Mohon tunggu...
Indra Trisnajaya
Indra Trisnajaya Mohon Tunggu... Konsultan - Seorang Konselor/ Konsultan

Secara umum lebih tertarik pada humor, kajian filsafat dan hiburan olahraga

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Kilas Kritik Program BKKBN di 2019

15 Januari 2020   09:27 Diperbarui: 15 Januari 2020   16:05 324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selama ini BKKBN lebih terkonsentrasi pada upaya menaikan pencapaian peserta baru atau ganti cara ke metode kontrasepsi jangka panjang. Hampir di setiap seminar, pelatihan dan paparan program, pihak BKKBN selalu mengulas ini sehingga memberikan pemahaman kepada petugas KB di lapangan bahwa hal paling utama dalam program KB adalah bagaimana mencari peserta KB sebanyak mungkin agar LPP dapat ditekan. 

Semuanya mengarah pada istilah menurunnya TFR, meningkatkan CPR, menurunkan unmet need, meningkatkan usia kawin, menurunkan ASFR.

Menurut pemahaman penulis, hal ini cenderung mereduksi peran, fungsi dan tanggung jawab BKKBN sebagai lembaga pemerintah yang menangani masalah kependudukan di Indonesia. 

Seharusnya BKKBN punya strategi jitu dalam upaya membangun keluarga Indonesia yang berkualitas dan sejahtera. Apalagi saat ini dalam Sembilan Agenda Prioritas Pembangunan atau yang populer dikenal dengan 'Nawacita', pemerintah berupaya meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia (lihat nawacita poin ke 5). 

Ini mengartikan bahwa tugas BKKBN menjadi kompleks. Tidak hanya sebagai lembaga kontrol pertumbuhan penduduk saja, tetapi juga berperan aktif dalam membangun penduduk Indonesia yang berkarakter yang tertuang dalam poin ke delapan nawacita: melakukan revolusi karakter bangsa.

Memang tak bisa dinafikan bahwa ada program BKKBN yang sudah berperan dalam pembangunan keluarga. Sebagai seorang petugas KB, penulis juga sudah menjalankan kegiatan tersebut seperti tribina, UPPKS, PIK dan program Genre. Namun program tersebut terkesan hanya sebagai pelengkap dan formalitas saja. 

Belum ada dukungan serius dari BKKBN sendiri. Padahal untuk membentuk keluarga Indonesia yang berkarakter dan berbudi luhur, harus dimulai dari institusi keluarga dan pendidikan dengan menyasar generasi muda.

BKKBN perlu mereformulasi kembali sasaran dan program prioritas ke arah yang lebih strategis dan cerdas. Strategis artinya efektifitas tujuan membangun keluarga Indonesia yang berkualitas dan berkarakter bisa dicapai sesuai rencana. Sedangkan cerdas maksudnya menempatkan program unggulan dalam skala prioritas yang benar. 

Agar nantinya BKKBN tidak perlu lagi bekerja keras. Karena di awal telah menerapkan grand desain program yang tepat, berkesinambungan serta sejalan dengan tujuan pemerintah. Karenanya agar tercapainya visi dan misi pembangunan Indonesia 2015-2019 maka BKKBN perlu menempatkan generasi muda sebagai sasaran utama program Keluarga Berencana.

Dalam strategi pembangunan nasional 2015-2019; pada poin pertama berupa dimensi pembangunan manusia, dijabarkan empat pokok kebijakan pembangunan. 

Salah satunya adalah pembangunan mental dan karakter. BKKBN mempunyai program untuk mendukung peningkatan kualitas manusia dan masyarakat (baca: pembangunan karakter) dengan penguatan peran keluarga seperti menanamkan delapan fungsi keluarga, pendidikan dini melalui BKB holistik integratif, bina remaja dengan program genre, lansia dengan BKL dan ketahanan keluarga melalui UPPKS dan PPKS.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun