Syamsiah Ismail, seorang pengawas sekolah dasar dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Lhokseumawe, mencatatkan prestasi membanggakan dengan meraih penghargaan dari Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) tingkat ASEAN. Penghargaan ini diberikan atas kontribusinya yang luar biasa dalam memajukan dunia pendidikan dan literasi, baik di tingkat lokal, nasional, maupun internasional.
Penghargaan ini diserahkan dalam sebuah acara megah di Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta, pada Minggu (22/12/2024). Acara ini dihadiri oleh para tokoh pendidikan, sastrawan, dan pejabat ASEAN, termasuk Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI.
Syamsiah Ismail, yang lahir di Gandapura, Bireuen, pada 12 April 1969, dikenal sebagai sosok yang inspiratif. Ia memiliki latar belakang pendidikan Magister Bahasa dan Sastra Indonesia, yang menjadi dasar kuat dalam kiprahnya di dunia pendidikan. Sepanjang kariernya, ia tak hanya menjalankan tugas sebagai pengawas, tetapi juga aktif dalam berbagai kegiatan literasi, seni, dan pembinaan generasi muda.
Selama ini, Syamsiah telah mengukir sejumlah prestasi gemilang. Ia pernah menjadi Duta Aceh dalam Lomba Karya Ilmiah di Yogyakarta, membina siswa hingga meraih juara nasional dalam Lomba Cipta dan Baca Puisi pada Festival Lomba Seni Siswa Nasional, serta memenangkan beberapa penghargaan menulis dari Gerakan Literasi Nasional dan Balai Bahasa Provinsi Aceh.
Saat menerima penghargaan, Syamsiah mengungkapkan rasa syukur dan kebanggaannya. Ia menyatakan bahwa penghargaan ini adalah hasil dari dedikasi dan kerja keras selama bertahun-tahun. "Saya merasa sangat terhormat atas penghargaan ini. Semoga ini menjadi inspirasi bagi saya dan para pendidik lainnya untuk terus melestarikan budaya melalui literasi," ucapnya.
Syamsiah juga menyampaikan ajakan kepada para guru dan siswa di Aceh untuk menjadikan literasi sebagai bagian penting dalam kehidupan. Ia percaya bahwa pendidikan dan sastra mampu mengangkat nama daerah ke tingkat internasional. "Dengan berkarya melalui sastra dan pendidikan, kita bisa membawa Aceh dan Indonesia lebih dikenal di dunia," tambahnya.
Penghargaan ini juga mendapat apresiasi dari berbagai pihak. Guru Besar Universitas Maritim Raja Haji, Prof. Dr. Abdul Malik, menilai pencapaian Syamsiah sebagai bukti bahwa literasi dan pendidikan memiliki peran penting dalam pembangunan bangsa. Ia menyebut penghargaan tersebut sebagai inspirasi bagi banyak orang untuk terus berinovasi dan berkontribusi dalam memajukan pendidikan.
Menurut Prof. Abdul Malik, penghargaan MURI tingkat ASEAN ini juga menjadi pengakuan atas pentingnya pelestarian budaya di tengah arus modernisasi. Dedikasi Syamsiah menunjukkan bahwa kerja keras dan komitmen yang kuat dapat memberikan dampak besar bagi generasi penerus.
Syamsiah berharap prestasi ini dapat memotivasi para pendidik lain di Aceh untuk terus berkarya dan memberikan kontribusi nyata bagi pendidikan. "Selagi ada kesempatan, mari kita terus berkarya untuk bangsa," tutupnya dengan penuh semangat.
Penghargaan ini menegaskan bahwa peran seorang pendidik tidak hanya sebatas mengajar, tetapi juga sebagai agen perubahan yang membawa dampak positif bagi masyarakat. Syamsiah Ismail adalah bukti nyata bahwa pendidikan, sastra, dan budaya dapat menjadi pilar utama dalam menciptakan masa depan yang lebih cerah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H