Mohon tunggu...
Bang Auky
Bang Auky Mohon Tunggu... Freelancer - KBC 54|Kompasianer Brebes Jateng| Golet Jeneng Disit Mengko Jenang Teka Dewek

Pariwisata adalah locomotif ekonomi baru dimana banyak gerbong yang mengikuti dari UMKM, Transportasi, Pemandu Wisata, Hotel dan Restoran, Seniman, Souvenir dan mitra-mitra pariwisata yang lain.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Kemarau Datang, Antri Air Bersih, dan Jalanan Berdebu

2 September 2021   14:27 Diperbarui: 2 September 2021   14:34 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tiada ranting yang rimbun,

Daunpun berguguran,

Mata air pun kering, 

Tiada titik embun turun, 

Saat itu kemarau yang datang, 

Hati gersang dgan berdebu,

Curah hujan tiada turun membasahi bumi ini. 

Sepenggal lirik lagu Kemarau dari Prambors Band sangat familiar dan lekat dengan delapan puluhan. Suasana kemarau yang panas dan gersang tidak kita rasakan saat kita mendengar lagu ini. Tetapi sangat berbeda lagi yang kita bayangkan dan kita rasakan saat mendengar kemarau. Sudah terbayang didepan mata jika sudah memasuki Hari Tanpa Hujan pekerjaan tambahan dan kebiasaan baru. 

1. Antri Air Bersih,

Dok. Suara Publik
Dok. Suara Publik

Permasalahan pokok yang selalu menjadi ramai disaat musim kemarau pasti air bersih, entah untuk konsumsi, memasak atau kebutuhan mandi dan mencuci. Banyak sumur penduduk yang mulai mengering walaupun ada juga keluarnya sedikit. Begitu juga air pasokan dari PDAM juga banyak yang tersendat sehingga dibuat jadwal giliran pasokan. 

Kebutuhan air meningkat drastis, sehingga pemerintah maupun organisasi kemasyarakatan banyak memberikan bantuan suplay air bersih. Sehingga kita benar-benar harus berhemat menggunakan air bersih termasuk anggaran rumah tangga yang meningkat untuk post kebutuhan air bersih.

2. Jalanan Berdebu.

Dok.DepositPhoto.
Dok.DepositPhoto.

Selain air bersih persoalan yang selalu mengikuti musim kemarau adalah jalanan berdebu. Sudah bisa dipastikan akibat teriknya mentari dan gugurnya dedaunan pohon sepanjang jalanakan membuat siang menjadi sangat terik. Perlu diwaspadai yang beraktivitas diluar rumah harus menyiapkan masker, payung dan sering cuci tangan.

Karena akibat dari banyaknya debu yang beterbangan dan keringat yang mengucur deras membuat kita lebih sering menyeka wajah. Waspadalah dengan kondisi seperti ini karena kita akan lebih rentan kena sakit seperti mata, flu dan batuk. Apalagi minuman yang paling asyik disaat kemarau adalah es, sedangkan kondisi badan sedang tidak fit.

3. Pepohonan Meranggas,

Dok.Pixabay
Dok.Pixabay

Selama musim kemarau banyak sekali pohon atau tanaman yang meranggas menggugurkan daun-daunnya, sehingga tampak hanya batangnya saja. Batang yang berdiri tegak engan daun-daun kering berserakan dibawah sangat memungkinkan menimbulkan bahaya kebakaran. Entah dari percikan api, puntung rokok atau sengaja membakarnya karena dianggap sampah tetapi karena angin yang besar akhirnya berkobar lebih besar lagi. Maka berhati-hatilah saat membakar sampah dimusim kemarau, mendingan dikumpulkan dan dijadikan kompos.

4. Gas Elpiji Melon Langka,

Dok.Liputan 6
Dok.Liputan 6

Kebanyakan masyarakat menggunakan gas elpiji untuk memasak baik untuk rumah tangga atau usaha. Tetapi di Brebes lain lagi, jika musim kemarau kebutuhan gas elpiji meningkat pesat. Bukan untuk kebutuhan memasak tetapi untuk kebutuhan pertanian, kok bisa? Disaat musim kemarau mayoritas sungai di Pulau Jawa airnya menyusut bahkan sampai ada yang kering, sedangkan kebutuhan air untuk mengairi sawah kebutuhannya banyak. Apalagi mata pencaharian masyarakat Brebes adalah petani bawang merah, mereka menggunakan gas elpiji untuk bahan bakar diesel yang mengambil air dari dalam tanah.

Kesimpulan,

Apapun kondisi cuaca yang sedang terjadi kita sudah terbiasa menghadapinya. Apa saja yang harus dilakukan termasuk persiapan-persiapan yang dilakukan untuk menghadapi musim kemarau begitu juga sebaliknya. Kita harus mensyukuri apapun yang Tuhan kasih kepada kita, karena Tuhan menciptakan berpasang-pasangan. Ada siang-malam, langit-bumi,putera-puteri begitu juga ada musim kemarau ada musim penghujan.

(KBC-54|Kompasianer Brebes Jateng|)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun