Urung-urung atau cerobong asap menjadi bagian tak terpisahkan dari pabrik gula di Pulau Jawa. Bangunan kokoh yang tinggi menjulang laksana menara yang menandakan lokasi pabrik gula. Kini walaupun pabrik gula sudah tidak berproduksi lagi, Â namun keberadaan urung-urung tetap dipertahankan dan berdiri kokoh sebagai landmark Kota Jatibarang.Â
Bangunan yang didirikan tahun 1842 menjadi saksi perjalanan panjang Kota Jatibarang. Keberadaan pabrik yang kini menjadi cagar budaya dan kawasan
wisata heritage membawa dampak atau pengaruh pada kehidupan masyarakatnya. Baik pengaruh dibidang pendidikan, Â kebudayaan, Â sosial masyarakat dan ekonomi. Pengaruh terbesar yang bisa kita lihat sampai sekarang adalah arsitektur bangunan, Â seni tradisi dan etos kerja masyarakat disekitarnya.Â
Salah satu contoh yang biasa dilakukan masyarakat dari dulu sampai sekarang lakukan adalah metikan, Â penganten tebu dan menjadikan urung-urung sebagai patokan. Ketika kita bepergian dan tidak tahu arah dimana kita berada, Â maka urung-urung dijadikan pusat perhatian atau tonggak. Begitu juga ketika urung-urung mengeluarkan asap, itu pertanda pabrik sedang proses giling yang artinya akan dimulai Metikan tradisi pasar malam yang ada di PG Jatibarang.Â
Landmark merupakan kejadian penting atau sesuatu yang mudah dilihat. Rasanya sangat pas ketika urung-urung itu dijadikan landmark karena sudah memenuhi beberapa unsur seperti :
- Sesuatu yang mudah dilihat
- Hal yang menonjol karena tinggi menjulang.Â
- Bangunan bersejerah
- Batas atau tonggak
- Peristiwa penting
- Pertanda atau penanda suatu bangunan.Â
Tetapi jika kita berselancar di dunia maya ketika kita posting gambar rumah loko atau remise maka semua orang berkomentar itu Jatibarang. Jatibarang yang mempunyai peninggalan pabrik gula menjadi daya tarik sendiri baik itu wisatawan, Â fotografer, pecinta loko uap atau arsitek bangunan. Maka tak salah pula Kemenparekraf mengambil lokasi ini untuk dijadikan media promosi pariwisata Indonesia.Â
(KBC-54|Kompasianer Brebes Jateng |)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Travel Story Selengkapnya