Sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT atas melimpahnya hasil panen, masyarakat Desa Pandansari, Kecamatan Paguyangan, Kabupaten Brebes menggelar ritual Ratiban. Acara yang digelar setiap tahun tepatnya di hari Selasa Kliwon bulan Muharam.Â
Ritual yang digelar dengan mengarak 50 tumpeng berasal dari 50 Rukun Tetangga yang ada di Desa Pandansari mulai dari balai desa sampai di Telaga Ranjeng. Telaga yang dianggap memiliki kekuatan gaib dijadikan sebagai pusat kegiatan Ratiban.Â
Kegiatan yang dibuka dengan penampilan calung yang dimainkan anak-anak sekolah. Desa di lereng Gunung Slamet sangat menjaga seni tradisi dan budaya. Sehingga masyarakat sangat menjaga harmonisasi budaya dan alam dalam kehidupan sehari-hari.Â
Acara yang dibuka Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Brebes Rofiq Qoidul Adzam, SH dihadiri perwakilan Disporapar Jateng Riyadi Kurniawan, Instansi terkait dan masyarakat Pandansari dan sekitarnya yang tumplek blek di pelataran Telaga Ranjeng.Â
Kepala Desa Pandansari, Irwan Susanto, ST menyambut baik kegiatan ini. Kegiatan yang sudah menjadi event tahunan Deswitasari, Pandansari dirancang untuk mendatangkan wisatawan.Â
Dengan berbagai potensi yang dimiliki mulai dari alam, seni, tradisi, budaya, kuliner dan produk pertanian dan perkebunan menjadi daya tarik dan nilai jual untuk wisawatan.Â
"Nilai tradisi dan keluhuran budaya, jika dikemas dengan baik akan memiliki nilai jual yang tinggi.Â
Contohnya Ratiban di desa kami, kegiatan masyarakat yang dilakukan turun temurun menjadi daya tarik untuk mendatangkan wisatawan," katanya.Â
Nasi tumpeng yang sudah diarak dan didoakan dibagi kepada seluruh peserta yang hadir. Salah satu tumpeng yang terbesar terbuat dari 150 kg beras hasil swadaya masyarakat.Â
Tumpeng yang dijadikan simbol kemakmuran dan kebersamaan diisi dengan lauk pauk dari hasil perkebunan dan peternakan masyarakat.Â
Masyarakat berebut tumpeng untuk ngalap berkah karena dipercaya bisa mendatangkan keberuntungan dan keberkahan.Â
Selain dibagikan kepada pengunjung, nadi tumpeng juga dibagikan kepada ikan yang berada di Telaga Ranjeng. Hal ini sebagai simbol harmonisasi masyarakat dan alam.Â
Alam memberikan sumber kehidupan dan sebagai bentuk syukur kita kembalikan ke alam untuk menjaga kelestarian alam.Â
Seperti yang disampaikan Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Brebes, Rofiq Qoidul Adzam, SH.Â
"Keunikan yang dimiliki masyarakat Pandansari yang menyatu dengan alam, menjadikan desa ini subur makmur dan hasil pertanian melimpah. Keunikan ini ditandai dengan menjaga harmonisasi alam, lingkungan dan masyarakat, " katanya.Â
Harmonisasi tetap terjaga dengan mengembangkan sikap hubungan manusia dengan Tuhan-Nya, Manusia dengan alam dan hubungan manusia dengan manusia. Ketika ketiga hubungan itu terjaga dengan baik, masyarakat akan hidup tentram dan damai.Â
(KBC-54|Kompasianer Brebes Jateng|)Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H