Aku menatap wajah Bapak, butuh penjelasan lebih lanjut. Bapak menarik napas sejenak, "Ibu ternyata tidak hamil, Rin." Tulang-tulangku lolos begitu saja satu persatu dari persendianku. "Ibu mengalami hamil anggur," lanjut Bapak. Aku pun diam terduduk. Angin seolah-olah berhenti dan menghilang dari peredaran. Sepi, tidak ada gerakan. Di meja dapur, martabak telor dan sate ayam masih menunggu untuk dibuka.[]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H