Orang yang bertaubat itu ada dua macam. Yaitu, taubat nasuha dan taubat sambal. Taubatan nasuha itu apabila diikuti dengan kesungguhan untuk menghindari perbuatan maksiat dan benar-benar tidak akan mengulangi.Â
Sedangkan taubat sambal atau taubat tomat (tobat trus kumat) adalah julukan untuk orang yang bertaubat tapi selalu kumat dan selalu mengulangi lagi perbuatan maksiatnya.
Berkaitan dengan taubat ini, Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman : "Hai orang-orang yang beriman, tobatlah kamu kepada Allah dengan sungguh-sungguh (Tobat Nasuha)," (QS: Attahrim:8).
Namun, untuk mencapai taubatan nasuha memang berat. Apalagi jika kita tidak bisa jauh dari biang kemaksiatan. Apa itu biang kemaksiatan? Biang kemaksiatan bisa berupa lingkungan yang tidak kondusif untuk menjaga taubat kita. Seorang preman yang bertaubat dituntut untuk menjauhi lingkungan tempat ia dulu gemar bermaksiat. Menjauhi teman-temannya di dunia hitam. Agar tidak terfikir olehnya untuk kembali menekuni dunia hitam.
Seorang yang kecanduan melihat pornografi dan bertaubat. Maka ia juga harus menjauhi sarana-sarana yang memudahkan ia untuk kembali melihat gambar-gambar pornografi. Dan siapapun yang sungguh-sungguh dalam taubatnya, maka wajib baginya menjauhi biang kemaksiatan. Jika tidak, suatu saat ia akan kembali menekuni hobby maksiatnya. Kecuali bagi mereka yang dirahmati Allah Subhanahu Wa Ta'ala.
Rasulullah SAW pernah mengisahkan lewat sebuah hadits dari Abu Said Al-khudry yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim. Dahulu ada seseorang yang telah membunuh 99 nyawa, kemudian sang pembunuh itu ingin bertobat.
Maka ia pun kemudian menemui seorang Alim (Ahli Ilmu), dan pada waktu itu yang ditemuinya adalah seorang pendeta. Bertanyalah pembunuh tersebut kepada pendeta, "Saya telah membunuh 99 nyawa, apakah ada jalan untuk bertobat?" Jawab Pendeta, "Tidak ada". Karena mendengar jawaban seperti itu, maka pendeta itupun langsung dibunuhnya, maka genaplah 100 nyawa.
Kemudian, sang pembunuh itu mencari orang Alim lainnya, ia pun berkata, "Saya telah membunuh 100 nyawa, apakah ada jalan bertobat?". Orang Alim itu menjawab, "Ya ada, pergilah ke sebuah negeri yang di sana banyak orang-orang taat kepada Allah, berbuatlah sebagaimana perbuatan mereka dan jangan kembali ke negerimu ini, karena di sini banyak orang-orang jahat," . Maka pembunuh itupun berangkat menuju ke negeri yang dimaksud atas saran orang Alim itu.
Dari kisah di atas, menjadi lebih jelas bahwa jika kita ingin menjaga taubat kita. Dan menjauhi taubat sambal, maka jauhilah biang kemaksiatan. Niscaya kita bisa bertaubat secara taubatan nasuha. Taubat sebenar-benarnya taubat.
Kisah sang pembunuh 100 nyawa belum usai, masih ada lanjutannya lho.
Ketika sang pembunuh masih dalam perjalanan menuju ke sebuah negeri yang disarankan oleh seorang Alim, ternyata sang (mantan) pembunuh ini mendapat musibah sehingga iapun meninggal dunia dalam perjalanan tobat. Setelah meninggal, 2 malaikat pun turun yakni malaikat Rahmat dan malaikat Siksa, untuk menjemput ruh pembunuh tersebut, dan bertengkarlah 2 malaikat tersebut.
Berkata malaikat Rahmat, "Dia telah berjalan untuk bertobat kepada Allah dengan sepenuh hatinya". Kemudian berkata pula Malaikat Siksa, "Dia belum pernah melakukan kebaikan sama sekali".
Karena terus bertengkar, datanglah seorang malaikat lagi yang menjadi penengah antara 2 malaikat yang bertengkar, kemudian malaikat yang ketiga ini pun berkata, "Ukur saja jarak antara 2 negeri tersebut (yang ditinggal dan dituju), maka kemana dia lebih dekat, masukkanlah dia kepada golongan orang sana."
Kemudian, malaikat rahmat dan malaikat siksa pun saling mengukur, dan didapatkan lebih dekat kepada negeri kebaikan yang ditujunya, kira-kira sejengkal. Maka dipeganglah ruhnya oleh malaikat rahmat.
Dari kisah ini, kita bisa kembali menyimpulkan bahwa seberat apapun dosa pintu taubat selalu terbuka. Dan Allah Subhanahu Wa Ta'ala Maha Menerima Taubat. Semoga kita semua diberikan kekuatan untuk menjauhi segala maksiat, dan bertaubat dengan taubatan nasuha. (ilham)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H