Mohon tunggu...
Bang Auky
Bang Auky Mohon Tunggu... Freelancer - KBC 54|Kompasianer Brebes Jateng| Golet Jeneng Disit Mengko Jenang Teka Dewek

Pariwisata adalah locomotif ekonomi baru dimana banyak gerbong yang mengikuti dari UMKM, Transportasi, Pemandu Wisata, Hotel dan Restoran, Seniman, Souvenir dan mitra-mitra pariwisata yang lain.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pernahkah Kita Berbohong pada Anak?

26 Maret 2020   09:47 Diperbarui: 26 Maret 2020   09:53 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mungkin ini pertanyaan yang agak sulit dijawab untuk orang tua.  Sedikit atau banyak (mungkin)  kita pernah melakukannya karena situasi dan kondisi saat itu. Walaupun kita tahu sama tahu itu tetap berbohong.  Terkadang kita mengalami hal ini,  dan terpaksa kita lakukan walau terjadi pertentangan batin. 

Sebagai kepala keluarga aku menerapkan management keterbukaan pada pasangan,   tentang berbagai hal.  Dari mulai makanan, hobby,  musik,  olahraga sampai sex.  Aku selalu terbuka mau pergi kemana,  dengan siapa dan pulang jam berapa.  Begitu juga sikapku kepada anak-anak. 

Beberapa contoh kebohongan yang sering tanpa sadar kita lakukan:

1. Tidak punya uang,  sering kita lakukan ketika anak-anak minta uang terus menerus dan bermaksud menghentikannya. Ketika sianak nangis akhirnya dikasih,  ini akan membuat anak tidak percaya ke orang tua.  Saya  selalu tegas kalau tidak tetap tidak,  sampai sekarang ketika anak minta uang,  aku bilang tidak punya dia percaya. 

2. Ketika kita pergi tidak mengatakan yang sebenarnya tujuan kita,  seringkali anak minta ikut ketika orang tua mau pergi,  padahal acara itu tidak diperkenankan membawa anak-anak. Saya selalu jelaskan kepada anak tujuan pergi, disana nanti situasinya bagaimana,  sehingga sianak tahu kondisinya seperti apa.  Dan masih banyak contoh-contoh lainnya. 

Terkait konteks judul diatas pernahkah kita berbohong pada anak?  Pernah,  dan mengapa harus berbohong pada saat itu? Pada saat itu saya punya anak balita,  sekali waktu saya ajak main ke alun-alun. Dia tampak gembira menikmati semua permainan yang ada disitu, lompat kesana kemari.  Setelah puas kita pulang,  dia tertidur di motor sampai rumah dengan senyum kebahagian. 

Keesokan harinya,  setiap sore dia merengek minta ke alun-alun, sekali dua kali kita penuhi karena memang ada waktu.  Tetapi pas kita ada kegiatan dia tidak mau tahu,  dia menangid sambil minta dukungan ke oom dan neneknya. Akhirnya terjadi kesepakatan ke alun-alunnya besok,  karena sekarang ayahnya ada kerjaan. 

Sambil putar otak untuk besok sore membawa anak bermain sekaligus menghentikannya. Akhirnya kutemukan cara untuk menghentikannya,  walaupun belum begitu yakin.  Pukul 13.00 WIB kuajak anakku keliling alun-alun,  tampak diwajahnya rasa kecewa. Mungkin dia pikir kok sekarang alun-alun sepi tidak seperti biasanya?  Dengan wajah lesu dia mengajak ayahnya pulang,  karena alun-alunnya sepi. 

Akhirnya trik yang kubuat berhasil menghentikan kebiasaan anakku bermain di alun-alun.  Apakah trik ini mengandung kategori berbohong?  Mari kita tanyakan pada hati kita masing-masing,  hati sebagai orang tua. (KBC-54|Kompasianer Brebes Jateng) 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun