Setiap daerah punya cara dan ciri sendiri dalam menyambut tamu. Bisa berupa tarian, makanan, pakaian ataupun ikat kepala. Di desa wisata Pandansari (Deswitasari Pandansari) punya tradisi memberikan ikat kepala "Pasugatan" kepada tamu atau wisawatan yang berkunjung kesana. Pasugatan yang berarti suguhan pengikat, mengikat persaudaraan kepada tamu atau wisawatan seperti menyambut saudara jauh yang berkunjung. Sudah sepantasnya sebagai tuan rumah untuk menyambutnya dengan hangat dan penuh persaudaraan.Â
Ikat kepala yang terbuat dari kain batik dengan segitiga di bagian depan menunjukkan letak geografis, dan pita berbentuk bunga diartikan sebagai tanaman sayuran. Makna filosofi yang terkandung dari ikat pasugatan adalah salam persaudaraan dari masyarakat Pandansari yang berada di kaki gunung Slamet, yang mayoritas petani sayuran. Menyambut saudara dari jauh dengan tangan terbuka, keramahtamahan, persaudaraan dan mengajak untuk menikmati keindahan Desa Pandansari.Â
Desa wisata yang memiliki destinasi keindahan alam seperti perkebunan teh, perkebunan sayur, Telaga Ganteng, Karawitan Cilik, Sinden Pandansari sangat memikat wisawatan. Ditambah lagi potensi kuliner, edukasi domba, edukasi kelinci serta pasar wisata menjadi daya tarik tambahan yang yang memukau. Perpaduan keindahan alam, seni budaya, kuliner dan kearifan lokal menjadi paket lengkap untuk datang kesini.Â
Keunikan dan nilai tradisi yang menyatu dalam kehidupan masyarakat menjadi penguat dan pengikat dalam kehidupan masyarakat. Tatacara dan nilai-nilai kehidupan, sinergitas pemerintah desa dan masyarakat menjadi kekuatan desa wisata. Mari kita lestarikan tata cara kehidupan masyarakat lokal dan berbagi dengan masyarakat luar atau wisawatan akan menjadi perekat dan wadah nilai-nilai tradisi.Â
(KBC-54|Kompasianer Brebes Jateng|)Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H