Mohon tunggu...
Bangkit Adi Saputra
Bangkit Adi Saputra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis/Novelis/Pengamat Timur Tengah

Saya adalah seorang Mahasiswa Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Prodi Interdisiplinary Islamic Studies Konsentrasi Kajian Timur Tengah. Saya berasal dari kota Reog, Ponorogo, Jawa Timur. Saya hobi menulis, baik itu tulisan ilmiah non-fiksi seperti; artikel ilmiah, riset ilmiah dan buku ilmiah maupun tulisan fiksi seperti; Cerpen, Puisi, dan juga Novel. Saya berusaha menuliskan semua keresahan saya dengan tulisan-tulisan opini di blog dan website.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dimensi Lain di Bawah Pohon Besar

14 Agustus 2024   14:35 Diperbarui: 14 Agustus 2024   14:49 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Dimensi Lain di Bawah Pohon Besar (dokumentasi pribadi)

Pohon beringin tua itu menjulang tinggi di tengah desa. Akar-akarnya yang besar dan kusut seperti cakar raksasa mencengkeram tanah, menciptakan bayangan gelap yang menyelimuti sekitarnya. Konon, pohon itu sudah ada sejak zaman penjajahan, dan banyak cerita mistis yang berkembang di kalangan warga.

Dina, seorang remaja penasaran, seringkali menghabiskan waktu di bawah pohon beringin itu. Ia merasa ada aura mistis yang menariknya. Suatu sore, saat matahari mulai terbenam, Dina duduk di bawah pohon, membaca buku kesayangannya. Tiba-tiba, angin berhembus kencang, menggoyangkan dahan-dahan pohon hingga berderit. Buku yang dibacanya terlempar, dan saat ia menunduk untuk mengambilnya, Dina melihat sebuah lubang kecil di tanah, tepat di bawah akar pohon.

Rasa penasarannya membuncah. Ia mengambil ranting kecil dan menusuk lubang itu. Saat ranting itu masuk semakin dalam, Dina merasakan hawa dingin yang menusuk tulang. Dengan hati-hati, ia memperbesar lubang itu hingga cukup untuk memasukkan kepalanya. Ketika mengintip ke dalam, Dina melihat sebuah dunia yang sangat berbeda. Cahaya redup membias dari suatu sumber yang tidak diketahui, dan tanaman-tanaman aneh tumbuh subur di tanah yang lembap.

Dina terus mengamati dunia di bawah pohon itu. Ia melihat sosok-sosok bayangan bergerak di kegelapan, dan mendengar suara-suara bisikan yang samar. Rasa takut mulai menguasai dirinya, namun ia tetap penasaran. Dengan perlahan, Dina mencoba merangkak masuk ke dalam lubang itu.

Saat tubuhnya sudah sepenuhnya masuk, dunia di atasnya menghilang. Dina berada di sebuah lorong sempit yang lembap. Dinding-dinding lorong itu dipenuhi lumut dan jamur, dan udara di dalamnya terasa sangat berat. Ia berjalan terus, mengikuti cahaya redup di ujung lorong.

Setelah berjalan cukup lama, Dina sampai di sebuah ruangan luas. Di tengah ruangan itu terdapat sebuah meja batu besar, dan di atasnya terdapat sebuah buku kuno yang bersinar. Tiba-tiba, pintu ruangan itu terbuka dengan keras, dan muncul beberapa sosok makhluk aneh yang menyeramkan. Mereka memiliki mata merah menyala dan taring yang tajam.

Dina berteriak ketakutan dan mencoba melarikan diri, namun makhluk-makhluk itu mengejarnya. Ia berlari sekencang mungkin, melewati lorong-lorong yang gelap dan sempit. Saat hampir putus asa, Dina melihat sebuah cahaya terang di ujung lorong. Dengan sisa tenaga yang ada, ia berlari menuju cahaya itu.

Ketika sampai di cahaya itu, Dina merasa tubuhnya tertarik ke atas. Dengan sekuat tenaga, ia merangkak keluar dari lubang di bawah pohon beringin. Saat keluar, ia langsung terduduk di tanah, terengah-engah. Dunia di atasnya terasa begitu nyata dan hangat.

Sejak saat itu, Dina tidak pernah lagi berani mendekati pohon beringin itu. Ia yakin bahwa di bawah pohon itu terdapat sebuah dimensi lain yang penuh dengan makhluk-makhluk menyeramkan. Dan ia bersyukur karena masih bisa kembali ke dunianya.

Dina berlari secepat kilat menjauhi pohon beringin tua itu. Rasa takut masih menempel erat di hatinya. Sejak kejadian itu, ia mengalami mimpi buruk yang sama setiap malam: makhluk-makhluk aneh dengan mata merah menyala mengejarnya di dalam lorong gelap.

Anehnya, sejak kejadian itu, pohon beringin tua itu seperti memanggil-manggilnya. Setiap kali lewat di dekat pohon itu, Dina merasakan sensasi yang aneh, seperti ada sesuatu yang menariknya untuk kembali. Namun, rasa takut yang mendalam membuatnya enggan mendekati pohon itu.

Suatu malam, saat bulan purnama bersinar terang, rasa penasaran Dina kembali muncul. Ia merasa harus mengakhiri semuanya. Dengan hati yang berat, Dina kembali ke bawah pohon beringin. Kali ini, ia membawa sebuah lilin dan sebuah pisau kecil.

Dengan tangan gemetar, Dina menyalakan lilin dan menempelkannya di batang pohon. Cahaya lilin menerangi lubang kecil di tanah. Dina mengambil napas dalam-dalam, lalu perlahan-lahan merangkak masuk ke dalam lubang itu.

Kali ini, ia sudah siap menghadapi apapun yang ada di dalam. Ia berjalan menyusuri lorong yang gelap, dengan lilin di tangannya sebagai satu-satunya sumber cahaya. Sesampainya di ruangan besar itu, Dina melihat buku kuno itu masih tergeletak di atas meja batu.

Tiba-tiba, makhluk-makhluk aneh itu muncul kembali. Mereka mengelilingi Dina, menatapnya dengan mata merah menyala. Dina tidak takut lagi. Ia mengangkat pisau kecilnya dan mengarahkannya ke arah makhluk-makhluk itu.

"Pergi!" teriak Dina dengan suara lantang.

Makhluk-makhluk itu menyerang, namun Dina berhasil menghindarinya. Ia terus berlari, dengan makhluk-makhluk itu mengejar di belakangnya. Akhirnya, Dina sampai di ujung lorong, di tempat di mana cahaya terang itu dulu muncul.

Dengan sekuat tenaga, Dina mendorong pintu cahaya itu. Saat tubuhnya melewati pintu itu, ia merasakan sensasi yang sangat menyakitkan. Ketika membuka matanya, Dina sudah berada di kamarnya sendiri. Cahaya matahari pagi menyinari wajahnya.

Dina sadar bahwa ia telah selamat. Namun, ia juga sadar bahwa petualangannya di dimensi lain belum berakhir. Buku kuno itu masih menjadi misteri, dan ia merasa harus kembali ke sana untuk menemukan jawabannya.

Dina terbangun dengan keringat dingin membasahi dahinya. Mimpi buruk tentang dimensi lain kembali menghantuinya. Namun, kali ini ada rasa berbeda yang menyelimuti hatinya. Bukan hanya rasa takut, tapi juga rasa penasaran yang membara. Buku kuno itu terus menghantuinya, seolah memanggilnya untuk kembali.

Beberapa hari kemudian, Dina memutuskan untuk kembali ke pohon beringin tua itu. Kali ini, ia mempersiapkan diri dengan lebih matang. Ia membawa kompas, senter, dan beberapa perbekalan kecil. Sebelum berangkat, ia berpesan kepada orang tuanya agar tidak khawatir jika ia tidak pulang sebelum malam.

Sesampainya di bawah pohon beringin, Dina merasakan aura yang berbeda. Cahaya bulan malam itu seakan menyinari lubang kecil di tanah dengan lebih terang. Dengan hati yang mantap, Dina merangkak masuk ke dalam.

Perjalanan di dalam lorong gelap terasa lebih singkat kali ini. Dina sudah hafal jalan menuju ruangan besar tempat buku kuno itu berada. Sesampainya di sana, buku itu masih tergeletak di atas meja batu. Namun, kali ini ada sesuatu yang berbeda. Ada cahaya yang berkilauan di dalam buku itu.

Dengan hati-hati, Dina membuka buku itu. Tiba-tiba, ruangan itu mulai bergetar. Dinding-dindingnya retak dan runtuh. Cahaya yang berkilauan dari buku itu semakin terang, hingga akhirnya ruangan itu dipenuhi oleh cahaya putih yang menyilaukan.

Dina menutup matanya erat-erat. Saat ia membuka matanya kembali, ia sudah berada di sebuah hutan yang sangat indah. Pohon-pohon tinggi menjulang ke langit, dan bunga-bunga berwarna-warni bermekaran di mana-mana. Suara burung berkicau terdengar merdu, menciptakan suasana yang sangat damai.

Dina berjalan-jalan di hutan itu. Ia melihat berbagai macam makhluk aneh yang hidup berdampingan dengan alam. Ada rusa bertanduk emas, burung merak dengan bulu berwarna pelangi, dan kupu-kupu raksasa yang bersayap transparan.

Tiba-tiba, ia mendengar suara lembut memanggil namanya. Dina menoleh ke belakang, dan melihat seorang wanita tua dengan rambut putih panjang sedang tersenyum padanya. Wanita tua itu mengenakan gaun putih yang berkilau, dan wajahnya memancarkan cahaya yang lembut.

"Selamat datang, Dina," kata wanita tua itu. "Aku telah menunggumu."

Dina merasa tidak asing dengan wanita tua itu. Seakan-akan ia sudah mengenalnya sejak lama. Wanita tua itu menjelaskan bahwa ia adalah penjaga dimensi ini, dan buku kuno itu adalah kunci untuk membuka portal antara dua dunia.

"Buku ini berisi pengetahuan tentang alam semesta," kata wanita tua itu. "Dengan membaca buku ini, kamu akan mengerti tentang asal-usul kehidupan dan tujuanmu di dunia."

Dina mulai membaca buku kuno itu. Setiap kata yang ia baca seakan membuka pikirannya. Ia mempelajari tentang sejarah alam semesta, tentang kekuatan alam, dan tentang hubungan manusia dengan alam.

Setelah selesai membaca buku itu, Dina merasa sangat bijaksana. Ia mengerti bahwa semua makhluk hidup di alam semesta ini saling terhubung. Ia juga mengerti bahwa manusia harus hidup berdampingan dengan alam, bukan menguasainya.

Sebelum kembali ke dunianya, wanita tua itu memberikan sebuah pesan kepada Dina. "Jagalah dimensi ini, Dina. Jagalah alam semesta ini."

Dengan berat hati, Dina mengucapkan selamat tinggal pada wanita tua itu dan kembali ke dunianya. Saat ia membuka matanya, ia sudah berada di kamarnya sendiri. Cahaya matahari pagi menyinari wajahnya.

Sejak saat itu, hidup Dina berubah. Ia menjadi lebih bijaksana dan peduli terhadap lingkungan. Ia sering mengunjungi hutan di dekat rumahnya, dan menghabiskan waktu untuk mengamati alam. Ia juga menulis buku tentang pengalamannya di dimensi lain, dengan harapan dapat menginspirasi orang lain untuk lebih mencintai alam.

Babak Baru: Penjaga Dimensi

Setelah kembali dari dimensi lain, kehidupan Dina berubah drastis. Ia bukan lagi gadis remaja biasa yang penasaran dengan hal-hal mistis. Kini, ia merasa memiliki tanggung jawab yang besar sebagai penjaga keseimbangan antara dua dunia.

Dina mulai sering mengunjungi pohon beringin tua itu. Ia merasa ada ikatan batin yang kuat antara dirinya dan pohon itu. Setiap kali berada di bawah pohon, ia bisa merasakan kehadiran wanita tua penjaga dimensi. Melalui meditasi dan latihan spiritual, Dina mulai bisa membuka portal menuju dimensi lain kapan pun ia mau.

Namun, kedamaian yang Dina rasakan tidak berlangsung lama. Suatu malam, saat sedang bermeditasi di bawah pohon beringin, Dina merasakan getaran yang sangat kuat. Dimensi lain sedang dalam bahaya. Kekuatan jahat telah menyusup masuk dan berusaha menguasai dunia yang indah itu.

Tanpa ragu, Dina membuka portal dan kembali ke dimensi lain. Sesampainya di sana, ia melihat hutan yang dulu indah kini telah berubah menjadi padang pasir yang tandus. Makhluk-makhluk aneh yang dulu ramah kini terlihat marah dan agresif.

Dina mencari wanita tua penjaga dimensi itu, namun tidak menemukannya. Ia hanya menemukan sebuah buku kuno yang terbuka di halaman terakhir. Di halaman itu tertulis sebuah ramalan tentang kedatangan kekuatan jahat dan seorang penyelamat yang akan menghentikannya.

Dina menyadari bahwa dirinya adalah penyelamat yang dimaksud dalam ramalan itu. Dengan tekad yang bulat, ia memutuskan untuk melawan kekuatan jahat itu. Ia mulai mempelajari ilmu-ilmu kuno yang tersimpan dalam buku itu. Ia belajar cara mengendalikan energi alam, cara berkomunikasi dengan makhluk-makhluk gaib, dan cara melindungi dirinya dari serangan musuh.

Setelah berlatih selama berbulan-bulan, Dina merasa sudah siap menghadapi musuh. Ia mencari sumber kekuatan jahat itu, dan menemukan sebuah kuil kuno yang tersembunyi di dalam hutan. Di dalam kuil itu, ia bertemu dengan makhluk jahat yang berupa bayangan hitam raksasa.

Pertempuran sengit pun terjadi. Dina menggunakan semua kekuatan yang dimilikinya untuk melawan makhluk jahat itu. Setelah pertempuran yang panjang dan melelahkan, akhirnya Dina berhasil mengalahkan makhluk jahat itu. Kuil kuno itu runtuh, dan cahaya kembali menyinari dimensi lain.

Dengan runtuhnya kuil kuno itu, kekuatan jahat yang telah menguasai dimensi lain pun lenyap. Hutan yang tadinya tandus mulai pulih kembali. Makhluk-makhluk aneh yang tadinya marah dan agresif kini kembali ramah dan bersahabat.

Dina merasa sangat lega dan puas. Ia telah berhasil menjalankan tugasnya sebagai penjaga dimensi. Namun, ia tahu bahwa petualangannya belum berakhir. Masih banyak misteri yang belum terpecahkan, dan masih banyak tantangan yang harus ia hadapi.

Babak Baru: Misteri Asal-Usul

Setelah berhasil mengalahkan kekuatan jahat dan mengembalikan kedamaian di dimensi lain, Dina memutuskan untuk tinggal di sana untuk sementara waktu. Ia ingin mempelajari lebih lanjut tentang dunia ini dan mencari tahu lebih banyak tentang asal-usul kekuatan jahat yang telah mengganggunya.

Selama tinggal di dimensi lain, Dina bertemu dengan banyak makhluk aneh yang memiliki kemampuan unik. Ia belajar dari mereka tentang sejarah dimensi ini, tentang keberadaan dimensi-dimensi lain, dan tentang kekuatan kosmik yang mengatur semuanya.

Suatu hari, Dina menemukan sebuah peta kuno yang tersembunyi di dalam sebuah gua. Peta itu menggambarkan seluruh alam semesta, dengan garis-garis yang menghubungkan berbagai dimensi. Di salah satu sudut peta, Dina menemukan sebuah tanda yang sangat aneh. Tanda itu menggambarkan sebuah portal besar yang memancarkan cahaya kegelapan.

Dengan bantuan makhluk-makhluk aneh yang telah menjadi temannya, Dina memulai petualangan untuk mencari portal itu. Mereka harus melewati hutan belantara, sungai yang mengalir deras, dan gunung-gunung yang menjulang tinggi. Perjalanan mereka penuh dengan rintangan dan bahaya, namun mereka tidak pernah menyerah.

Setelah melakukan perjalanan yang panjang dan melelahkan, akhirnya mereka menemukan portal itu. Portal itu terletak di dasar sebuah jurang yang sangat dalam. Cahaya kegelapan yang keluar dari portal itu sangat kuat, sehingga membuat siapa pun yang mendekatinya merasa takut.

Dina tahu bahwa di balik portal itu pasti ada sesuatu yang sangat berbahaya. Namun, ia juga tahu bahwa ia harus menghadapi ketakutannya jika ingin mengetahui asal-usul kekuatan jahat yang telah mengganggunya. Dengan tekad yang bulat, Dina melompat ke dalam jurang itu.

Saat melewati portal, Dina merasa seperti sedang terhisap ke dalam sebuah lubang hitam. Cahayanya sangat menyilaukan, sehingga ia menutup matanya erat-erat. Ketika ia membuka matanya kembali, ia sudah berada di sebuah tempat yang sangat aneh.

Tempat itu gelap gulita, dan udara di sana sangat dingin. Dina tidak bisa melihat apa-apa, kecuali cahaya redup yang berasal dari sebuah titik di kejauhan. Ia berjalan menuju cahaya itu, dengan hati-hati melangkah di atas tanah yang berlumpur.

Sesampainya di sumber cahaya, Dina melihat sebuah sosok yang sangat besar dan mengerikan. Sosok itu memiliki banyak mata yang bersinar merah, dan tubuhnya terbuat dari bayangan hitam. Sosok itu adalah sumber dari semua kekuatan jahat yang ada di alam semesta.

Sosok itu tertawa terbahak-bahak. "Akhirnya kau datang juga, manusia kecil," katanya dengan suara yang dalam dan menggelegar. "Kau tidak akan bisa mengalahkanku."

Dina tidak takut. Ia sudah siap menghadapi apapun yang akan terjadi. Dengan suara yang lantang, Dina berkata, "Aku akan menghentikanmu! Aku akan melindungi semua dimensi!"

Pertempuran sengit pun terjadi. Dina menggunakan semua kekuatan yang dimilikinya untuk melawan sosok mengerikan itu. Pertempuran itu berlangsung sangat lama, dan keduanya saling melukai.

Pertempuran Terakhir

Cahaya hitam yang menyilaukan memenuhi seluruh ruangan. Dina dan sosok bayangan raksasa itu saling berhadapan, bersiap untuk memberikan serangan terakhir. Dengan sekuat tenaga, Dina menghimpun seluruh energi kosmik yang ada di dalam dirinya. Cahaya putih berkilauan mengelilingi tubuhnya, membuatnya terlihat seperti seorang dewi.

Sosok bayangan raksasa itu menerjang dengan kekuatan penuh. Namun, Dina berhasil mengelak dengan gesit. Ia membalas serangan itu dengan seberkas cahaya putih yang menyilaukan. Cahaya itu mengenai sosok bayangan raksasa itu, membuatnya meraung kesakitan.

Pertempuran terus berlanjut. Keduanya saling bertukar serangan dahsyat. Bangunan di sekitar mereka hancur berantakan, dan tanah bergetar hebat. Namun, Dina tidak menyerah. Ia terus berjuang dengan sekuat tenaga.

Tiba-tiba, sosok bayangan raksasa itu mengeluarkan suara yang sangat mengerikan. Cahaya hitam yang keluar dari tubuhnya semakin kuat, hingga seluruh ruangan menjadi gelap gulita. Dina merasa sangat lemah, dan hampir saja menyerah.

Namun, saat itu, Dina teringat akan semua orang yang ia sayangi. Ia teringat akan teman-temannya di dimensi lain, dan ia teringat akan orang tuanya di dunia asalnya. Dengan kekuatan pikirannya, Dina mengumpulkan sisa-sisa energinya.

Cahaya putih yang mengelilingi tubuh Dina semakin terang. Cahaya itu menerobos kegelapan, dan perlahan-lahan mulai mengusir kekuatan jahat yang ada di ruangan itu. Sosok bayangan raksasa itu meraung kesakitan, dan tubuhnya mulai hancur berkeping-keping.

Akhirnya, sosok bayangan raksasa itu pun lenyap. Cahaya putih yang menyilaukan memenuhi seluruh ruangan. Ketika cahaya itu mulai meredup, Dina melihat sebuah portal besar di tengah ruangan. Portal itu memancarkan cahaya yang sangat indah.

Dina tahu bahwa portal itu adalah jalan pulang. Dengan hati yang lega, ia melangkah masuk ke dalam portal itu. Saat melewati portal, Dina merasa seperti sedang terbang di angkasa. Cahaya yang sangat terang menyinari wajahnya.

Ketika Dina membuka matanya, ia sudah berada di bawah pohon beringin tua itu. Cahaya matahari pagi menyinari wajahnya. Dina tersenyum. Ia tahu bahwa petualangannya belum berakhir, namun ia merasa sangat bahagia karena telah berhasil menjalankan tugasnya sebagai penjaga dimensi.

Akhir Cerita

Dina kembali ke kehidupan normalnya. Namun, ia tidak pernah melupakan pengalamannya di dimensi lain. Ia sering mengunjungi pohon beringin tua itu untuk bermeditasi dan berkomunikasi dengan alam semesta.

Dina menjadi seorang tokoh yang sangat dihormati di masyarakat. Ia sering memberikan ceramah tentang pentingnya menjaga lingkungan dan hidup berdampingan dengan alam. Kisahnya menjadi inspirasi bagi banyak orang untuk berani menghadapi tantangan dan mewujudkan mimpi-mimpi mereka.

Dan begitulah kisah Dina, gadis remaja yang biasa menjadi seorang penjaga dimensi. Kisahnya membuktikan bahwa setiap orang memiliki potensi yang luar biasa, dan bahwa kebaikan selalu menang atas kejahatan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun