Hal yang paling ditunggu selama bulan ramadhan adalah kemenangan menjalankan ibadah puasa. Hadiah yang terindah setelah menjalankan ibadah puasa menyambut Hari Raya Idul Fitri. Ada satu tradisi yang tak bisa dihindari saat momen lebaran yaitu mudik. Mudik sepertinya suatu keharusan bagi perantau untuk pulang kampung menengok orang tua, kerabat, sanak-saudara dan teman-temannya. Berbagai cara dilakukan untuk bisa mudik dari antri tiket kendaraan, kemacetan di jalan raya dan pernak-pernik khas mudik dijalani dengan penuh semangat. Sehingga ketika pemerintah melarang mudik beberapa waktu lalu karena pandemi serasa ada yang hilang dari momentum lebaran.Â
Mudik bukan hanya sebuah tradisi tetapi juga prestise bagi perantau. Ada satu kebanggaan bisa sukses diperantauan dengan memperlihatkan apa yang dia miliki. Dari kendaraan yang dia miliki, penampilan sampai jabatan yang didudukinya. Gaya hidup dan penampilan berubah dan juga gaya bahasanya. Bahkan ada yang hanya berpenampilan luar yang kecil tetapi dalamnya keropos, yang terpenting bisa eksis di kampung walaupun di rantau hidupnya pas-pasan.Â
Mudik bukanlah suatu keharusan tetapi kalau tidak mudik terasa jauh dari keluarga. Setahun mencari nafkah di perantauan tetapi tidak bisa silaturahmi dengan keluarga besar seperti ada yang kurang. Tekhnologi berperan penting menggantikan peran tatap muka lewat video call. Keterbatasan waktu karena tugas dan jarak menjadikan tidak bisa mudik. Bersilaturahmi tidak selalu harus dalam situasi lebaran, masih banyak waktu dalam satu tahun. Sah-sah saja ada yang mengatakan mudik hanya untuk pamer kesuksesan tetapi nilai silaturahmi tetaplah menjadi prioritas utama.Â
(KBC-54|Kompasianer Brebes Jateng|)Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H