Kampung Budaya Jalawastu yang terletak di Desa Ciseureuh, Kecamatan Ketanggungan, Kabupaten Brebes merupakan sebuah kampung yang masih mempertahankan adat dan tradisi.Â
Kampung yang dijuluki sebagai Badui Brebes memiliki keunikan dan kekhasan dari bentuk dan jumlah rumah, makanan, struktur masyarakat sampai pada larangan-larangan yang masih dipatuhi sampai saat ini. Kampung Budaya Jalawastu punya ritual Ngasa yang diselenggarakan setiap Selasa Kliwon bulan Kasanga atau kesembilan dalam perhitungan kalender Jawa.Â
Memiliki banyak tradisi, seni dan budaya yang khas sehingga menjadi suguhan pada Ritual Ngasa. Sebut saja Hoe Gelo atau Bambu Gila, Perang Centong, Deng Dong dan masih banyak lagi seperti Ngaguyang Kuwu ketika hujan tak kunjung datang.Â
Potensi budaya yang begitu unik dan langka sudah sepantasnya menjadi daya tarik kunjungan wisatawan. Bukan dengan menampilkan kesenian dan kebudayaan dari luar. Tidak melarang tetapi orang berkunjung ke Jalawastu pingin melihat kebudayaan lokal yang tidak ada di tempat lain. Mengingat butuh perjuangan.Â
Ngasa sudah seharusnya dikemas menjadi event yang sejajar dengan Dieng Culture Festival. Kebudayaan yang luhur bisa dibuat paket wisata tanpa harus kehilangan makna dan kesakralan.Â
Jalan panjang harus ditempuh Pokdarwis dan masyarakat adat untuk mewujudkan. Memiliki potensi yang unik dan  tetapi tidak didukung SDM yang memadai. Ngasa sebagai ritual tahunan seharusnya menjadi puncak kunjungan wisatawan. Sudah saatnya Ngasa dikemas menjadi event yang bisa mendatangkan wisatawan yang memberikan keuntungan bagi masyarakat dan pemerintah Kabupaten Brebes.Â
Ngasa bukanlah event tontonan tanpa memberikan keuntungan dan keterlibatan masyarakat. Masyarakat masih jadi penonton tanpa bisa menerima manfaat selain sebagai rutinitas.Â
Kalau digarap dengan bagus maka masyarakat akan menerima dari homestay, kuliner, souvenir dan oleh-oleh, jasa pemandu, kuliner dan potensi lainnya. Ekonomi kreatif akan berkembang dan masyarakat akan menerima manfaat dari kunjungan wisatawan.Â
Masih banyak yang harus dikerjakan dan ditingkatkan untuk menuju kesana. Aksesibilitas menuju Jalawastu harus dibenahi agar kendaraan bisa masuk dengan lancar dan aman. Sapta pesona diterapkan, karena masih banyak sampah berserakan, aman, tertib dan ramah. Sadar wisata juga masih belum sepenuhnya terlihat, masih harus diterapkan agar pengunjung betah.Â
Jika kondisi seperti ini setiap tahun, maka tidak akan menarik lagi untuk dikunjungi karena monoton. Perlu inovasi dan terobosan agar Ngasa menjadi event tahunan yang ditunggu-tunggu wisatawan. Maka keanekaragaman kuliner yang ada hanya bisa dinikmati penduduk setempat. Begitu juga seni tradisi yang agung hanya akan menjadi cerita.Â
Jika itu terjadi bagaimana dengan sertifikat Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) yang sudah diterima Jalawastu? Mari berbenah dan berubah untuk menjaga dan melestarikan adat, tradisi dan budaya Jalawastu, agar masyarakat mengenal lebih dekat Badui Brebes.Â
(KBC-54|Kompasianer Brebes Jateng|)Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H