Salah satu faktor yang kadang bikin gregetan saat masih berbisnis konvensional adalah mencari orang yang mau menjadi kurir. Para UMKM sering bingung hendang menunjuk siapa karena memang tidak ada orang yang spesialis di bidang itu. Pada akhirnya, owner-lah yang harus turun tangan. Mengepak sendiri di atas motor/mobil, lalu berjalan menembus lalu lintas yang sering tidak berpihak.
Efeknya jadi capek ke seluruh badan dan semangat pun luntur. Owner yang harusnya fokus pada kualitas produk dan pengembangan bisnis, jadi malah sibuk ngurusin masalah pengiriman. Benar-benar tidak efektif dan lambat laun bisnis pun menjadi meredup. Satu persatu, para pelaku UMKM mulai menarik diri dari dunia bisnis. Sementara itu, bisnis pengiriman ekspres dan e-commerce menjadi pusat perhatian.
Transaksi bisnis online masih didominasi oleh UMKM yang jumlahnya mencapai 75% dari total penjualan online. UMKM saat ini jelas akan menyelamatkan Indoensia dari krisis ekonomi. Peran bisnis online dan logistik pada masa yang akan datang harus lebih melibatkan UMKM sebagai motor utama penggerak dari kelesuan ekonomi di Indonesia.
Kepala Cabang JNE Bandung, Yus Rustandi, mengatakan bahwa e-commerce dan jasa logistik adalah dua sektor usaha yang saling membutuhkan satu sama lain. Bagi JNE sendiri, kontribusi e-commerce bahkan bisa mencapai 60%-70% dari kapasitas pengiriman JNE secara nasional yang mencapai rata-rata 18 juta paket per bulan. Bandung pun menyumbang paket keluar lebih banyak dibandingkan paket yang masuk.
"Ini menunjukkan bahwa Bandung menjadi salah satu supplier terbesar bagi pasar e-commerce," ujarnya. Para pelaku UMKM itu, sudah selayaknya disematkan label sebagai local hero. Salah satunya adalah NIION, tas lokal Bandung yang omzetnya sudah mencapai Rp 300 juta per bulan. Capaian ini diraih berkat penjualan yang sudah mencapai seluruh Indonesia secara online. Bahkan, 10 persennya mencapai pasar internasional.
BELAJAR DARI NIION, TAS BRANDED ASAL BANDUNG
Perjalanan NIION dimulai pada tahun 2013, dari mimpi seorang Adit Yara yang sering memperhatikan keseharian orang-orang di Singapura. Ya, mereka itu kalau weekday pasti cenderung memakai tas branded, sedangkan saat weekend hanya menggunakan tas yang simpel tetapi tetap elegan. Berdasarkan pengalamannya sebagai desainer interior Charles and Keith, ia pun mulai mendesain tas sendiri.
Dengan modal 20 juta, Adit akhirnya membuat tas yang diberi label NIION. Tagline-nya adalah 'Carry Your Fun', artinya sebagai pembawa kebahagiaan bagi siapapun yang memakainya. Sebagai secondary bag, NIION harus menjadi produk inovatif di kelasnya yang diproyeksikan menjadi pelengkap bagi primer bag. Dan Adit berhasil, meskipun harus butuh dua tahun bagi NIION untuk bisa dikenal.
NIION saat ini telah mampu memproduksi tas 36 ribu potong per tahun. Oleh Majalah Hai, NIION dimasukkan sebagai salah satu dari lima brand lokal yang memiliki koleksi waist bag yang keren dan berkualitas. Anak-anak muda saat ini memang selalu ingin tampil stylish dengan waist bag dan beberapa dari mereka begitu peduli dan bangga dengan brand lokal.
NIION bekerjasama dengan JNE untuk bisa mengirimkan produknya ke berbagai daerah di seluruh Indonesia. Sistem kerjasama yang digunakan adalah fulfillment logistic yang telah sukses dikembangkan di Bandung. Jadi, JNE menyediakan gudang/warehouse yang bisa digunakan para UMKM untuk menyimpan stok produknya. Kalau ada permintaan, JNE akan langsung mengepak dan mengirimkannya.
Simpel dan memudahkan. Para kreator seperti Adit, tidak lagi dipusingkan oleh masalah pengepakan sekaligus pengiriman. Semua itu bahkan sudah tercatat dengan rapi oleh JNE, jadi Adit tinggal membaca laporannya saja. Produk sling bag-nya NIION yang lagi digandrungi generasi millenial lambat laun makin dikenal secara luas, bahkan hingga ke pasar Eropa.
Spesifikasi dari produk NIION sendiri kebanyakan berupa sling bag, sisanya berupa backpack, tas laptop, triffle, dan lain-lain. Berkat keunikan dan segala inovasinya, gak heran kalau NIION berhasil terpilh menjadi salah satu produk terbaik pada ajang Jakarta Fashion Week 2016. Adit mengakui bahwa NIION ingin dikenal sebagai tas urban traveler, cocok buat mereka yang hobi jalan-jalan dengan tas yang sesimpel mungkin.
Kualitas NIION benar-benar dijaga dan bahkan sudah menerapkan green attitude, yaitu dengan mengurangi kombinasi bahan, mengurangi aksesoris yang digunakan, tahan lama, terbuat dari bahan ramah lingkungan, dan dapat dipakai kembali. Saat ditanyakan apa keunggulan NIION, Adit menjawab, "Dapat dilipat, memiliki banyak warna, dapat digunakan dalam berbagai gaya, dan tahan cipratan."
CARA UMKM TEMBUS PASAR INTERNASIONAL
NIION telah berhasil membuktikan bahwa UMKM bisa menembus pasar internasional. Dalam waktu dekat, Adit bersama timnya akan berangkat ke Eropa untuk memperkenalkan NIION. Brand lokal Bandung ini adalah local hero karena ada banyak SDM yang berhasil diserapnya. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) seperti NIION jelas mengambil peran cukup besar sebagai penggerak roda perekonomian nasional.
Menurut Asosiasi Usaha Mikro Kecil dan Menengah Indonesia (Akumindo), kontribusi UMKM terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional diprediksi akan terus tumbuh hingga 5 persen di tahun 2019. Tahun lalu, kontribusi UMKM terhadap (PDB) mencapai sekitar 60,34 persen. Diperkirakan untuk tahun ini bisa mencapai angka 65 persen atau sekitar Rp 2.394,5 triliun. Duh, keren pisan ya.
Bandung jelas menjadi salah satu daerah yang terkenal dengan tingginya pelaku UMKM. Data terkini, terdapat 300 ribuan UMKM di kota kembang itu. Produk UMKM yang banyak diproduksi di Bandung adalah hasil industri kreatif seperti fesyen, kecantikan, kerajinan tangan, hingga aneka makanan dan minuman. Semua produk tersebut diminati tak hanya di pasar nasional tetapi juga masuk ke pasar global.
Agar bisa berkembang seperti NIION, UMKM tersebut perlu mendapat perhatian lebih. Cara berjualan secara konvensional (offline) yang masih dilakukan oleh sebagian UMKM itu, harus mulai dialihkan secara online agar bisa bersaing di pasar internasional yang sudah masuk era industri 4.0. Hal ini tentunya membutuhkan keterlibatan dari pemerintah dan instansi terkait.
Sebagai bentuk dukungan terhadap pertumbuhan UMKM, itulah mengapa JNE menggandeng Kompasiana menggelar JNE Kopiwriting "Menentukan Strategi yang Tepat di Pasar Internasional bagi UMKM" yang baru saja digelar di One Eighty Coffee Bandung pada hari Kamis (18/7/2019) kemarin. Kegiatan di Bandung ini merupakan pembuka dari JNE Kopiwriting yang akan diadakan di 6 kota besar di Indonesia.
Selain Bandung, JNE Kopiwriting secara berturut-turut akan diadakan di Padang, Banjarmasin, Malang, Yogyakarta, dan Cirebon. "Pertumbuhan positif ekonomi digital menuntut inovasi dan strategi (yang matang). Oleh karena itu, JNE pun terus mengembangkan diri, agar kebutuhan pengiriman masyarakat dapat terpenuhi pada setiap aktivitas pengiriman paket," ungkap Hasmeliyani Suseno, Deputy GM JNE.
Para kreator tidak perlu lagi memikirkan masalah pengepakan atau distribusi barang karena sudah ada fulfillment logistic yang ditawarkan JNE. Biarlah mereka terus mengembangkan produknya agar berkualitas bagus. Adit Yara, sebagai salah satu kreator, telah membuktikan bisa fokus dan konsisten dalam berbisnis dan menghasilkan produk NIION dengan nilai lebih dibanding produk yang sudah ada di pasaran.
"Strategi yang tidak kalah penting adalah mencari jasa pengiriman logistik yang qualified. Mereka ada di seluruh kota di Indonesia dan bisa ke ranah internasional, serta mempunyai value yang bagus di mata masyarakat," ujar Adit menutup diskusi. Ya, logistik telah menjadi bagian dari gaya hidup era digital. Di sinilah peran penting JNE sebagai perusahaan nasional yang pada bidang usaha jasa pengiriman dan pendistribusian.
JNE berperan aktif mendukung kemajuan UMKM lokal untuk dapat menciptakan produk inovatif yang berdaya saing, mengikuti tren, membuka pasar yang lebih luas dengan pemanfaatan teknologi digital, dan memiliki pemasaran hingga ke tingkat global. JNE telah memperluas bidang usahanya hingga jasa pengiriman makanan khas daerah (PESONA), jasa kepabeanan, penjemputan di bandara, dan pengiriman uang/money remittance.
Pada akhir tahun 2012, JNE memisahkan divisi logistik menjadi unit usaha tersendiri dan terpisah dari unit kurir ekspres. Mulai tahun 2013, JNE telah siap berekspansi di bidang logistik, dengan berfokus pada layanan yang mencakup pergudangan, kargo, pengiriman jalur darat, sea freight, dan air freight. Pada tahun 2014, JNE mempersiapkan JNE E-Commerce dan melakukan optimalisasi Mobile Applications.[]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H