Mohon tunggu...
Helmi Abu Bakar elLangkawi
Helmi Abu Bakar elLangkawi Mohon Tunggu... Penulis - Pengiat Sosial Kegamaan dan Esais di berbagai Media serta Pendidik di Lembaga Pendidikan Islam

Khairunnas Affa' linnas

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Era Millenial, 'Semua Dari Meureudu' (SDM) Mandul atau Telah Almarhum?

13 Oktober 2024   23:09 Diperbarui: 14 Oktober 2024   09:51 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Meureudu sebagai bagian negeri Japakeh Pidie Jaya merupakan daerah yang memiliki sejarah panjang dan kaya, dikenal sebagai salah satu tempat yang melahirkan banyak tokoh berpengaruh lintas elemen baik ulama, intelektual, birokrat dan lainnya terutama di bidang pemerintahan, pengusaha dan sosial. 

Beberapa tokoh yang berasal dari Meureudu seperti Tgk Chik Pante Geulima, Mustafa Abu Bakar, Gade Salam, Salman Ishak dan banyak tokoh lainnya.

Istilah "SDM" atau "Semua Dari Meureudu" menjadi simbol kebanggaan masyarakat setempat akan banyaknya sumber daya manusia (SDM) berkualitas yang berasal dari daerah ini. 

Namun, seiring berjalannya waktu, semangat dan jiwa "SDM" ini perlahan-lahan mulai hilang, seolah-olah mengalami mati suri. Fenomena ini patut dicermati, mengingat dampaknya yang signifikan terhadap perkembangan Meureudu ke depan.

Salah satu penyebab utama hilangnya semangat "SDM" di Meureudu adalah perubahan demografis yang signifikan. Banyak generasi muda yang terdidik memilih untuk merantau ke daerah lain, mencari peluang yang lebih baik di luar Meureudu. 

Keputusan ini tidak hanya disebabkan oleh ketidakpuasan terhadap kondisi ekonomi lokal, tetapi juga oleh kurangnya akses terhadap peluang karir yang menarik di daerah mereka sendiri.

 Hilangnya populasi muda yang berpotensi ini tentu mengurangi kemungkinan munculnya pemimpin baru yang dapat memberikan kontribusi positif bagi masyarakat. Indikator lainnya kemauan dan hasrat generasi millenial sebagai pemimpin dan tokoh masa depan untuk belajar secara sungguh dan tekun hingga jenjang lebih tinggi seperti endatu dulunya juga telah memudar. 

Jiwa perantau yang mendidik anak Meureudu dulunya menjadi pertarungan yang tangguh baik di dunia usaha, pendidikan dan lainnya, kini bagi generasi millenial dinamika dan fenomena tersebut bukan lagi impian dan cita-cita serta prioritas.

Dalam konteks ini, migrasi bukan hanya sekadar mencari pekerjaan, tetapi juga mencerminkan keinginan untuk mendapatkan pengalaman dan pengetahuan dari luar. 

Ketika generasi muda lebih memilih untuk mencari nasib di tempat lain, Meureudu kehilangan potensi kepemimpinan yang seharusnya dapat memberikan dampak besar bagi perkembangan daerah. 

Keterasingan ini membuat banyak tokoh lokal merasa tidak termotivasi untuk kembali dan berkontribusi secara aktif.

Bersamaan dengan terbentuknya Pidie Jaya sebagai kabupaten baru, perhatian publik mulai beralih dari Meureudu ke daerah tersebut. Hal ini menyebabkan dukungan terhadap tokoh-tokoh lokal semakin berkurang. 

Dalam kontes politik, tokoh-tokoh dari Pidie Jaya mungkin mendapatkan perhatian lebih besar, meninggalkan Meureudu dalam bayang-bayang. 

Perubahan dinamika politik ini semakin memperparah keadaan, di mana Meureudu tidak lagi dianggap sebagai ladang subur bagi pemimpin-pemimpin baru.

Satu contoh konkret dari fenomena ini terlihat dalam pemilihan Bupati Pidie Jaya untuk Pilkada 2024. Tidak ada tokoh dari wilayah Meureudu yang diusung dalam kontestasi tersebut.

Hal ini mencerminkan tidak adanya kandidat lokal yang siap atau mau mengambil peran kepemimpinan di tingkat daerah. 

Minimnya keterwakilan dari Meureudu dalam pemilihan kepala daerah menciptakan kesan bahwa wilayah ini telah kehilangan potensi untuk melahirkan pemimpin yang dapat mewakili aspirasi masyarakatnya. 

Ini menunjukkan adanya krisis kepemimpinan yang serius, di mana potensi tokoh lokal tidak dimanfaatkan, dan wilayah ini menjadi tidak terlihat dalam peta politik Pidie Jaya.

Dukungan dari komunitas juga sangat penting dalam membangun kepemimpinan yang kuat. Jika masyarakat tidak mendukung atau memberdayakan calon pemimpin, mereka mungkin merasa tidak termotivasi untuk berpartisipasi dalam politik lokal. 

Ketidakpedulian ini menciptakan siklus di mana tokoh-tokoh dari Meureudu merasa terasing dan tidak memiliki landasan untuk berkontribusi, sehingga semakin menjauhkan mereka dari partisipasi aktif dalam pembangunan daerah.

Di era millenial, banyak generasi muda yang lebih terhubung dengan dunia luar dan terpapar pada nilai-nilai yang berbeda. Dalam kondisi ini, aspirasi mereka beralih dari kontribusi lokal menuju peluang yang lebih menjanjikan di luar daerah. 

Saat mereka melihat kesempatan yang lebih baik di tempat lain, motivasi untuk berperan serta dalam pembangunan daerah mereka sendiri berkurang. 

Hal ini menjadi tantangan serius bagi Meureudu, di mana keberadaan tokoh-tokoh lokal yang mampu memimpin dan menginspirasi generasi berikutnya semakin menipis.

Kondisi ini mencerminkan bahwa hilangnya semangat "SDM" bukanlah akibat dari satu faktor tunggal, tetapi merupakan interaksi kompleks dari berbagai elemen yang saling terkait. 

Dengan terbukanya akses pendidikan di Meureudu, diharapkan generasi muda bisa tumbuh dan berkembang menjadi pemimpin masa depan. Namun, tantangan dalam pengembangan kepemimpinan dan partisipasi masyarakat yang rendah menjadi hal yang mendesak untuk diatasi.

Membangun Kembali Semangat "SDM"

Membangun kembali semangat "SDM" dan menciptakan inisiatif untuk mengajak generasi muda terlibat dalam proses politik dan pengambilan keputusan menjadi langkah awal untuk mengembalikan kejayaan Meureudu. 

Salah satu cara untuk mencapainya adalah dengan memfasilitasi program-program pelatihan kepemimpinan yang relevan bagi generasi muda. Melalui program ini, mereka dapat diajarkan keterampilan yang diperlukan untuk berkontribusi secara efektif dalam pembangunan daerah.

Selain itu, penting bagi pemerintah daerah untuk menjalin kerjasama dengan berbagai pemangku kepentingan, termasuk sektor swasta dan organisasi masyarakat sipil. 

Kolaborasi ini dapat menciptakan peluang kerja yang lebih baik dan mendorong generasi muda untuk kembali dan berkontribusi di daerah mereka. 

Dengan memberikan dukungan kepada tokoh-tokoh lokal dan menciptakan lingkungan yang kondusif, Meureudu dapat memfasilitasi lahirnya pemimpin-pemimpin baru yang mampu membawa perubahan positif.

Dalam konteks modern, pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi menjadi sangat penting untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dan memberdayakan generasi muda. 

Program pelatihan digital, pembelajaran jarak jauh, dan keterlibatan dalam ekonomi digital bisa menjadi jalan untuk membangkitkan kembali semangat kepemimpinan lokal. 

Dengan menggunakan platform digital, generasi muda dapat terhubung dengan jaringan yang lebih luas, belajar dari pengalaman tokoh-tokoh sukses, dan mendapatkan akses ke peluang yang sebelumnya tidak terjangkau.

Melalui pemanfaatan teknologi, Meureudu dapat menciptakan platform yang memfasilitasi diskusi, pertukaran ide, dan kolaborasi antara generasi muda dan tokoh-tokoh lokal. 

Ini tidak hanya akan meningkatkan keterlibatan masyarakat, tetapi juga mendorong generasi muda untuk lebih peduli terhadap isu-isu sosial dan politik di daerah mereka. Semangat "SDM" dapat dihidupkan kembali dengan menciptakan komunitas yang saling mendukung dan memperkuat.

Hilangnya semangat "SDM" di Meureudu mencerminkan tantangan yang kompleks dan berlapis. 

Untuk mengatasi masalah ini, dibutuhkan upaya kolektif dari masyarakat, pemerintah, dan berbagai pemangku kepentingan untuk memberdayakan generasi muda dan menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan tokoh-tokoh lokal. 

Dengan langkah strategis ini, Meureudu dapat kembali menjadi pusat pengembangan yang relevan, melahirkan pemimpin-pemimpin yang berkontribusi bagi kemajuan dan pembangunan daerah serta bangsa. 

Era digital seperti saat ini, masyarakat Meureudu harus berbenah untuk bangkit menata kembali hemagoni SDM dalam persepektif positif, orang tua harus mampu melahirkan generasi emas dalam berbagai elemen baik ulama, intelektual, pengusaha, politikus, birokrat dan lainnya. 

Tentunya dengan jiwa pejuang dan perantau, predikat "SDM" (Semua Dari Meureudu) mampu menebar kebaikan dan perbaikan di bumi ini dimana saja generasi kelahiran Meureudu berada dan berkiprah

Meureudu harus mampu beradaptasi dengan perubahan zaman, mempertahankan warisan budaya, dan memanfaatkan kemajuan teknologi untuk mencapai masa depan yang lebih baik. 

Tanpa adanya tokoh Meureudu yang maju dalam Pilkada 2024, tantangan ini menjadi semakin mendesak untuk segera diatasi agar daerah ini tidak terabaikan dalam kancah politik, agama dan sosial yang lebih luas. 

Semuanya itu jawabannya ada di tangan orang tua, guru, dan masyarakat Meureudu. Lantas apakah SDM (Semua Dari Meureudu) masih mandul atau sudah almarhum di era digital?

Wallahu Muwaffiq Ila Aqwamith Thariq

Tgk Helmi Abu Bakar el-Langkawi

Pemerhati Pendidikan, Sosial Agama Masyarakat dan Penikmat Kopi BMW 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun