Malam itu, saat penghargaan diserahkan, suasana menjadi penuh haru. Pak Abdullah menerima penghargaan tersebut dengan senyum yang tulus, menggambarkan kelegaan sekaligus kebahagiaan yang mendalam. Dalam pidatonya, ia mengungkapkan bahwa penghargaan ini bukanlah untuk dirinya sendiri, melainkan untuk semua pihak yang telah bekerja keras bersama-sama.
"Penghargaan ini merupakanmilik kita semua. Saya hanya seorang nakhoda, tetapi keberhasilan ini adalah hasil kerja keras seluruh awak kapal. Kita semua berlayar bersama menuju tujuan yang sama," ujarnya dengan suara penuh kehangatan.
Di tengah rencana memasuki masa pensiun, Abilah menegaskan bahwa pengabdian tidak akan berhenti di sini.
"Masa purna tugas bukanlah akhir dari segalanya. Saya akan terus mengabdi di mana pun saya dibutuhkan. Karena bagi saya, melayani masyarakat adalah bagian dari ibadah," tegasnya.
Tgk. Isafuddin: Abilah Pemimpin yang Humanis dan Inspiratif
Salah satu suara yang paling menggugah malam itu datang dari Tgk. Isafuddin, M.H., Kasi Bimas Islam Kemenag Pidie. Ia menggambarkan Pak Abdullah sebagai pemimpin yang tak tergantikan, sekaligus mentor yang telah membimbingnya selama ini.
"Pak Abdullah adalah pemimpin yang selalu hadir dengan solusi. Ia tidak hanya memimpin dari atas, tetapi berjalan bersama kami di garis depan. Beliau menginspirasi kami untuk terus bekerja dengan keikhlasan," ujar Tgk. Isafuddin.
Ia juga menyoroti pendekatan humanis yang menjadi ciri khas Pak Abdullah dalam membina para penyuluh agama.
"Beliau selalu mengingatkan kami bahwa tugas seorang penyuluh agama adalah menyentuh hati masyarakat. Itulah sebabnya beliau begitu peduli dengan penguatan kompetensi kami, mulai dari literasi digital hingga moderasi beragama," tambahnya.
Kado Emas Menjelang Purna Tugas
Penghargaan IDEA IPARI 2024 ini menjadi simbol atas dedikasi dan kerja keras Pak Abdullah selama puluhan tahun. Namun, bagi masyarakat Pidie, penghargaan ini adalah pengakuan atas seorang pemimpin yang telah memberikan segalanya untuk kemajuan agama dan masyarakat.