[caption id="" align="alignleft" width="251" caption="ilustrasi garuda"][/caption] Jika kakiku hanyalah mampu membekaskan tapak di bumi pertiwi ... maka pastaslah jiwaku bagai anak pasir di bawah kuasa tanah juga langit nagari * Jika ujung pandanganku hanyalah mampu terlepas sebatas ujung cakrawala ... maka pantaslah pikiranku bagai laut juga udara nagari di bawah alam semesta kemunafikan berbusa Aku yang terbatas dalam ruang dan waktu tanpa batas, tidak juga kamu ... tapi bayangan paradoks terus berjalan tanpa takut di atas kuasa nilai nilai keluhuran bangsa Aku benci mendengar titah titah kenegarawanan ... manakala keterpurukan dan kebinasaan karena mulut sucimu adalah fakta dosa bangsa Mulutku terkunci untuk bicara hati nurani ... manakala cahayanya jatuh di bawah kenisbian setiap jengkal wilayah abu abu halalkan permainan kooptasi Jiwaku muak bicara kebijaksanaan dan semua filosofi anak bangsa ... manakala pikiran pikiran agung mampu melakukan pembusukan karena kebohongan besaR * Lantang suaraku tidak akan pernah berkata jujur ... manakala citra manusia Indonesiaku terkoyak oleh kebohongan demi kebohongan baru demi citra dan emblem garuda di dadamu Aku yang terbatas dalam ruang dan waktu tanpa batas, tidak juga kamu .. tapi bayangan kalah juga menang, takluk di atas tahta tahta kuasa statusquo sederajat tahta nagari demokrasi Badut badut aktor episode reformasi melakukan hipotesa dan pengandaian paralel atas kebenaran palsu Tapi seni akal akalan tidak akan mungkin seluas papan catur walau linier dengan penggalan penggalan waktu Aku yang didungukan oleh imej di balik angka angka dan simpul kebohongan besar sebagai kata kunci Kesetiaan kenegaraanku pun engkau ukur hanya sebatas parameter emosi demonstrasi dan satuan simpati rakyat di atas mesin survei Hidup adalah aktualisasi dan kreasi tanpa nihilkan makna perjuangan rakyat adalah pertarungan konsistensi tanpa robekan bendera merah putih aku yang terbatas dalam ruang dan waktu tanpa batas, tidak juga kamu tapi bayangan apatis telah menjadi peluru di bawah kuasa kaki kaki penjajah bangsa sendiri Ingatlah sejarah kala mereka menaikkan bendera dengan integritas diri sebagai anak anak pertiwi Jujur dengan darah perjuangan .. Setia dengan jiwa persatuan .. Satu kata dalam perbuatan .. Untuk sebuah bangsa... Siapa lagi yang bisa dipercaya bila kepalsuan kata demi kata pemimpin mencederai nilai nilai kejujuran rakyat ? Kepadamu ku bertanya, " Apa arti 18 kebohongan itu pemimpinku ?" Catatan lepas (suntuk) iniadalah tanggapan tulisan dari link di bawah , sebagai apresiasi kebersamaan atas keprihatinan bersama .. Salam sobat http://politik.kompasiana.com/2011/01/11/18-kebohongan-sby/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H