Mohon tunggu...
Helmi Abu Bakar elLangkawi
Helmi Abu Bakar elLangkawi Mohon Tunggu... Penulis - Pengiat Sosial Kegamaan dan Esais di berbagai Media serta Pendidik di Lembaga Pendidikan Islam

Khairunnas Affa' linnas

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kesuksesan Srikandi Pidie Syamsidar via Sam Bordir di Lampung hingga Go Internasional

22 Januari 2022   01:08 Diperbarui: 22 Januari 2022   06:07 1891
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rombongan Aceh di Muktamar NU ke-34 di Lampung dijamu makan malam di rumah Hj. Syamsidar Direktur Sam Bordir (dokpri)

Mengupas keberhasilan negeri Aceh tidak lengkap tanpa "campur tangan" Pidie meskipun tidak melupakan andil masyarakat non Pidie. Berdasarkan beberapa catatan sejarah juga fakta membuktikan bahwa salah satu spirit yang memicu kesuksesan Pidie yakni terkenalnya sebagai bangsa perantauan. Pidie yang dibicarakan di sini termasuk Pidie Jaya yang sejak tahun 2007 berpisah menjadi Kabupaten sendiri dari Pidie induk.

Rombongan Aceh di Muktamar NU ke-34 di Lampung dijamu makan malam di rumah Hj. Syamsidar Direktur Sam Bordir (dokpri)
Rombongan Aceh di Muktamar NU ke-34 di Lampung dijamu makan malam di rumah Hj. Syamsidar Direktur Sam Bordir (dokpri)

Masyarakat Pidie sebagai suku perantauan dan keberhasilannya dalam dunia dagang.  Dalam hal ini kabarnya orang Pidie menerapkan apa yang disebut politik dagang. Falsafah yang paling sering didengar adalah 'modal siploh-dipeubloe sikureung, lam tiep-tiep rueung na laba'. Artinya, modal sepuluh-dijual sembilan, dalam setiap ruang (transaksi pembelian) ada keuntungan.

(dokpri)
(dokpri)

Perantauan memang sudah menjadi ciri khas orang Pidie, di balik sikap perantauan ini sehingga Pidie populer juga dengan sebutan "Cina Hitam" atau The Black Chinese). Sikap merantau ini juga telah di abadikan salah seorang Imam Mujtahid terkenal Imam Syafii dalam syair monumentalnya berbunyi:

Tiada kata santai bagi orang yang berakal dan beradab

Maka tinggalkanlah kampung halaman dan merantaulah..

Berpergian lah, engkau akan mendapatkan ganti orang yang kau tinggalkan..

Berusahalah, karena nikmatnya hidup ada dalam usaha..

Sungguh aku melihat air yang tidak mengalir pasti kotor..

Air akan bersih jika mengalir, dan akan kotot jika menggenang..

Kalau tidak keluar dari sarangnya, singa tak akan mendapatkan mangsa..

Kalau tidak meleset dari busurnya, anak panah tak akan mengenai sasaran..

Endatu keturunan Pidie dikenal sebagai perantau dan hikmah dibalik merantau telah dijelaskan dari nasehat seperti yang diutarakan Imam Syafii.. Pidie yang terkenal dengan Sebutan "Cina Hitam" juga dapat dianalogikan prestasi dan keberhasilan dalam dunia seperti bangsa Cina yang sukses dalam dagang.

Kakanwil Kemenag Aceh bersama peserta Muktamar NU ke-34 di Lampung (Foto: Helmi Abu Bakar el-Langkawi)
Kakanwil Kemenag Aceh bersama peserta Muktamar NU ke-34 di Lampung (Foto: Helmi Abu Bakar el-Langkawi)

Efek dibalik itu, tidak sedikit keturunan  Pidie dikenal luas sebagai orang yang sukses di perantauan, tidak hanya sebagai pedagang atau pengusaha maupun politisi yang mendapat kedudukan penting di birokrasi pemerintahan bahkan mereka ada dimana-mana bukan hanya lintas nasional juga intensional.

Bersama Abi Rusydi Sosok Guru Motivator sejak di Dayah MUDI Mesjid Raya Samalanga berlokasi UIN Lampung sebagai salah satu Arena Mukatamar NU ke 34 di (dokpri)
Bersama Abi Rusydi Sosok Guru Motivator sejak di Dayah MUDI Mesjid Raya Samalanga berlokasi UIN Lampung sebagai salah satu Arena Mukatamar NU ke 34 di (dokpri)

Di tengah perhelatan akbar Muktamar NU ke-34 di Lampung, penulis yang kebetulan ikut serta dalam acara tersebut mewakili Pidie Jaya, di tengah kemeriahan acara Muktamar NU jelang satu abad tersebut, tiba-tiba melalui salah seorang ulama muda Aceh Tgk. Yusri Gade Cirih yang terkenal dai kondang dan pimpinan Dayah Ribatul Muta'limin Al-Aziziyah Meurah Dua menyebutkan bahwa ada warga Aceh yang juga salah seorang warga Pidie mengundang makan bersama dan diajak berkunjung ke salah satu tempat usahanya.

(dokpri)
(dokpri)

Hari Jum'at yang berkah pasca pengumuman nakhoda Nahdhatul Ulama (NU) beralih dari KH. Sa'id Aqil Siradj (SAS) ke tangan Gusdurian KH. Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya), rombongan Nahdliyin Aceh sudah ditunggu dan tahunya ada rombongan Aceh beberapa hari jelang penutupan Muktamar NU. Rombongan yang tiba di tempat usaha sosok pengusaha wanita yang sukses di negeri Lampung yang dijuluki dengan sebutan "Sai Bumi Ruwa Jurai"  (Bumi Lampung dilambangkan sebagai rumah tangga agung yang didiami oleh dua jurai masyarakat adat, yaitu jurai adat pepadun dan jurai adat saibatin).

Bersama peserta Muktamar NU ke-34 di Lampung. (dokpri)
Bersama peserta Muktamar NU ke-34 di Lampung. (dokpri)

Pemandangan yang menakjubkan tiba di toko yang lumayan luas dengan barang dagangan dengan serba bordir baik pakaian, peci adat, aksesoris dan beragam jenisnya dengan jahitan bordir khas Lampung. Seakan tidak percaya bahwa pakaian dan sejenisnya  khas Lampung yang dikenal dengan tapis Lampung lengkap di toko yang tertulis di papan nama toko sovenir dengan nama "Sam Bordir yang terletak di jalan Imam Bonjol No.24, Bambu kuning, Kec. Tj. Karang Pusat, Kota Bandar Lampung.

lampung.tribunnews.com
lampung.tribunnews.com

Asbabul wurud (asal usul) penamaan dengan "Sam Bordir" mempunyai sejarah panjang menurut pemiliknya Hj. Syamsidar kelahiran Pidie itu saat penulis dan rombongan menceritakan sekilas perjuangannya di Provinsi yang  julukan "Tapis Berseri" itu.  Ungkapan "Sam Bordir" merupakan kepanjangan dari "Sulaman Aceh Masgar", sedangkan bordir memang usahanya seputar bordiran,  sejarahnya awalnya ia memulai usaha dengan membuat sulaman atau bordiran khas Aceh tepatnya di wilayah Masgar yang merupakan tempat perdana memulai usaha tersebut.

Pasca dijamu makan siang di rumah Hj Syamsidar putri kelahiran Pidie yang sukses di Lampung dan pemilik Sam Bordir. (dokpri)
Pasca dijamu makan siang di rumah Hj Syamsidar putri kelahiran Pidie yang sukses di Lampung dan pemilik Sam Bordir. (dokpri)

Ibu yang memiliki tiga anak yang telah sukses  perantauan di negeri Lampung itu mengatakan dalam dunia bisnis tidak harus dimulai dari modal besar. Hal inilah yang dibuktikan oleh Syamsidar. Hj. Syamsidar mengatakan perantauan ke Lampung di awali saat Aceh sedang konflik tepatnya tahun 1992 bersama suaminya, berbekal kepandaian kerajinan tangan yang sempat belajar di gampong asalnya Keurumpok, Kemukiman Aree Kecamatan Delima, Pidie.

Suasana di Toko Sovenir Sam Bordir milik Hj Syamsidar Pidie (dokpri)
Suasana di Toko Sovenir Sam Bordir milik Hj Syamsidar Pidie (dokpri)

Hanya dengan modal Rp 5 ribu ia berhasil membangun bisnis Tapis Lampung dan songket yang ia beri nama Sam Bordir. Wanita Pidie berusia sekitar 51 tahun ini memulai bisnis pada tahun 1992 di Tegineneng, Kabupaten Pesawaran. Namun, saat itu ia belum berbisnis Tapis lampung dan songket melainkan dompet Aceh.

Pemandangan di Toko Sovenir Sam Bordir Hj Syamsidar Pidie (dokpri)
Pemandangan di Toko Sovenir Sam Bordir Hj Syamsidar Pidie (dokpri)

Orang tua dari salah seorang anaknya alumni Dayah Ummul Ayman Samalanga itu menyebutkan bahwa berbisnis dengan keahlian tersebut  karena ia sangat membutuhkan uang untuk menyambung hidupnya dan keluarganya. Syamsidar mengatakan ketika  memulai usaha hanya punya uang Rp 5 ribu untuk modal. Dengan modal itu  dibeli bahan murah untuk membuat dompet seperti benang beludru dan kancing. Dompet itu lalu  dijual ke tetangga dan laku. Seiring dengan berjalannya waktu, dompet yang  dijualnya mulai bertambah dan juga membuat tas khas Aceh.

Penulis bersama Romli Mukatamar NU ke 34 di Lampung (dokpri)
Penulis bersama Romli Mukatamar NU ke 34 di Lampung (dokpri)

Syamsidar sebagai keturunan Pidie tentunya selalu melihat peluang dan terus berputar pemikirannya untuk lebih maju dan merupakan ciri khas dari endatu Pidie sejak dulu terlebih bergelut di dunia dagang, Hj. Syamsidar melakukan inovasi dalam dunia dagangnya mengantikan barang khas Aceh dengan tapis Lampung, ni ia teringat dengan salah satu  satu peribahasa yang populer di saat belajar bersama Amiruddin Gade dan kawan lainnya termasuk dengan  Hasan Basri M. Nur  yang merupakan dosen UIN Ar-Raniry Banda Aceh itu dengan ungkapan 'di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung" dalam esensinya menyesuaikan usaha sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat.

Penulis Mengabadikan diri dengan Sovenir Sam Bordir yang sudah Go Internasional milik Hj Syamsidar Pidie (dokpri)
Penulis Mengabadikan diri dengan Sovenir Sam Bordir yang sudah Go Internasional milik Hj Syamsidar Pidie (dokpri)

Bordiran Aceh hanya laku untuk masyarakat di seputaran Lampung, namun warga Lampung mereka menginginkan khasnya. Tentunya kebijakan yang putuskan sudah tepat.

Meskipun pihak pemerintah setempat juga menyarankan hal yang serupa. Tidak lama kemudian, ia diajak oleh Dinas Koperasi dan Perdagangan Lampung Selatan untuk ikut pameran. Setelah pameran ia mendapat bantuan 1 mesin bordir dan 10 mesin ontel dari Dinas Perindustrian Lampung Selatan tapi ia diminta untuk tidak lagi menjual dompet dan tas Aceh, melainkan dompet dan tas dengan motif tapis Lampung. 

(dokpri)
(dokpri)

Akhirnya "tajdid" (perubahan) yang dilakukan wanita Pidie itu membuahkan hasil yang spektakuler bukan hanya sekarang penjualannya untuk kalangan lokal di Lampung dan Indonesia tapi juga beberapa negara di luar negeri.  Syamsidar dalam pengembangan usahanya usahanya mempunyai beberapa cabang toko di berbagai daerah di lampung ,jadi mereka memasarkan produk nya dengan menjual melalui toko induk maupun cabang dan  mereka juga memiliki beberapa media social untuk menjual nya melalui online shop.

Penginapan Peserta Muktamar NU ke-34 di Lampung berlokasi di salah satu hotel di Lampung (dokpri)
Penginapan Peserta Muktamar NU ke-34 di Lampung berlokasi di salah satu hotel di Lampung (dokpri)

Kesuksesan warga Aceh biasanya dilakoni kaum Adam para putra Aceh yang sukses di Lampung seperti halnya dengan Dr. Muhammad Kadafi menjadi anggota DPR dari Dapil Provinsi Lampung dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Juga putra dari tokoh Aceh yang sukses di Lampung Dr. (HC) Rusli Bintang yang mendirikan Universitas Malahayati dan pengusaha yang mengurus anak yatim yang dikenal dengan "bapak Anak Yatim".

Makan Siang Bersama Abi Rusydi Cs di rumah Hj Syamsidar Pidie (dokpri)
Makan Siang Bersama Abi Rusydi Cs di rumah Hj Syamsidar Pidie (dokpri)

Pemilik "Sam Bordir" Hj. Syamsidar putri kelahiran Pidie itu meskipun tidak banyak yang diketahui umum dan jarang di ekspos media namun kesuksesannya menjadi kebanggaan tersendiri untuk masyarakat Aceh perantauan dan Pidie khususnya dengan deratan pengusaha besar yang sukses seperti Rusli Bintang dan putranya bahkan dengan usahanya di dunia sorvernir Lampung atau tapis Lampung telah beberapa kali mendapatkan penghargaan dari pemerintah Lampung dan diikut sertakan dalam event di luar negeri.

Penulis bersama Kakanwil Kemenag Aceh Dr. Iqbal Muhammad,M.Ag di Arena Mukatamar NU ke 34 di Lampung (dokpri)
Penulis bersama Kakanwil Kemenag Aceh Dr. Iqbal Muhammad,M.Ag di Arena Mukatamar NU ke 34 di Lampung (dokpri)

Rombongan Aceh yang ikut Muktamar NU ke-34 ikut diundang untuk makan malam di rumah Hj. Syamsidar termasuk diantaranya ulama kharismatik Aceh Waled Nuruzzahri pimpinan Dayah Ummul Ayman Samalanga serta peserta muktamar NU lainnya asal Aceh, meskipun jauh di perantauan, Syamsidar tidak ingin anaknya jauh dari nilai syariat Islam dan buktinya putra sulungnya sempat mondok di Dayah Ummul Ayman Samalanga dan bercita-cita bahkan lahan telah ada serta telah di apresiasi Waled NU keinginannya untuk mendirikan dayah di Lampung. Semoga keberkahan dan kesuksesan menyertai Hj. Syamsidar dan Sam Bordir.

Wallahu Muwaffiq Ila Aqwamith Thariq

Lampung, Akhir Desember 2021

Tgk Helmi Abu Bakar el-Langkawi

Guru Dayah MUDI Samalanga dan Ketua Ansor Pidie Jaya dan Wakil Ketua PCNU Pijay

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun