Bila mengingat kejadian waktu itu ingin rasanya aku berterima kasih pada iwak yang kini sudah tenang di alam sana. Padahal sewaktu beliau masih hidup rasanya benci banget, Â kesel dan juga punya rasa takut. Bagaimana tidak sikap beliau tidak ada manis-manisnya, Â selalu salah tidak ada benarnya. Sebisa mungkin untuk tidak bertemu tetapi itu mustahil karena satu rumah. Tetapi dibalik semua itu ada hikmah yang sangat besar dalam perjalanan hidup berupa kepercayaan diri, kerja keras, mandiri, peka dan peduli pada sesama.Â
Selepas lulus SMA memutuskan untuk merantau ke ibukota karena bingung mau ngapaian karena tidak kuliah. Padahal waktu itu sudah diterima pada  Perguruan Tinggi di Jawa Tengah. Walau sebenarnya ada tawaran kerja di instansi pemerintah di Pulau Kalimantan namun ibu tidak mengizinkan karena tidak ingin jauh dari anak-anaknya. Sedangkan bapak lebih senang anak-anaknya pergi merantau biar tahu dunia luar itu seperti apa biar tidak seperti katak dalam tempurung alias jago kandang.Â
Hanya bermodal ijazah SMA nekad merantau tanpa tahu nanti bekerja dimana. Hidup menumpang pada saudara jauh di rumah petak kawasan Jakarta Timur. Berdesak-desakan dengan anggota keluarga lainnya. Disini benar-benar dituntut untuk bertoleransi tingkat tinggi. Tidur setelah uwak sekeluarga tidur dan bangun sebelum mereka tidur. Kalau tidur lebih awal dan bangun telat pasti omelan yang diterima. Belum lagi masalah pekerjaan rumah dan makan yang benar-benar ketat. Aku menyadari karena bukan keluarga kaya yang hanya hidup pas-pasan, mungkin aku dianggapnya beban. Sehingga mereka memperlakukan seperti ini.
Kehidupan seperti ini berlangsung hampir setahun sampai mendapatkan pekerjaan. Setelah mendapatkan pekerjaan akhirnya bisa kost sendiri dan terbebas dari tekanan. Namun setelah semua berlalu kini kurasakan manfaatnya. Dibalik sikapnya itu ada nilai positif mendidik sifat mandiri, Â bertanggung jawab dan ulet. Seandainya aku tidak menerima perlakuan seperti itu mungkin akan jadi anak manja dan ketergantungan. Sebenarnya mereka sangat sayang cuma cuma tidak tahu bagaimana cara mengekspresikannya.
(KBC-54|Kompasianer Brebes Jateng |)