangunan, serta menciptakan lingkungan yang harmonis dan inklusif.
3. Konservasi Budaya dan Pendidikan Kearifan Lokal
Penting untuk memastikan bahwa pembangunan ibu kota baru tidak mengikis budaya lokal, melainkan justru memperkuatnya. Salah satu cara adalah dengan mengintegrasikan pendidikan kearifan lokal dalam kurikulum sekolah di ibu kota baru. Dengan demikian, generasi muda akan memiliki pemahaman yang mendalam tentang pentingnya pelestarian budaya dan lingkungan.
4. Keterlibatan Masyarakat Adat dalam Proses Pengambilan Keputusan
Masyarakat adat Dayak harus dilibatkan secara aktif dalam proses perencanaan dan pengambilan keputusan terkait pembangunan ibu kota baru. Keterlibatan ini akan memastikan bahwa pembangunan dilakukan dengan cara yang menghormati hak-hak adat dan menjaga keseimbangan alam. Pemerintah juga dapat membentuk dewan adat yang berfungsi sebagai badan konsultatif dalam pengelolaan lingkungan dan pelestarian budaya.
Tantangan dan Solusi
Meskipun kearifan lokal Dayak menawarkan banyak manfaat bagi pembangunan berkelanjutan, penerapannya dalam pembangunan ibu kota baru juga menghadapi berbagai tantangan. Salah satu tantangan utama adalah modernisasi yang sering kali bertentangan dengan nilai-nilai tradisional. Namun, dengan pendekatan yang tepat, modernisasi tidak harus berarti meninggalkan kearifan lokal, melainkan bisa menjadi sarana untuk memperkuatnya.
Pemerintah dan masyarakat perlu bekerja sama untuk menemukan keseimbangan antara pembangunan modern dan pelestarian budaya. Ini bisa dilakukan melalui dialog antara pemerintah, masyarakat adat, dan berbagai pemangku kepentingan lainnya, serta melalui program-program yang mendukung pelestarian lingkungan dan budaya.
Kearifan lokal Dayak adalah warisan berharga yang bisa menjadi fondasi kuat bagi pembangunan berkelanjutan di ibu kota baru. Dengan mengadopsi prinsip-prinsip pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan, desain perkotaan yang inklusif, serta pelestarian budaya dan pendidikan kearifan lokal, pembangunan ibu kota baru dapat berjalan selaras dengan alam dan budaya setempat.Â