Setiap pasangan yang menikah pasti mendambakan keturunan, tetapi biasanya ada kesepakatan sebelum kita menikah.Â
Apakah mau langsung punya anak, ditunda dulu semua dibicarakan dengan pasangannya. Biasanya kesepakatan mulai dari kapan mulai hamil, punya anak berapa, jenis kelamin, nama, dokter sampai tetek bengek yang berkaitan dengan anak.Â
Seperti halnya pasangan lain, Â kami pun merencanakan kapan punya anak. Walau sempat gamang dan terjadi perdebatan kecil antara punya anak dulu atau ditunda.Â
Kami menikah tidak melalui tahap pacaran dulu tetapi melalu proses ta'aruf dulu sehingga belum begitu mengenal pasangan. Kami ingin menikmati bulan madu lebih lama dan saling mengenal pasangan satu sama lainnya.Â
Menunda punya anak tapi tidak ikut program keluarga berencana, alhasil tiga bulan kemudian istri hamil. Namun sayang tiga bulan kemudian istri keguguran.Â
Kami persiapkan yang terbaik untuk semuanya mulai dari makanan, dokter sampai kegiatan rumah tangga, Â istri tak boleh terlibat takut mengganggu janin. Istri bedrest sampai kehamilan memasuki usia bulan keempat.Â
Nama sudah dipersiapkan walau belum lahir, Â kami siapkan "Audrey" untuk perempuan dan "Aurick" untuk laki-laki. Â Kami tidak melakukan USG biar menjadi kejutan dan kado istimewa. Semua serba nomer satu dan super protektif, Â maklum anak pertama dan pengalaman keguguran waktu hamil yang pertama.Â
Memang kita akui persiapan kelahiran untuk anak pertama berbeda dengan anak kefua, ketiga dan seterusnya. Tetapi kadar cinta kami tetaplah sama kepada setiap anak. Anak-anak membawa rezeki masing-masing yang dibawa dari lahir sampai nanti.Â
(KBC-54|Kompasianer Brebes Jateng |)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H