Mohon tunggu...
bang joss
bang joss Mohon Tunggu... Jurnalis - mari tingkatkan karya nyata untuk indonesia tercinta ini

Membangun Karakter Diri Merupakan Proses Pembelajaran Paling Berharga Yang Tumbuh Dalam Jiwa Kita

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pendidikan Sepanjang Hayat

27 September 2017   23:08 Diperbarui: 14 Oktober 2017   12:48 2152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berbicara mengenai pendidikan saat ini tidak akan ada habisnya, kita sering dengar nasihat orang-orang negarawan, 'Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat ditentukan oleh keberhasilan pendidikan,bahkan maju mundurnya suatu bangsa tergantung dari maju mundurnya dunia pendidikan bangsa itu sendiri'.

Pendidikan adalah kebutuhan setiap insan, menusia mendapatkannya melalui otodidak (belajar sendiri), bekerja, kursus, pendidikan formal ataupun non formal. Banyak ayat-ayat dan hadits yang menganjurkan menuntut ilmu, di antaranya: Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim laki-laki dan perempuan, menuntut ilmu sedari dalam kandungan, hingga kedalam liang lahat, tuntutlah ilmu walaupun di Negeri Cina, di manapun negeri yang jauh.

Dustur ilahi mengatakan:"

11. Hai orang-orang beriman apabila kamu di katakan kepadamu: 'Berlapang-lapanglah dalam majlis', Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.(QS. Al-Mujadalah:11).

Dari ayat di atas jelas bahwa Allah meninggikan derajat orang-orang yang berilmu beberapa derajat diantara yang lainnya. Bahwa ilmu penetahuan manfaatnya untuk jangka pendek dan jangka panjang waktu yang lama, yaitu membentuk peradaban suatu bangsa atau suatu umat. Jadi yang diwajibkan menuntut ilmu bukan pintar bodohnya, Allah berikah seorang hamba ilmu tanpa belajar, ada juga yang lama belajar, namun ia belum mendapatkan ilmu banyak, ada yang belajar di pesantren hanya tetapi ia hanya di suruh oleh kiainya (menjadi asisten) kemudian di suruh pulang, dan tiba-tiba ia menjadi kiai besar. Untuk mendapatkan ilmu butuh kesabaran, dan manfaat ilmu adalah merubah pola pikir seseorang tentang sesuatu, berpikir holistik, luas, mengubah mainset.

Ini tentu berbeda dengan pencari harta, karena harta hubungannya dengan kesejahteraan atau kekayaan berbeda. Kalau orang ingin kaya tidak perlu sekolah, berdagang, menjadi pengusaha saja akan menjadi kaya, tidak usah sekolah akan menjadi kaya. Zaman matrealis, kapitalis ini banyak orang yang mencari kekayaan dengan jalan pintas, ia akan berkata: "yang penting kaya, caranya bagaimana saja, "pergi ke (orang pintar) dukunpun menghalalkan dirinya, yang penting sukses dunia menjadi kaya raya.

Kewajiban manusia terhadap harta adalah berusaha, mencari, berikhtiar sekuat tenaga, masalah penghasilan banyak atau sedikit, itu di luar kekuasaan manusia. Inilah hak prerogatifnya Allah akan menjadikan orang kaya atau miskin. Menjadi orang yang di berikan harta adalah ujian, semua adalah tidak lepas dari ujian Allah. Apapun kondisi yang diberikan oleh Allah kepada kita saat ini, mari kita syukuri dengan tawakkal kepadaNya, dan semoga Allah ridha atas diri kita.

Kekayaan atau kemiskinan seseorang adalah bukan ukuran kemulyaan, kemulyaan adalah karena keimanan, ketaqwaan, dan amal shaleh seseorang selama di dunia. Demikian juga banyak atau sedikitnya pengikut (follower) di media sosial tidak menjadi ukuran seseorang menjadi mulya atau tidak. Kalau Allah ingin memulyakan seseorang, maka para malaikat, dan semua mahluk akan di suruhnya untuk memulyakan hamba tersebut.

Hidup ini hanya menanam untuk di panen nanti di akhirat, hidup ini hanya sebentar seperti berhentinya kendaraan di tempat peristiratan sementara, untuk menuju akhirat kekal selamanya. Kalau usia kita diberi oleh Allah 60-80 tahun, artinya hitungan di akhirat tidak sampai satu hari, karena hitungan satu hari di akhirat adalah 100 tahun di dunia. Bahagia, sejahtera, berkah, gemah ripah loh jinawi, toto, titi, tentram raharjo, tentu dambaan semua manusia, namun Allahlah yang berperan atas semua manusia.

Padahal di akhirat kelak pertanyaan untuk harta itu banyak "dari mana kamu mendapatkan harta? Bagaimana cara mendapatkannya? Untuk apa saja harta di belanjakan (di gunakan?). sedangkan ilmu dan jabatan hanya satu pertanyaan: kemanakah ilmu yang kamu dapat? Dan bagaimana kamu menggunakan jabatannya?

Untuk masalah harta lihatlah selalu kepada yang lebih rendah, sehingga kita selalu bersyukur dan dapat berbagi membantu sesama yang lebih rendah dari pada kita. Urusan manuntut ilmu bersifatlah rakus dan thamak, karena semakin banyak orang membaca buku, ia akan merasa bodoh karena masih banyak buku dan ilmu pengetahuan yang belum ia baca dan ia ketahuai, ilmu padi (dewi sri penghilang rasa lapar) semakin berisi semakin merunduk. Ada dua kemolpok yang tidak pernah merasa kenyang, mereka adalah penuntut ilmu dan pencari harta.

Dalam pendidikan sepanjang hayat, apapun profesi kita, akan mendapatkan ilmu dari mana saja tempat ia bekerja dan berkhidmat, yang utama adalah mengamalkannya agar menjadi tumbuh subur dan berbuah. Phillip H. Coombs (Uyoh Sadullah, 1994:65) mengemukakan tentang pendidikan di masyarakat, antara lain:

1. Program persamaan bagi mereka yang tidak pernah sekolah atau putus sekolah.

2. Program pemberantasan buta huruf.

3. Penitipan bayi dan penitipan anak pra sekolah.

4. Kelompok pemuda tani,

5. Perkumpulan oleh raga dan rekreasi,

6. Kursus-kursus ketrampilan

Pandidikan sepanjang hayat adalah menjadikan manusia, baru, dapat hidup pada masanya, mengikuti perkembangan yang ada, dan menjadi manusia "learning to be" belajar menjadi seseorang, apapun profesi kita. Kemudian bagaimana manusia yang beragam agama, budaya, adat istiadat dan bangsa ini dapat menjadi "learning life together", yaitu dapat hidup bersama dan menghargai perbedaan sesama manusia di dunia.

Wallahu'alam...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun