Jakarta bagiku bukanlah sekadar kota. Ia telah menjelma menjadi memori indah bagaimana serunya bersepeda di ruas-ruas jalannya yang sebagian masih ramah. Menjelma kenangan manis saat aku berjibaku di dalam bus dan kopaja/metromini saat harus bersekolah atau bekerja. Menjelma tawa dan canda saat harus berlari di atap-atap rumah karena mengejar layangan putus yang harganya tidak seberapa.
Itulah Jakarta di mataku. Dan kalau ditanya apakah ingin ikut berpindah ke Ibu Kota Nusantara jika nantinya ibukota negara ini jadi dipindahkan. Maku aku akan menjawab dengan tegas, "Tidak!"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!