Mohon tunggu...
Komarudin Ibnu Mikam
Komarudin Ibnu Mikam Mohon Tunggu... Wiraswasta - Founder Sekolah Alam Prasasti Bekasi

Sekolah Alam Prasasti, ruang memuliakan dan membahagian manusia

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pengetahuan TradisionalI: Cakra Manggilingan

19 Mei 2024   09:45 Diperbarui: 19 Mei 2024   09:53 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Cakra  adalah filosofi atau keyakinan tentang berputarnya roda kehidupan, baik mikro maupun makro. Demikian pula dengan berputar dan terbatasnya periode zaman serta lamanya sebuah kekuasaan atau peradaban. Bentuk melingkar pada Cakra Manggilingan atau bentuk lain yang tertutup menciptakan suatu keseimbangan1.

Secara lebih rinci, Cakra Manggilingan merupakan gabungan dari dua kata, yaitu Cakra dan Manggilingan. Cakra sendiri merupakan senjata dari salah satu tokoh wayang dalam cerita Mahabharata yang bernama Krishna. Cakra berbentuk roda (bulat) dan memiliki gerigi di tepinya, mirip dengan roda gigi pada sepeda ontel atau sepeda motor. Sedangkan Manggilingan berasal dari kata "giling" yang berarti menggelinding atau berputar.

Cakra Manggilingan melambangkan siklus kehidupan manusia, yang seperti roda yang berputar. Kita mengalami berbagai peristiwa dan emosi, seperti senang, sedih, sukses, dan kegagalan. Selain itu, Cakra Manggilingan juga menggambarkan perputaran zaman, yang selalu dinamis dan berubah. Manifestasi dari Cakra Manggilingan ini disebut sebagai wolak-walike zaman (bolak-baliknya zaman atau perputaran zaman). Menurut R. Ng. Ranggawarsita, perputaran zaman memiliki tiga kondisi: Kalatidha, Kalabendhu, dan Kalasuba1.

Kalatidha adalah kondisi di mana zaman berada pada titik puncak atau kejayaan. Ini adalah masa ketika segala sesuatu berjalan dengan baik dan harmonis. Pada saat ini, manusia mencapai kesuksesan dan kebahagiaan.

Kalabendhu adalah kondisi di mana zaman berada pada titik perubahan atau transisi. Ini adalah masa ketika perubahan besar terjadi, baik dalam kehidupan individu maupun dalam peradaban. Kalabendhu menandai peralihan dari satu era ke era berikutnya.

Kalasuba adalah kondisi di mana zaman berada pada titik terendah atau kehancuran. Ini adalah masa ketika segala sesuatu mengalami kemunduran dan ketidakstabilan. Kalasuba menandai keruntuhan dan perubahan yang dramatis.

Semua kondisi ini adalah bagian dari perputaran zaman yang terus berlangsung, menggambarkan sifat dinamis dan tak terelakkan dari kehidupan dan sejarah manusia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun