Mohon tunggu...
Bang Auky
Bang Auky Mohon Tunggu... Freelancer - KBC 54|Kompasianer Brebes Jateng| Golet Jeneng Disit Mengko Jenang Teka Dewek

Pariwisata adalah locomotif ekonomi baru dimana banyak gerbong yang mengikuti dari UMKM, Transportasi, Pemandu Wisata, Hotel dan Restoran, Seniman, Souvenir dan mitra-mitra pariwisata yang lain.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mas Jukung dan Yu Welah, Kisah Cinta dari Waduk Penjalin Winduaji

20 Juni 2021   01:22 Diperbarui: 20 Juni 2021   01:54 483
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok. Deswita Winduaji

Kisah romantis dan kisah percintaan selalu menarik perhatian. Kisah Romeo dan Julliet atau Khais dan Laila banyak dipentaskan dalam berbagai lakon drama atau film.  Seperti juga kisah cinta dari Winduaji, Kisah Mas Jukung dan Yu Welah. 

Kisah cinta ini  tidak seperti cinta muda-mudi pada umumnya, namun kisah cinta yang penuh inspiratif. Sosok Mas Jukung dikenal sebagai pemuda yang tampan, rajin, kokoh dan giat bekerja. Setiap hari dia membantu ayahnya berkebun dan sore hari mencari ikan untuk lauk makan keluarganya.

Di desa tersebut juga ada gadis cantik yang juga merupakan kembang desa cucu Kaki Dayun. Gadis cantik bernama Welah atau biasa disebut Yu Welah sosok yang bukan saja cantik wajahnya namun juga budi pekertinya. Keduanya saling jatuh cinta karena setiap hari bertemu saat yang satu mencari ikan dan satunya mencuci baju. 

Kaki Dayun sosok yang  kharismatik tak ingin cucunya mendapatkan jodoh yang tidak pas. Sebagai kembang desa tentu banyak pemuda yang menyukainya. Maka untuk mendapatkan jodoh yang pas diadakan sayembara bela diri. Pemenangnya berhak bersanding dengan Yu Welah. 

Akhirnya merekapun menikah dihadiri seluruh warga desa. Pernikahan mereka meriah dengan suguhan aneka makanan dan hiburan wayang orang. Sega Nyangku dan Cimplung Bodin serta Kelapa menjadi suguhan favorit diacara tersebut. Semuanya bersuka cita menyaksikan kebahagiaan mereka. Namun sayang pernikahan mereka belum  mempunyai keturunan. 

Kehidupan mereka didedikasikan untuk masyarakat dan Waduk Penjalin. Perahu adalah moda transportasi terpenting saat itu bagi masyarakat Winduaji. Jukung adalah perahu dan Welah adalah papan pengayuh untuk laju perahu.

Kehidupan yang bahu membahu, bergotong royong, saling bekerjasama. Kehidupan yang berwibawa dari Kaki Dayun, Mas Jukung dan Yu Welah adalah transformasi kehidupan masyarakat Winduaji yang bersahaja, menjaga waduk untuk kehidupan masyarakat, melestarikan alam untuk kelangsungan hidup anak cucu. 

Dok. Deswita Winduaji
Dok. Deswita Winduaji
Sampai kini masyarakat Winduaji yang guyub rukun hidup berdampingan dan bersentuhan dengan seni. Potensi yang ada di waduk, ladang, sawah dan hutan menjadi mata pencaharian masyarakatnya. Kelak ketika Ikan Betutu melimpah di Waduk Penjalin, Pokdarwis berkembang pesat menjadi pemberdayaan masyarakat, Kopi Winduaji menjadi produksi unggulan, maka itulah anak-anak dari Mas Jukung dan Yu Welah. 

(KBC-54|Kompasianer Brebes Jateng |)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun