Mohon tunggu...
Bang LAIDA
Bang LAIDA Mohon Tunggu... Administrasi - KETUA Relawan Politik WISATA

Membacalah, menulislah maka kau Akan menemukan dirimu

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Jejak Negeri (Jamuan Rakyat)

11 Agustus 2024   23:20 Diperbarui: 11 Agustus 2024   23:25 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Julman Hijrah/dokpri

Karya : Julman Hijrah ( Alumni Universitas Sulawesi Tenggara Tahun 2011, Jurusan Hukum Tata Negara ) Sekretaris MD - KAHMI Kab.Buton Utara 2022-2027

Karya ini saya buat di Kota Kendari pada Tanggal 11 - 12 Agustus 2024 sebagai persembahan untuk  Republik Indonesia di usianya yang Ke - 79 Tahun. Karya ini saya buat sebagai rangkuman dari seluruh tontonan yang di pertontonkan Bangsa ini dengan segala kicauan mengalahkan burung di tengah hutan,dengan segala sandiwara mengalah sinetron yang disaksikan ibu-ibu di pelosok...berikut saya persembahkan untuk Negeri Tercinta Indonesiaku.

Selamat membaca...

*****
jangan takut dengan hukum
Jika engkau benar
Tapi jika engkau salah,maka takutlah
Tetapi jangan engkau mati

Karena seorang dikatakan hebat
Bukanlah sebuah pengakuan
Tetapi seorang yang mampu
Menyelesaikan masaalah
Bukan yang mampu
Mempertanggung jawabkan masaalah

*****
aku ingin hebat dengan akhir keindahan
Bukan aku hebat dengan akhir kemirisan
Tetapi ak tidak ingin dikatakan hebat
Sebab aku bukanlah orang yang butuhkan kata hebat

*****
Aku tau
Engkau sedang memukul gendang
Karena
Mereka menari dengan irama
Yang kau hasilkan
Tetapi aku tau juga
Engkau sedang menangis
Karena jiwamu
Sedang meneriakkan hawa nafsu

*****
Hukum kita sedang mengajarkan narasi
Karena hukum kita adalah sebuah tulisan

*****
Bukanlah reachstate
Tetap itu machstate
Itu yang mereka sepakati
Dan itu mereka catat
Namun mereka
Mempersatukan itu
Karena mereka
Menghendaki dan laksanakan

*****
Semua tentang tulisan dan catatan
Karena negeri ini negeri tulisan

*****
Itu bukan daun kawan
Tetapi itu adalah kertas
Itu bukan kertas kawan
Tetapi itu lampiran kalimat

*****
Harusnya engkau menulis
Harusnya engkau membaca
Harusnya engkau ucapkan
Harusnya engkau laksanakan
Harusnya engkau bersedih
Harusnya engkau tertawa
Bukan harusnya engkau teriak

*****
Katakanlah bahwa tanganmu
Tidak ingin berlumur dosa
Laksanakanlah
Karena itu untuk kebaikan
Jika tuntutan kata dan hembusan angin
Lebih besar
Maka sepuluh jari tanganmu
Yang akan menggenggam harapan

*****
Jika engkau mengharap daun berguguran
Maka tunggulah di musim kemarau
Jika engkau mengharap keadilan
Maka tunggulah di hari kiamat

*****
Jalan perjalanan engkau anggap makna
Dengan kebutaan dan ketulian sandiwara muka
Bayang menggebu dalam diri meronta
Cakrawala illahi harapan kehidupan

*****
Satu langkah makna berarti
Perut keroncongan duduk melantai
Satu letupan suara hingga setahun
Keriput raga jamuan kehidupannya

*****
Transparan, hebat,untuk rakyat
Judul besar dalam himpitan suasana
Yang di udara ingin kelangit
Yang berpijak di tanah ingin keperut bumi

*****
Kaya,makmur,sejahtera
Hanya ada di konstitusi
Segelintir,sekelompok
Jawabannya,
Pemimpin tidak mungkin
memuaskan semua

*****
Jamuan tamu harus mahal
Karena itu di dua lokasi
Harga kesejahteraan harus di takar
Karena itu banyak lokasi

*****
Duduk,berdiri,berlari
Itu keragaman bukan peperangan
Suara riuh dan mnggelegar
Itu gemuruh angin bukan gempa bumi

*****
Tali penolong dan pelampung diri
Itu prosedur savety sistem

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun