Ismail Haniyeh di Teheran pada (31/7/2024) yang lalu, memunculkan berbagai macam asumsi publik. Pihak mana yang menjadi dalang dibalik terbunuhnya panglima tertinggi HAMAS itu? publik bertanya-tanya siapakah dalang dibalik pembunuhan Haniyeh? mulai dari asumsi keterlibatan Israel dengan agen Mossad nya dan campur tangan Amerika dibaliknya. Hal ini semakin memperkeruh suasana geo-politik dikawasan Timur Tengah.
Terbunuhnya pemimpin tertinggi Harakah Al-Muqawamah Al-Islamiyah (HAMAS),Peristiwa pembunuhan Haniyeh, dilakukan menggunakan proyektil jarak dekat dari luar rumah yang ditempati olehnya. Rumah itu adalah tempat tinggal sementara Haniyeh selama kunjungan ke negara Republik Islam Iran. Kunjungan Haniyeh itu dilakukan dalam rangka menghadiri penetapan presiden baru Iran, Masoud Pezeshkian pada (30/07/2024) yang lalu. Peristiwa pembunuhan tersebut berlangsung sekitar pukul 02.00 dini hari waktu setempat. Serangan itu menewaskan Haniyeh dan beberapa pengawal pribadinya.
Kemudian, Pasukan garda revolusi Iran mengecam keras peristiwa pembunuhan Haniyeh dan menuduh Israel adalah dalang dibalik perbuatan keji itu. Serangan brutal yang mengakibatkan terbunuhnya Haniyeh, dianggap sebagai pelecehan martabat negara Republik Islam Iran. Karena Haniyeh datang ke Iran sebagai tamu kehormatan, sehingga keamanan pemimpin HAMAS itu menjadi tanggung jawab penuh pasukan garda revolusi Iran (IRGC).Â
Yang menjadi pertanyaan besar adalah, bagaimana hal itu bisa terjadi di markas veteran perang Republik Islam Iran di Teheran? yang mana markas ini memiliki pengamanan ketat dari pasukan garda revolusi Iran (IRGC). Peristiwa ini memunculkan pertanyaan yang cukup menarik untuk dibahas. Apalagi peristiwa pembunuhan Haniyeh itu, berlangsung tidak lama setelah kecelakaan helikopter Presiden Republik Islam Iran, Ibrahim Raisi dan menteri luar negeri Iran, Hossein Amir Abdollahian di provinsi Azerbaijan Timur pada (19/05/2024) yang lalu.
Mayor Jenderal Hossein Salami pimpinan pasukan garda revolusi Iran (IRGC), mengecam keras peristiwa pembunuhan Ismail Haniyeh dan mengancam akan melakukan pembalasan yang akan jauh melebihi apa yang dilakukan oleh Israel. Sementara itu, Israel belum memberikan tanggapan atas peristiwa tersebut. Merespon apa yang telah terjadi, pada (01/08/2024) Republik Islam Iran dan sekutunya melakukan pertemuan tertutup di Teheran.Â
Dalam pertemuan itu dihadiri oleh para perwakilan dari sekutu-sekutu Iran di Palestina, HAMAS dan Jihad Islam, kemudian dari kelompok Houthi di Yaman, kelompok Hizbullah di Lebanon, dan kelompok perlawanan Irak pro-Iran, dalam pertemuan itu pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamanei dan anggota senior Garda Revolusi Iran turut hadir.
Kepala Staf Angkatan Bersenjata Iran, Jenderal Mohammad Baqeri memberikan statemen. Bahwa pihaknya sedang melakukan identifikasi dan penyelidikan mendalam mengenai kasus terbunuhnya pemimpin tertinggi HAMAS, Ismail Haniyeh. Ia mengatakan bahwa Israel akan membayar harga mahal untuk pembunuhan Haniyeh di Teheran.Â
Sementara itu, Panglima Angkatan Udara Israel, Tomer Bar, saat berbicara dalam seremoni wisuda militer di Israel pada (31/07/2024) malam, memperingatkan pada semua pihak bahwa Tel Aviv akan mengambil tindakan tegas terhadap siapa saja yang berencana melukai warganya.
Perang di tanah Palestina terus berlangsung sampai saat ini. Perang skala besar terjadi ketika sayap militer HAMAS, Brigade Izuddin Al-Qassam melancarkan operasi badai Al-Aqsa pada (07/10/2023) yang lalu. Operasi badai Al-Aqsa dilakukan dengan peluncuran kurang lebih 5000 roket dari Gaza ke wilayah ibukota Israel, Tel Aviv. Serangan itu, Â kemudian ditanggapi oleh militer Israel (IDF) dengan operasi pedang Besi. Yaitu operasi bumi hangus dengan tujuan melenyapkan pasukan milisi HAMAS.Â
Dampak dari agresi yang dilakukan militer Israel (IDF) ini. Rakyat Gaza mengalami penderitaan yang luar biasa, kota-kota di Gaza dibombardir oleh pesawat tempur Israel dan korban tewas dari masyarakat sipil tidak bisa dihindari. Semenjak konflik itu meletus pada (07/10/2023) sampai dengan saat ini, korban meninggal dunia hampir 40 ribu jiwa. Sisanya, ribuan orang mengalami luka-luka serta kehilangan tempat tinggal.
Rentetan peristiwa yang terjadi di tanah Palestina, sepanjang pertengahan tahun 2023-2024 ini. Menyebabkan gejolak politik yang luar biasa dikawasan Timur Tengah. Berbagai isu dihembuskan, berbagai propaganda dilakukan oleh pihak-pihak yang melihat itu sebagai peluang untuk melegitimasi kekuatannya di wilayah regional Timur Tengah.Â