Mohon tunggu...
Bang Auky
Bang Auky Mohon Tunggu... Freelancer - KBC 54|Kompasianer Brebes Jateng| Golet Jeneng Disit Mengko Jenang Teka Dewek

Pariwisata adalah locomotif ekonomi baru dimana banyak gerbong yang mengikuti dari UMKM, Transportasi, Pemandu Wisata, Hotel dan Restoran, Seniman, Souvenir dan mitra-mitra pariwisata yang lain.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ibu Rosida: Hidup Itu seperti Rujak Urab

14 April 2020   13:30 Diperbarui: 14 April 2020   13:57 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berjualan keliling menjajakan makanan dari satu kantor ke kantor lainnya.  Rujak urab, keraca,  pisang rebus,  ketela, ubi dan kerupuk. Tak pernah lelah dia bawa bakul dan tas jinjing walau berat bawaannya.  Bagi dia masalah orang beli itu masalah rezeki yang terpenting sudah ikhtiar keluar rumah menjajakan dagangannya. 

Dok. Pribadi
Dok. Pribadi
Rosida (55) ibu tujuh anak yang baru saja ditinggal suaminya sudah puluhan tahun berjualan rujak urab. Berbagai karakter pembeli dia sudah hafal,  dan punya langganan disetiap instansi. 

"Dari dulu sampai sekarang berjualan rujak urab seperti ini,  paling ditambah keraca dan keong kalau pas musimnya,"katanya. 

Keraca dan keong yang dia jajakan tidak seperti biasa kita makan,  tapi menggunakan bumbu urab kelapa.  Perpaduan bumbu yang pas dengan kelapa muda membuat keraca buatannya menjadi favorit para pelanggannya.

Dia yang selama ini berjualan untuk membantu ekonomi keluarga kini menjadi tulang punggung keluarga.  Suaminya baru beberapa bulan meninggalkannya karena sakit.  Kini dia harus menghidupi 4 anaknya yang masih sendiri  sebagai tanggung jawabnya. 

Dok. Pribadi
Dok. Pribadi
"Hidup seperti rujak urab ada lembayung, pare, jantung,  tauge dan kembang turi.  Kalau dimakan sendiri-sendiri tentu rasanya kurang enak. Tetapi ketika semuanya diaduk dan diberi bumbu kelapa akan nikmat sekali. Begitu juga kehidupan setiap manusia punya karakter masing-masing.  Namun ketika berkumpul dan bersama akan ramai dan penuh warna, "tambahnya. 

Dia menggambarkan diriya yang terkadang kurang direspon saat datang disuatu kantor, tetapi disatu kantor lainnya ditunggu.  Itu sangat manusiawi namanya orang usaha, Insha Allah selalu ada rezeki dimanapun.  Kalau anak-anak saya disuruh makan Allah memberikan kelarisan dagangannya.  (KBC54|Kompasiana Brebes Jateng) 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun