Mohon tunggu...
ning yoe
ning yoe Mohon Tunggu... -

sang pemimpi

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Maju Susah, Mundur Ogah, Menepi Salah

13 Agustus 2013   19:57 Diperbarui: 24 Juni 2015   09:21 303
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap detik kehidupan yang terlewati tak akan mampu ditulis dalam lembaran kertas putih secara utuh, tapi setiap kenangan pasti terrekam dalam memori setiap insan yang mengalami.

Hmm...raasanya perjalanan kemarin sayang jika hanya disimpan dalam ingatan, sedikitnya ingin kuurai sebagai cerita yang mungkin satu saat bisa kubaca sebagai pengalaman yang mungkin tak terlalu berharga, tapi....ini pernah menjadi satu scene dalam film hidupku.

Jika sebelumnya aku pernah menulis tentang mudik, rasanya gak afdol kalo gak ada acara balik. Ya, Allah masih memberiku waktu untuk tak terlalu cepat mudik abadi.

Perjalanan mudik pada H-2 kemarin sangat lancar, bebas macet bebas mogok, bahkan waktu pemberangkatan lebih cepat satu jam dari jadwal yang ditentukan. Alhasil subuh sudah sampai rumah, purwakarta-ciamis cukup ditempuh selama lima jam termasuk dua kali istirahat. “mudik ga ada macet-macetnya, jadi berasa ga mudik” huaaaaa... manusia, dikasih macet uring-uringan, dikasih lancar tetap ga bisa diam.

Lima hari di rumah rasanya gak pernah cukup untuk menikmati liburan hari raya, tapi apa daya ada banyak kewajiban yang pastinya harus segera ditunaikan. H+4 pagi-pagi benar sudah kuniatkan untuk kembali ke perantauan, tapi batapa pun sederhananya rumah tetap saja bikin betah, setelah sedikit mengulur-ngulur waktu akhirnya jam 7 teng siap cauuuuuu.

Sedih rasanya, mungkin ini yang dialami banyak orang yang mengandalkan angkutan umum saat mudik/balik, kehawatiran ga ada angkutan, atau mungkin ada tapi sudah sarat penumpang kini kualami juga. Terbiasa memanfaatkan angkutan yang disediakan perusahaan tempat ku bekerja, tak perlu susah-susah mencari kendaraan, asal ikut sesuai jadwal maka tinggal duduk manis and sampai deh tempat tujuan, ga perlu keluar budget lagi, eitz....kalo jajan gak termasuk itungan yaaaa. Dan hanya karena masih ingin berlama-lama libur aku harus rela nyari angkutan umum, desak-desakan and...tentu saja ongkos yang berlipat dari hari-hari biasa, ah tak apa.

Dari rumah aku naik tiger, ow.... keren banget, tapi tiger yang satu ini bukan motor gede kawan, tiger yang satu ini bis yang kalo udah gak ada tempat duduk kosong pun masih aza naikin penumpang, alias tiga perempat. Pegel banget rasanya hampir satu jam bediri, baru sebentar dapat tempat duduk, eh kaki malah kesemutan gara-gara pangkuanku di dudukin bocah, ujung-ujungnya ngalah juga deh (pahlawan..heheheh).

Sampai di Tasik aku ganti bis, rencanaya naik bis arah bekasi atau cikarang, tapi harus nyerah pakai bis ekonomi, tak apalah yang penting lancar, selamat sampai tujuan. Agak lega karena menurut kabar berita bahwa puncak arus balik diperkirakan hari minggu malam hingga dini hari, karena hari senin ini sebagian para pekerja sudah mulai masuk seperti biasa. Jadi kemungkinan arus balik hari senin sudah mulai lancar.

Chaaaaaa....tepat waktu.bis keluar dari full saat aku tiba, meski membawa ransel cukup berat, tapi aku cukup lincah untuk berebut tempat duduk (kebetulan saat itu calon penumpang memang belum ramai aza..haha). bangku ke dua pinggir jendela, tempat duduk yang cukup nyaman.

Setelah semua dirasa beres, aku melancarkan aksiku,zzzzzzzzzzzzzzzzzz..........tak peduli bis udah berngkat atau belum,parah.

Sepertinya ada seseorang yang memanggil-manggilku, eh dia juga menepuk pundakku, sepertinya seseorang mengulurkan tangan mengajak berjabat tangan, ah mungkin ngajak berkenalan, eh.....tapi kok....aihhhhhh abang kernet lagi nagis ongkos, ah merusak mimpi az.

Ku tengok jam yang melingkar di lengan kiriku 10.35, artinya aku tertidur lebih dari satu jam, ku toleh kebelakang, hufffff...penumpang udah bejubel, kuperhatikan baik-baik kira-kira sudah sampai di mana, aku terus mengamati beberapa tulisan di spanduk dan plang-plang di pinggir jalan, alamaaaakkkkkkkk....masih di ciawi. Ternyata macet bro.

Hawa sudah semakin panas, meski anak kecil masih terlihat sumringah, bermain-main mungkin dengan saudaranya, atau mungkin kebetulan baru bertemu saat itu. Aku tak terlalu mempedulikan, pasang headset, play lagu-lagunya oppa seung gi and... lanjutkan mimpi, pikirku ini bekal untuk begadang malam nanti, secara jam 10 malam aku harus berangkat kerja, ah shift tiga andai saja tak pernah ada.

Beberapa keributan terjadi saat seseorang muntah...ihhhhh, meski gak bisa tidur lagi, aku masih gak peduli. Setelah beberapa saat kuperhatikan tenyata ia sudah cukup tua, gak dapat kursi lagi, ia mencoba duduk di lorong (tengah-tengah antar kursi). Apa boleh buat, aku juga butuh tempat duduk, siapa suruh naik, sudah tahu bis penuh,hmmmm..... teganya aku berfikir seperti itu.

“Botol minum kosong pak, botol minum kosong” seru ibu-ibu muda pada seorang pria yang jauh lebih tua, mungkin ayahnya. Selidik punya selidik, ternyata itu botol buat pipis anak laki-lakinya, mungkin sekitar 3 tahunan umurnya.ampunnnnnn......ada ada saja, apa aku salah naik kendaraan.

Biarlah...., Aku mencoba menikmati perjalanan yang sudah jelas tak nyaman lagi, jalanan semakin padat, sedangkan  waktu terus beranjak, namun bis masih saja merayap.

Ada apa lagi ini, aku clingak clinguk mencoba mencari jawaban, “ereun heula atuh pa supir, geus teu kuat” (berhenti dulu donk pak supir, sudah tidak kuat). Ah lagi-lagi ibu yang muntah tadi, setelah mabok perjalanan kira-kira kawan tahu apa yang terjadi????? kali ini ibu tersebut minta agar bis menepi dulu, karena ibu tersebut kebelet....hadoooooohh.

Entah sudah berapa jam ibu tersebut menahan rasa mulasnya, tapi yang pasti sang sopir belum mengindahkan permintaannya,sang sopir inginya berhenti di tempat control bis, meang gak terlalu jauh, tapi jika kondisinya macet seperti itu jarak bahkan gak bisa diukur. ibu tersebut terus menerus mencercau, persis seperti anak kecil. Aku gak bisa membayangkan bagaimana rasanya, kasian memang tapi aku malah ingin tertawa, bukan hanya aku yang penumpang yang lain pun sama...hahha gimana sih tertawa dia atas derita orang. Peace bu.....

Puncaknya ibu tersebut marah luar biasa, “nunggu saya mati ya..” opsss..aku sedikit kaget. Dengan jiwa laki-laki suaminya memohon pada sang sopir, “bahaya pir, ini menyangkut nyawa manusia”. Dengan dilema ia pun menepikan bisnya. Saat sang bapak membawa ibu tersebut mungkin ke salah satu rumah warga, karena sekitar situ gak terlihat wc umum, beberapa penumpang mulai berisik, karena kendaraan lain sudah mulai jalan, bahkan polisi pun datang karena memaanh gak seharusnya kendaraan menepi sembarangan saat jalanan macet seperti itu. “ada yang pingsan pak, daripada mati disini berabe” entah apa lagi yang dikatakan sang sopir aku tak mendengarnya.

Sekitar 15 menit si ibu itu kembali, sedangkan penumpang yang lain semakin marah, pasalnya untuk masuk ke deretan kendaraan yang panjan macetnya entah berapa kilo tentu bukan hal yang mudah. “buang-buang waktu” seorang penumpang berteriak. Ah...coba dia yang mengalami.

Keadaan sudah gak karuan, kuharap gak ada lagi hal-hal yang menghambat.

Kemacetan masih terus berlanjut sampai lewo, garut padahal mentari saja sudah lama menghilang. Mulai limbangan jalanan terlihat agak lengang, mungkin polisi menutup salah satu jalur, ah aku gak paham. “nagrek arah ke barat lancar” sayup-sayup terdengar polisi lalu lintas mengabarkan, ah lega setidaknya aku gak bakalan sampe tengah malam di perjalanan. Jalan dibuat satu arah, sopir memacu kendaraan layaknya di jalan tol.tarik manggggggg....

Setelah melewati banyak hal, akhirnya sampai juga. Banyak hal yang mungkin menjengkelkan, tapi jika diingat mungkin ada seulas senyum yang terlihat.segala hal mempunyai makna, tergantung kita mengambilnya atau tidak.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun