Mohon tunggu...
Bang Auky
Bang Auky Mohon Tunggu... Freelancer - KBC 54|Kompasianer Brebes Jateng| Golet Jeneng Disit Mengko Jenang Teka Dewek

Pariwisata adalah locomotif ekonomi baru dimana banyak gerbong yang mengikuti dari UMKM, Transportasi, Pemandu Wisata, Hotel dan Restoran, Seniman, Souvenir dan mitra-mitra pariwisata yang lain.

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur

Gerabah Malahayu Sudah Ada Sejak Tahun 1920-an

7 November 2024   15:56 Diperbarui: 7 November 2024   16:03 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gerabah Malahayu sudah ada sejak tahun 1920-an. Hal ini ditandai dengan "Boyongan" Warga Talang Kabupaten Tegal mencari penghidupan dengan membuat gerabah. Tanah liat yang ada ( yang sekarang menjadi Waduk Malahayu) dikenal sangat baik untuk membuat gerabah. Sehingga menarik perhatian warga Talang untuk hijrah ke Malahayu dan beranak pinak sampai sekarang. 

Dok. Pribadi
Dok. Pribadi

Salah satu generasi ketiga pengrajin gerabah Warwin (55) menuturkan, bahwa usaha gerabah yang digeluti dari orang tuanya masih ada sampai sekarang dan tersentralisasi di Dukuh Anjun. Dari Anjun menyebar ke beberapa kota sentra pembuatan gerabah / keramik seperti Plered ( Purwakarta), Kasongan ( Yogyakarta), Bandung dan beberapa kota lainnya. 

Dok. Pribadi
Dok. Pribadi

Di awal tahun 1980-an sampai 2010-an pengrajin gerabah Malahayu mendominasi di sentra gerabah Kasongan, Yogyakarta. Berawal dari perjumpaan pengrajin gerabah yang bekerja di Plered dengan saudagar dari Kasongan. Dari ajakan saudara gerabah dari Kasongan membuat pengrajin dari Malahayu berbondong-bondong ke Kasongan sampai sekarang. 

Dok. Pribadi
Dok. Pribadi

Masa kejayaan Kasongan menjadikan sebagian warga Anjun, Malahayu bekerja dan berusaha disana. Sampai bencana gempa bumi 2010 yang akhirnya menyadarkan mereka untuk membangun usaha gerabah ditanah kelahirannya. Sebelumnya diawal tahun 1990-an beberapa pengrajin mulai berfikir, kenapa kita tidak membangun tanah kelahiran. Dari permikiran tersebut mereka memulai usaha gerabah / keramik. Dari ratusan pengrajin gerabah, sekarang tinggal 15 pengrajin. 

Dok. Pribadi
Dok. Pribadi

Halangan dan rintangan yang terjadi dari mulai bencana alam, pengalihan dari minyak tanah sampai covid-19 mewarnai perjalanan gerabah Malahayu. Perubahan bentuk dari gerabah menjadi keramik hias sebagai upaya untuk melestarikan gerabah Malahayu tetap eksis. Pemasaran gerabah ditengah gempuran peralatan dari plastik tidak menyurutkaninat pengrajin gerabah. Pemasaran keramik hias Malahayu sudah memasuki pasaran luar negeri. 

(KBC-54|Kompasianer Brebes Jateng|) 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun