Mohon tunggu...
Bang Bintang
Bang Bintang Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Opini Iseng Di Antara Hirupan Teh Hangat, Katanya Nikmat

Selanjutnya

Tutup

Politik

Menu Wajib Si Caleg

26 Maret 2014   17:32 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:26 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Anggap saja 1 Pohon 1 wajah caleg di tempel oleh 1 batang paku. Jika di dikota anda terdapat 1000 Pohon maka sudah  pasti 1000 ( 1 ribu ) paku pula yang digunakan. Itu baru hitungan 1000 pohon dengan 1 gambar calek pamer senyum dan pamer visi itu. Lalu, bagaimana jika di dikota anda terdapat 10,000 pohon dan di tempeli 2 iklan caleg di setiap pohonnya dengan mengunakan 2 paku. Pernah lihatkan, Oh pastinya. Itu adalah pemandang wajib di setiap jalan kota.

Jadi, jika ada caleg yang mengusung pro lingkungan itu salah besar, andai kita bisa mendengarkan jeritan sebuah pohon mungkin tak ada orang-orang yang lalu lalang di jalan raya itu, Mengerikan.

Ah, jujur saja saya sama sekali tak memperhatikan secara pasti dan detail siapa caleg itu, Apa visinya, apa misinya. Yang saya lihat adalah senyum kakunya minta dukungan dengan mengusung partai masing-masing, oh ini katanya partai bersih, ini katanya partai baru dan sebagainya. Entahlah.

Soal Point paku yang tertancap di pohon, sepertinya kampanye paling efektif tanpa harus berkoar cukup menyiksa pohon, tanpa harus membuang energi untuk berkunjung ke desa, cukup mengerahkan orang untuk mematokkan paku diantara pohon itu. Benarkah, Saya rasa kurang lebih begitu.

Soal paku yang tertancap di pohon itu, Sepertinya menu wajib bagi setiap caleg dan tradisi keharusan bagi yang mengingikan sedikit bangku panas. Selamat berperang para bangsawan pohon semoga nanti setelah menemukan bangku panas itu anda bisa duduk dingin tanpa harus gelisah dengan bangku panas saat rapat paripurna. Semoga saja. ~ Bang Bintang

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun