Setiap tanggal 23 Juli, Indonesia terutama dikalangan pendidikan di jenjang pendidikan non formal hingga pendidikan dasar setingkat SD, selalu memperingati hari spesial anak, yaitu Hari Anak Nasional. Tahun ini mungkin lebih spesial karena berbarengan dengan hari paling berkah buat umat Islam, Puasa Ramadhan, bulan baik seribu bulan yang sayang jika meninggalkan ibadah sedetikpun. Yang konon menurut ulama kebanyakan mengakui di bulan rahmat ini, tidur pun termasuk ibadah, Insya Allah. Berbagai kegiatan yang berbau anak dan untuk menyenangkannya dibuat baik oleh sekolah, arena bermain anak, mal hingga mungkin orang tua yang ingat memberikan hadiah di spesial ini. Tak terkecuali Si Mbah Google juga ikut merayakan Hari Anak Nasional yang jatuh pada hari ini, Selasa, 23 Juli. Jika sedang membuka mesin pencarian ini, logo google akan dihiasi 2 anak laki-laki dan perempuan bergandengan tangan yang mencerminkan keceriaan. Hal ini tentu sesuai dengan tema HAN 2013 saat ini, yaitu, "INDONESIA YANG RAMAH DAN PEDULI ANAK DIMULAI DARI PENGASUHAN DALAM KELUARGA" Mengamati judul ini, tentunya ramah anak dan kepedulian dimulai dan diawali dari rumah, keluarga dan orang tua. Sehingga bagi orang tua yang memiliki anak hari ini jangan lupa memberikan hadiah terbaik dan kenang-kenangan terbaik untuknya. Karena momen seperti ini sangat jarang dan langka. 23 Juli itu Saya lahir dengan nama kecil, Kobul disebuah desa/jorong di Pasir Dua, Kecamatan Panti, Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat. Tepatnya hari Sabtu, 23 Juli 1977 sekitar 1 minggu menjelang bulan puasa Ramadhan. Tentu dengan kesamaan perayaan HAN dan hari lahir saya saat ini terasa sangat spesial dan berkesan. Sekalipun dalam seingatan saya, ulang tahun ini tidak pernah dirayakan dan diucapkan oleh siapapun saat masa kecil saya, termasuk orang tua, kakak, dan teman sekitar. Tradisi perayaan ulang tahun terutama di keluarga tidaklah terlalu penting, bahkan seringkali hal ini dilupakan. Selain itu karena kondisi dan tempat yang tidak memungkinkan. Karena saya lahir dari keluarga buruh tani yang tidak sempat memikirkan untuk merayakan ulang tahun dan membagikan sepotong kue. Sedih, tidak juga, tetapi selalu membuat hati ini perih dan menangis. Karena berasal dari keluarga miskin, hingga menginjak usia dewasa, sampai lulus SMA di Kinali, Pasaman Barat, ulang tahun tak pernah dirayakan, bahkan tak pernah diingatkan oleh siapapun. Sejak menginjakkan kaki di Jakarta tahun 1997, rasa ini mulai menancap dihati. Teman-teman mengucapkan do'a dan harapan dengan berkurangnya usia. Di situs pertemanan seperti facebook, twitter dan lainnya termasuk via BBM dan SMS, sang anak buruh tani miskin ini kebanjiran ucapan selamat dari teman, kerabat, family, teman kerja, teman main, tetangga hingga yang hanya bersilaturrahim lewat situs sosial tersebut. Sekalipun tidak mengadakan acara spesial dan membuat hal-hal yang mengundang orang banyak, adik-adik yatim, piatu dan teman di yayasan anak yatim itu tetap berharap ingin mengadakan berbuka dan sahur bersama sekaligus. Terima kasih buat teman-teman yang sudah mengingatkanku soal pengurangan umur, semoga kita saling mengingatkan dan berinstrofeksi diri, terutama saat bulan Ramadhan ini memperbanyak amalan untuk bekal kita kelak, siapa tahu ini adalah Ramadhan terakhir dan ulang tahun terakhir bagiku, Terima kasih teman-teman yang mengucapkan do'a dan harapannya, terima kasih Ya Allah yang memberikan rahmat dan hidayah serta umur sehat-Nya, terima kasih untuk kedua orang tuaku, terutama untuk Ibunda yang sudah mendahului semoga diberi tempat yang layak sesual amal ibadahnya. Terima kasih semuanya...selamat menjalankan ibadah puasa, Ramadhan 1434 H...maaf lahir & bathin (bang imam)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H