Â
RUANGBERITA.CO I PIDIE- Beragam persoalan krisis dan dinamika di era digital seperti saat ini, salah satu upaya yang dapat dilakukan dengan hijrah dan  menjadikan peringatan tahun baru hijriyah ini sebagai momentum kebangkitan umat Islam, dalam mengatasi berbagai persoalan yang melilitnya, dengan memahami, menghayati, mengamalkan dan mengaktualisasikan konsepsi Hijrah sesuai dengan konteks kekinian dan kedisiplinan kita.
''Hijrah dapat dilakukan dalam empat bentuk. Pertama, hijrah mental yaitu melakukan perbaikan atas mentalitas diri dari perilaku tidak terpuji menjadi perilaku terpuji. Kedua, hijrah kultural yaitu keluar dari kebodohan dan keterbelakangan. Ketiga, hijrah material/ekonomi yaitu bekerja keras keluar dari kemiskinan menuju kesejahteraan. Keempat, hijrah sosial yaitu meningkatkan kepedulian dan solidaritas atas penderitaan orang lain,''ungkap Tgk Nanda Saputra, M. Pd Ketua Umum Asosiasi DKLPT kepada RUANGBERITA.CO, Kamis, (11/7/2024).
Pria yang akrab disapa Gus Nanda mengatakan hijrah merupakan mata rantai untuk membangun tatanan kehidupan masyarakat yang memberi jaminan dan kebebasan menegakkan akidah, menjalankan ibadah, merealisasikan ajaran Islam yang menjadi rahmatan lil al-'alamin, kasih sayang bagi alam semesta.
''Peristiwa hijrah adalah tonggak paling bersejarah dalam perkembangan agama Islam ke seluruh dunia, sehingga ditetapkan sebagai permulaan penanggalan tahun baru Islam. Semangat dan nilai tahun baru hijriyah adalah perubahan menuju keadaban yang lebih baik,'' ujranya.
Ketua ISNU Pidie itu menyebutkan esensinya hijrah akan selalu membuat perubahan, menjadi usaha dan semangat besar yang ingin merubah masyarakat yang beku menjadi manusia yang maju dan modern, sempurna dan bersemangat.
''Jadi inti dari pergantian tahun baru Hijriah adalah pada soal perubahan, maka ada baiknya momen pergantian tahun ini dijadikan sebagai kesempatan untuk melakukan perubahan atau pembenahan menjadi lebih baik, dan inilah esensi penting dari peringatan tahun baru Islam (semangat perubahan),'' paparnya.
Kandidat doktor Universitas Sebelas Maret itu menjelaskan bahwa era digital dengan kecanggihan informasi dna teknologi tidak sedikit problematika umat Islam yang kita hadapi saat ini.
'' Tingginya angka kemiskinan dan pengangguran, rendahnya tingkat literasi dan semangat keilmuan, judi online merajalelas bukan hanya tingkat masyarakat rendah juga pejabat bahkan Indonesia telah mencatatkan dirinya sebagai negara dengan jumlah pemain judi online terbanyak di dunia, begitu juga masih mudahnya umat terombang-ambing dan dimanfaatkan oleh berbagai kepentingan politik dan seterusnya,'' ulasnya.
Direktur Direktur Pedir Reseach Institut itu menyebutkan Termasuk problem pemahaman keagamaan sebagian kalangan umat yang kaku, konservatif dan intoleran. Banyaknya persoalan umat yang kita hadapi harus diupayakan untuk dicarikan solusi dan pemecahannya bersama-sama.
''Mari kita berhijrah menuju perubahan dan perbaikan diri dan negeri ini,'' pintanya. []
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H