Generasi milenial dengan pertanian seperti berbicara bumi dan langit. Sangat jauh jaraknya dan sudah tidak nyambung untuk bercerita. Kita bisa lihat yang bergelut di sawah, ladang dan kebun para petani tua yang sudah tidak se produktif dulu. Mereka masih menggeluti dunianya karena anak-anaknya atau generasi muda sekarang sudah tidak mau bergelut dengan lumpur.Â
Mereka sudah nyaman dengan dunia pekerjaan di kantor, pabrik atau usaha sendiri diberbagai sektor. Baginya sawah sudah tidak menarik lagi dan tidak punya tantangan lagi. Dan akhirnya mau tidak mau orang tua mereka masih tetap bergelut di sektor pertanian , dunia yang mengantarkan mereka bisa menduduki posisi seperti sekarang ini.Â
Di zaman sekarang mencari tenaga untuk bekerja di sawah sangat susah dan kalaupun ada tarifnya mahal karena memang sangat sedikit jumlahnya. Ongkos produksi yang  dengan produksi yang melimpah namun dengan harga yang tidak menentu.Â
Apalagi disaat panen raya harga jatuh dan sangat merugikan petani. Apa kita diam saja tanpa berbuat sesuatu. Padahal disana ada orang tua, saudara, kerabat bahkan ribuan petani lainnya.Â
Saatnya generasi milenial kembali ke pertanian untuk menyelamatkan petani. Lewat tekhnologi yang mereka miliki dan jejaring yang mereka punya akan menjawab semua persoalan yang ada di bidang pertanian.Â
Berbagai terobosan dan inovasi mulai dari teknologi, proses produksi sampai pemasaran. Tentunya akan sangat berbeda dengan cara yang dilakukan orang tua mereka. Namun dengan kemampuan yang mereka miliki akan mampu menghasilkan produk-produk pertanian yang mampu bersaing di pasaran global.Â
(KBC-54|Kompasianer Brebes Jateng|)Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H