Mohon tunggu...
Bangkit Samodro Aji
Bangkit Samodro Aji Mohon Tunggu... Guru - Guru

Guru Bahasa Jawa dari SMAN 1 Batang

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pembelajaran Tatap Maya sebagai Solusi dari Pandemi Covid-19

4 Desember 2022   06:24 Diperbarui: 4 Desember 2022   06:28 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) saat ini tidak bisa dilaksanakan seperti biasanya. Hal ini dikarenakan dapak dari semakin mengganasnya Covid-19 atau yang biasa disebut Virus Corona. Kebijakan pemerintah yang menyebutkan bahwa kita harus melakukan Social Distancing atau menjaga jarak sebagai langkah preventif dalam menanggulangi Virus Corona membuat pembelajaran tatap muka sangat tidak memungkinkan dilaksanakan.

Di ndonesia sendiri pertumbuhan Corona mulai tercium pada pertengahan Maret 2020, dan terus meluas setiap harinya. Korban meninggal duniapun terus mengalami kenaikan. Akibat dari pandemi Covid-19, pemerintah mengeluarkan berbagai macam kebijakan sebagai usaha untuk memutus mata rantai Covid-19 di ndonesia. 

Salah satu upaya yang dikeluarkan pemerintah yakni dengan mempraktikkan physical distancing atau himbauan untuk menjaga jarak minimal 1,5 meter antarwarga dan menghindari kegiatan yang bisa mengundang keramaian. 

Kebijakan inilah yang melahirkan sebuah kebijakan baru, yaitu Work From Home (WFH). Kebijakan ni berisi himbauan kepada warga ndonesia supaya bisa menuntaskan seluruh wujud pekerjaannya di rumah. 

Akibat dari kebijakan tersebut membuat semua aspek dalam negara ini terbatasi. Bahkan ada beberapa aspek yang lumpuh bahkan mati. Tidak terkecuali pada aspek pendidikan, utamanya proses pembelajaran / KBM yang juga mengalami hambatan.

Dengan terdapatnya pembatasan nteraksi, Departemen Pembelajaran di ndonesia mengeluarkan sebuah kebijakan yaitu mengubah proses Aktivitas Belajar Mengajar (KBM) dengan memakai sistem dalam jaringan (daring) atau yang sering disebut dengan stilah tatap maya. 

Dalam proses KBM mapel Bahasa Jawa khususnya kelas X dan XI di SMA N 1 juga harus melaksanakan pembelajaran secara tatap maya. Dalam hal ni, pihak sekolah sudah menentukan untuk memakai platform Google Classroom dan di dalamnya terdapat Gmeet yang bisa digunakan sebagai sarana pembelajaran.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik ndonesia mengeluarkan Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2020 Tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan Dalam Masa Darurat Penyebaran Coronavirus Disease (Covid-19) poin ke 2 yaitu proses belajar dari rumah dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut :

Belajar dari rumah melalui pembelajaran daring/jarak jauh dilaksanakan untuk memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa, tanpa terbebani tuntutan menuntaskan seluruh capaian kurikulum untuk kenaikan kelas maupun kelulusan;

Belajar dari rumah dapat difokuskan pada pendidikan kecakapan hidup antara lain mengenai pandemic Covid-19;

Aktivitas dan tugas pembeljaran belajar dari rumah dapat bervariasi antarsiswa, sesuai minat dan kondisi masing-masng, termasuk mempertimbangkan kesenjangan akses/fasilitas belajar dirumah;

Bukti atau prosuk aktivitas belajar dari rumah diberi umpan balik yang bersifat kualitatif fan berguna dari guru, tanpa diharuskan memberi skor/nilai kuantitatif.

Pembelajaran daring yang dilaksanakan secara terus menerus juga membuat anak mengalami kejenuhan. Tidak hanya peserta didik dan orang tua, guru juga mengalami kejenuhan. 

Persoalan lain adalah berubahnya metode pembelajaran, yang sebelumnya siswa dan guru berinteraksi secara langsung di dalam kelas, saat ni harus berinterkasi dalam kelas virtual yang terbatas. Guru dituntut melakukan pembelajaran yang baik, susana yang kondusif dan secara aktif, kreatif dan novatif menggunakan media belajar yang menarik hal ni mudah bagi guru-guru yang memiliki kemampuan IT yang mumpuni. Lain hal dengan guru-guru yang belum mahir IT.        

Sintaks Pembelajaran menggunakan platform Google Classroom adalah sebagaiiberikut:

Persiapan 

  • Menyusun Perangkat pembelajaran Berupa RPP, Bahan Ajar, media pembelajaran, LKPD, nstrumen penilaian supaya berjalan sistematis.
  • Guru mendownload aplikasi Google Classroom.
  • Siswa mendownload aplikasi Google Classroom dan meminta kode kelas yang sebelumnya dibuat oleh Guru.
  • Guru membuat WAG dengan peserta didik untuk mempermudah mengirimkan nformasi ataupun tugas kepada peserta didik.

Pelaksanaan 

Guru mengaktifkan Google Classroom dan WA

Siswa juga join  Google Classroom dengan memasukkan kode kelas yang telah dibagikan melalui WAG .

Guru dan siswa mengakses fitur Gmeet yang terdapat di dalam Google Classroom.

Guru serta siswa melaksanakan komunikasi virtual dengan menggunakan aplikasi Gmeet.

Modul ataupun bahan ajar serta penugasan tidak mengejar sasaran kurikulum semacam dalam suasana pendidikan wajar, namun terutama pelaksaan pendidikan dari rumah ( BDR) senantiasa berjalan.

Guru mengirim bahan ajar ataupun modul serta penugasan melalui Google form ataupun quis serta yang lain dalam wujud Email, file word, PDF ataupun video melalui Google Classroom.

Tugas ataupun wujud yang lain sehabis berakhir dikerjakan diserahkan keguru dengan metode mengupload tagihan yang sudah dibuat pada Google Classroom.

Guru mengecek hasil pekerjaan siswa serta membagikan nilai dan menguploadnya melalui akun Classroom Guru.

Penutup 

Guru menyampaikan apresiasi serta ungkapan - ungkapan sanjungan kepada segala siswa atas partisipasi mereka dalam pembelajaran Moda Daring melalui aplikasi GC serta Gmeet.

Permasalahan yang muncul saat Pembelajaran

Di suasana pandemi covid- 19 semacam di kala ni memunculkan kekhawatiran guru serta orang tua atau pun siswa tu sendiri dalam peri hal aktivitas pendidikan. Tetapi pemerintah sudah menghasilkan kebijakan kalau proses pendidikan tatap muka diganti dengan sistem pendidikan Moda daring maupum Moda Luring yang awal mulanya tidak terbayangkan hendak terdapat pendidikan semacam tu. Walaupun tidak dapat dipungkiri kalau timbul kerinduan peserta didik serta para guru buat belajar dengan tatap muka semacam biasa memunculkan kegelisahan tersendiri Asumsi Orang Tua, Guru serta Siswa

Asumsi Orang Tua siswa

Penutupan sekolah berakibat terhadap guru, siswa ataupun orang tua dimanapun. Aktivitas belajar dari rumah pada waktu darurat ataupun pandemi Covid- 19 ni mereka berpikiran seolaholah keadaan darurat ni seluruh Siswa diliburkan.dan tidak pendidikan. Tetapi bersamaan waktu berjalan sehabis terkomunikasikan secara baik dengan orang tua siswa mereka baru menguasai pendidikan senantiasa berjalan namun Belajar Dari Rumah (BDR). 

Orang tua siswa pula sangat bersyukur dengan terdapatnya aktivitas belajar dari rumah sebab mereka beralasan kalau dengan terdapatnya aktivitas belajar dari rumah/ belajar jarak jauh online kanak- kanak mereka bisa memanfaat gadged/ hp buat kepentingan pendidikan serta bisa mengisi rutinitas di dalam rumah semacam anjuran pemerintah buat senantiasa berkegiatan dalam rumah (stay at home).

Asumsi Guru

Pendidikan online dari rumah pula memunculkan tantangan serta kegelisahan tertentu untuk guru, perihal ini terpaut dengan kemampuan IT, fasilitas yang dipunyai siswa (HP, Laptop) akses internet, kuota ataupun pulsa informasi dan keadaan geografis. Sedangkan itu para guru berkomentar kalau pendidikan online dari rumah terus menjadi memacu para guru buat memahami IT sebab trend pendidikan serta evaluasi dikala ini telah berbasis online.

Asumsi Siswa

Dalam dunia maya yang menggunakan IT (Hp, Laptop) dikala ni telah alah bagian dari style hidup siswa. Pendidikan Moda Daring pada dasarnya sangat diminati oleh siswa sebab kegiatan serta kerutinan mereka bergelut dengan dunia maya tidak dapat dihentikan sehingga arahan dari orang tua ataupun guru buat menggunakan Hp serta Laptop secara sehat dalam kegiatan online jadi berarti.

Kelebihan serta kekurangan Moda daring Google Classroom dan Gmeet

1. Kelebihan

a. Guru bisa memantau aktivitas belajar siswa dengan tepat

b. fitur- fitur aplikasinya lengkap

c. gampang diakses oleh siswa

2. Kekurangan

a. Memerlukan akses nternet yang memadai

b. Ketersediaan fasilitas (hp, laptop) serta pulsa nformasi terbatas

c. Kompetensi masih rendah yang dipunyai oleh guru serta siswa tentang IT

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun