Obor dahulu banyak digunakan masyarakat sebagai alat penerangan. Alat penerangan yang terbuat dari batang bambu dan sumbu  di pajang di halaman rumah atau alat penerangan ketika pulang mengaji. Kalau didalam rumah biasanya menggunakan bekas botol minuman atau kaleng cat, dengan resiko muka cemong setiap pagi. Kini dengan masuknya listrik keberbagai pelosok negeri membuat keberadaan Obor semakin tergusur. Dan hanya digunakan saat momentum tertentu seperti memperingati Satu Muharam, Detik-detik Proklamasi atau Takbir Keliling. Seperti yang dilakukan santri API Bustanus Solikhin dalam merayakan Hari Raya Iedul Adha.Â
Puluhan santri berbaris sambil memegang Obor mengelilingi kampung. Takbir dan tahmid dikumandangkan bersahut-sahutan. Masyarakat yang berjejer disepanjang jalan mengelu-elukan memberi support kepada peserta. Sementara itu dentuman bedug mengiringi takbir dan takhmid. Kegiatan ini dilaksanakan tiga kali dalam setahun yaitu disetiap malam Iedul fitri, Iedul Adha dan malam muharam.Â
Kegiatan ini bertujuan untuk mendidik anak-anak menanamkan kebersamaan, kerjasama dan kedisiplinan. Juga sebagai syiar Islam kepada masyarakat dan memberikan hiburan. Antusias peserta yang terdiri dari anak-anak dengan penuh semangat berjalan dan beriringan. Walau agak susah untuk mendapatkan minyak tanah sebagai bahan bakar, namun kegiatan ini berjalan lancar dan sukses.Â
(KBC-54|Kompasianer Brebes Jateng|)Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H