Mohon tunggu...
Bang Auky
Bang Auky Mohon Tunggu... Freelancer - KBC 54|Kompasianer Brebes Jateng| Golet Jeneng Disit Mengko Jenang Teka Dewek

Pariwisata adalah locomotif ekonomi baru dimana banyak gerbong yang mengikuti dari UMKM, Transportasi, Pemandu Wisata, Hotel dan Restoran, Seniman, Souvenir dan mitra-mitra pariwisata yang lain.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Galak Bukan Berarti Kejam dan Tidak Suka.

3 September 2021   22:17 Diperbarui: 3 September 2021   22:19 359
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bila mengingat kejadian waktu itu ingin rasanya aku berterima kasih pada iwak yang kini sudah tenang di alam sana. Padahal sewaktu beliau masih hidup rasanya benci banget,  kesel dan juga punya rasa takut. Bagaimana tidak sikap beliau tidak ada manis-manisnya,  selalu salah tidak ada benarnya. Sebisa mungkin untuk tidak bertemu tetapi itu mustahil karena satu rumah. Tetapi dibalik semua itu ada hikmah yang sangat besar dalam perjalanan hidup berupa kepercayaan diri, kerja keras, mandiri, peka dan peduli pada sesama. 

Dok. Pixabay               
            googletag.cmd.push(function() { googletag.display('div-gpt-ad-712092287234656005-411');});
Dok. Pixabay googletag.cmd.push(function() { googletag.display('div-gpt-ad-712092287234656005-411');});

Selepas lulus SMA memutuskan untuk merantau ke ibukota karena bingung mau ngapaian karena tidak kuliah. Padahal waktu itu sudah diterima pada  Perguruan Tinggi di Jawa Tengah. Walau sebenarnya ada tawaran kerja di instansi pemerintah di Pulau Kalimantan namun ibu tidak mengizinkan karena tidak ingin jauh dari anak-anaknya. Sedangkan bapak lebih senang anak-anaknya pergi merantau biar tahu dunia luar itu seperti apa biar tidak seperti katak dalam tempurung alias jago kandang. 

Dok. Pixabay
Dok. Pixabay

Hanya bermodal ijazah SMA nekad merantau tanpa tahu nanti bekerja dimana. Hidup menumpang pada saudara jauh di rumah petak kawasan Jakarta Timur. Berdesak-desakan dengan anggota keluarga lainnya. Disini benar-benar dituntut untuk bertoleransi tingkat tinggi. Tidur setelah uwak sekeluarga tidur dan bangun sebelum mereka tidur. Kalau tidur lebih awal dan bangun telat pasti omelan yang diterima. Belum lagi masalah pekerjaan rumah dan makan yang benar-benar ketat. Aku menyadari karena bukan keluarga kaya yang hanya hidup pas-pasan, mungkin aku dianggapnya beban. Sehingga mereka memperlakukan seperti ini.

Kehidupan seperti ini berlangsung hampir setahun sampai mendapatkan pekerjaan. Setelah mendapatkan pekerjaan akhirnya bisa kost sendiri dan terbebas dari tekanan. Namun setelah semua berlalu kini kurasakan manfaatnya. Dibalik sikapnya itu ada nilai positif mendidik sifat mandiri,  bertanggung jawab dan ulet. Seandainya aku tidak menerima perlakuan seperti itu mungkin akan jadi anak manja dan ketergantungan. Sebenarnya mereka sangat sayang cuma cuma tidak tahu bagaimana cara mengekspresikannya.

(KBC-54|Kompasianer Brebes Jateng |)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun