Setiap manusia tidak bisa lepas dari yang namanya ujian. Selama kita masih hidup di dunia ini, pasti ada saja ujian yang datang menghampiri. Ujian datang silih berganti. Kadang ujian itu datang dalam bentuk kenikmatan duniawi yang membuat kita lupa diri, namun kadang ujian datang berupa kesusahan hidup, kemiskinan, penderitaan, ditinggal orang-orang tercinta, dan masalah-masalah lain yang sulit untuk kita prediksi kedatangannya.
Kita ini manusia hanya bisa pasrah kepada Allah atas ujian yang menerpa. Tak selayaknya juga kita mencela taqdir atau merasa menjadi manusia yang paling kurang beruntung, karena setiap manusia punya jatah ujian masing-masing. Semakin tinggi iman semakin berat ujian. Namun ingatlah bahwa Allah tidak akan memberikan ujian di luar batas kemampuan kita. Allah berfirman dalam surat Al Baqarah ayat 286 :
"Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya....." (2:286)
Mungkin ada yang bertanya, jika Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya, namun mengapa ada yang tidak sanggup menerima ujian sehingga jadi gila, dan ada juga yang sampai nekat bunuh diri?
Jika sampai gila atau bunuh diri, kemungkinan yang mereka terima bukan ujian, namun adzab dari Allah. Misalnya ada orang yang nekat bunuh diri karena putus cinta, maka ini bukan ujian tapi adzab. Kenapa saya katakan adzab, karena kegiatan pacaran (sebelum pernikahan) itu jelas-jelas dilarang Islam, sehingga kematiannya itu merupakan adzab dari ketidaktaatan dia kepada aturan Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Selama kita beriman kepada Allah subhanahu wa Ta'ala dan tidak sedang dalam menekuni kemaksiatan, maka segala bentuk penderitaan atau kesushan adalah masuk kategori ujian, bukan adzab.
Mengapa Kita Diuji?
Mengapa kita mendapatkan ujian dari Allah subhanahu wa Ta'ala? Ada 3 sebab mengapa kita diuji :Â
Satu, sebagai kaffarah atau penebus dosa, agar dosa-dosa kita terhapuskan atas sebab kesabaran kita dalam menghadapi ujian. Dalam hal ini saya jadi teringat hadits berikut :Â
Rasulullah bersabda, "Tidaklah seorang muslim yang tertimpa gangguan berupa penyakit atau semacamnya, kecuali Allah akan menggugurkan bersama dengannya dosa-dosanya, sebagaimana pohon yang menggugurkan dedaunannya," (HR. Bukhari dan Muslim).
"Bencana sentiasa menimpa seorang mukmin dan mukminah pada dirinya, anaknya, dan hartanya sampai ia berjumpa dengan Allah dalam keadaan tidak ada kesalahan pada dirinya," (HR. At Tirmidzi, dan beliau berkata, "Hasan shahih.", Imam Ahmad, dan lainnya)
Kedua, untuk memberi pahala kepada kita. Kita akan mendapatkan pahala dari kesabaran kita dalam menghadapi ujian, bahkan pahalanya ghoiru muhtasib, sebagaimana firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala yang artinya, "Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala buat mereka tanpa batas." (Surah az-Zumar ayat 10) .
Ketiga, Allah Subhanahu Wa Ta'ala ingin meninggikan darjat kita. Dengan adanya ujian, akan diketahui siapa sebenarnya kita. apakah kita termasuk mukmin yang benar, ataukah sebaliknya seorang munafik. Naudzubillah. Ingatlah, bahwa allah Subhanahu Wa Ta'ala telah berfirman, yang artinya, "Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan mengatakan, 'Kami telah beriman', sedang mereka belum diuji?" (QS Al-Ankabut 29:2)
Semoga kita semua termasuk orang-orang yang sabar dan istiqomah meski diterpa gelombang ujian yang datang silih-berganti. Amiiin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H