Perhelatan maulid nabi Muhammad Saw di kediaman anggota DPR RI Tgk H Ruslan Daud atau lebih dikenal dengan sebutan HRD tentunya memiliki makna tersendiri dengan hadirnya para tokoh dan ulama dari berbagai elemen termasuk calon Gubernur Aceh yang sedang berseteru di arena politik Pilkada serentak tahun 2024 Muzakir Manaf dan Bustami Hamzah.
 Pertemuan antara Muzakir Manaf (Muallem) dan Bustami Hamzah (Om Bus) yang dihadiri oleh ulama kharismatik, Syekh H. Hasanoel Basri HG (Abu MUDI), bukanlah sekadar sebuah pertemuan politik biasa.Â
Di tengah derasnya dinamika politik di Aceh, khususnya dalam konteks Pilkada, pertemuan ini menjadi simbol pentingnya ukhuwah Islamiyah dan silaturahmi dalam menjaga persatuan, meskipun terdapat perbedaan pandangan politik.
 Suasana politik yang memanas menjelang Pilkada sering kali membuat masyarakat terpecah, namun pertemuan ini menunjukkan bahwa ada jalan lain yang lebih bijak, yakni melalui persaudaraan dan kebersamaan.
Aceh adalah daerah yang memiliki sejarah panjang dalam hal persatuan dan ukhuwah. Sejak masa kesultanan, peran ulama selalu menjadi kunci dalam menjaga keharmonisan masyarakat.Â
Ulama di Aceh bukan hanya menjadi pemimpin agama, tetapi juga menjadi penengah dalam berbagai konflik, termasuk politik. Abu MUDI, sebagai salah satu ulama paling dihormati di Aceh, menunjukkan kebijaksanaannya dengan hadir dalam pertemuan tersebut.
 Meski beliau secara terbuka memberikan dukungan kepada pasangan Bustami Hamzah dan Syekh Fadhil melalui PAS Aceh, beliau tetap berperan sebagai penyejuk yang mampu merangkul berbagai pihak yang berbeda pandangan.
Dalam konteks politik Aceh yang sering kali bergejolak, pertemuan ini memberikan harapan bahwa perbedaan tidak harus selalu diakhiri dengan permusuhan. Sebaliknya, pertemuan tersebut menunjukkan bahwa di atas segala perbedaan, masih ada nilai-nilai ukhuwah dan silaturahmi yang harus dijaga. Kehadiran Abu MUDI sebagai mediator dan pemersatu menjadi bukti nyata bahwa peran ulama dalam politik bukan hanya sebagai pendukung, tetapi juga sebagai penjaga moral yang menuntun masyarakat ke arah yang lebih baik.
Pertemuan di Bireuen ini juga memperlihatkan bahwa politik, yang sering kali dipandang sebagai arena persaingan keras, masih bisa dijalani dengan penuh adab dan etika. Dalam Islam, perbedaan pendapat adalah sesuatu yang wajar, bahkan sering kali diperlukan untuk memperkaya wawasan dan pandangan. Namun, perbedaan tersebut harus dikelola dengan baik agar tidak memecah belah umat. Inilah yang ditunjukkan oleh Abu MUDI dalam pertemuan ini. Meski terdapat persaingan politik yang sengit antara Muallem dan Bustami Hamzah, Abu MUDI tetap menjaga agar silaturahmi dan persaudaraan di antara mereka tidak terputus.