Tak ada yang bisa memprediksi kapan datangnya malaikat maut menjemput kita. Ketika Izrail datang, kehendaknya tak bisa ditawar, tak bisa diundur karena habisnya jatah umur. Kalau sebelumnya kita tidak mempersiapkan diri dengan amal shalih, tiada lain yang dirasa kecuali penyesalan. Menyesali keterlambatan kesadaran diri untuk memperbanyak bekal setelah kematian. Anugerah umur tersia dengan cinta dunia yang melenakan jiwa. Hingga kita pun merana selamanya.
Sebaliknya, bagi mereka yang sudah banyak bekal amal shalih, sudah banyak mendulang pahala selama di kehidupan dunia, maka kedatangan Izrail bukan menjadi masalah besar, apalagi jika selama hidup selalu mengerjakan amalan yang mengundang Multi Level Pahala.
Apa itu Multi Level Pahala? Kalau dalam dunia bisnis ada MLM (Multi Level Marketing), artinya pemasaran berjenjang atau strategi pemasaran di mana tenaga penjual (sales) tidak hanya mendapatkan kompensasi atas penjualan yang mereka hasilkan, tetapi juga atas hasil penjualan sales lain yang mereka rekrut. Maka dalam hal ibadah ada Multi Level Pahala.
Saya tidak sedang membahas hukum MLM, yang saya lihat ada sedikit kemiripan dengan orang yang mendapatkan pahala jariyah, maka saya katakan ada semacam Multi level Pahala, berdasarkan hadits Rasulullah sholallahu 'alaihi Wasallam berikut: "barangsiapa yang mencontohkan suatu sunnah (perbuatan) yang baik dalam Islam maka ia mendapat pahala sekaligus pahala orang lain yang mengamalkannya sampai hari kiamat..." (HR. Muslim no. 1017)
Melihat hadits di atas, tampak sangat keren jika kita bisa mendapatkan pahala ketika orang lain mengamalkan suatu amalan dan mendapatkan pahala. Kita kecipratan pahalanya karena kita pernah berkontribusi membuat orang lain mengamalkan perbuatan baik atas petunjuk kita. Lebih jelasnya mari kita simak terjemahan hadits berikut :
“Apabila seorang manusia meninggal, maka terputuslah amalnya, kecuali tiga, yakni sedekah jariyah, atau ilmu yang diambil manfaatnya, atau anak saleh yang mendoakannya”. (HR Muslim di dalam shahihnya juz 2 hal. 70 hadis no. 1631)
Hadits tersebut memberitahukan kepada kita bahwa ketika kita sudah meninggal dunia, kita tak bisa lagi beramal shalih dan tentunya tidak bisa mengumpulkan pahala, kecuali kalau kita mengamalkan 3 macam amalan jariyah sebagaimana disebutkan dalam hadits di atas, 1. Sedekah jariyah, 2. ilmu yang bermanfaat, dan, 3. Anak Shalih yang mendoakannya.
Kalau kita ingin meraih Multi level Pahala, silahkan amalkan 3 amalan itu. Kita akan tetap bisa mendulang banyak pahala meski jasad kita udah terkubur di dalam tanah. Pahala akan terus mengalir kepada kita disebabkan pahala sedekah jariyah.
Selama sedekah jariyah kita masih bisa memberikan manfaat pada orang lain, maka selama itu pula kita akan mendapatkan pahala juga. Pahala akan terus mengalir, jika dulu selama hidup di dunia kita pernah mengajarkan suatu ilmu dan diamalkan oleh orang-orang yang pernah kita ajari. Pahala akan terus mengalir, manakala anak-anak kita terus mendoakan kita.
Terkait dengan hadits amalan jariyah ini, Imam An-Nawawi berkata : "Para ulama berkata tentang makna hadist tersebut : Sesungguhnya amal seorang yang telah meninggal terputus sebab kematiannya. Akan terputus pula pembaruan pahalanya.
Kecuali pada tiga perkara ini dikarenakan apa yang menjadi sebabnya. Bahwa anak adalah hasil darinya. Begitupun ilmu yang sebelumnya ia ajarkan atau susunkan, begitupun shodaqoh jariyah yang merupakan waqaf."