Butir-butir pasir berserak di pantai
saksi bisu segala apa yang pernah datang dan menghilang
padanya tersimpan beribu cerita tentang rindu dan cintaku
tentang keabadian kisahnya, bagai kisah laut dan pantai.
"Butir-butir Pasir Berserak di Pantai" karya Beni Guntarman
Sosok itu mencengkeram pasir yang hangat dengan jemari kakinya. Pandangannya lepas pada garis laut yang begitu tegas terhadap angkasa. Sabtu itu begitu sempurna saat dirinya tiba di Teluk Penyu, Cilacap. Bersama kawan-kawan blogger dari Kompasianer Bandung, dia hadir meramaikan pantai. Jika secara umum sudah mengenal bahwa tubuh manusia membutuhkan vitamin A, B, C, D, E, dan K, ternyata tidak cukup. Masih ada vitamin lain yang begitu dirindukan. Itulah Vitamin Sea yang begitu menyegarkan tubuh, khususnya bagi mata dan hati. Orang gunung sudah jelas rindu pada pantai, karena orang pantai saja tidak bosan berada di pantai.
Hanya saja tidak banyak yang paham bagaimana menjaga pantai. Pantai seperti halnya alam lain yang sudah diciptakan Sang Maha dengan begitu indah, memang tidak perlu ditambah-tambahi keindahannya. Hanya perlu sentuhan sedikit dengan kekuatan seni yang ada pada manusia, sehingga bisa memparipurnakan pantai.
Dengan begitu percayalah pada magnet yang membuat orang berduyun-duyun untuk menjamah keindahannya, dari pagi hingga ke pagi lagi. Kalau sudah begitu, apa yang bisa menahan jumlah manusia yang terus bertambah dari sampah-sampahnya? Sudah lagi sampah yang dihasilkan oleh penduduk setempat, berdatangan para turis jelas akan menambah sampah baru. Apa yang harus dilakukan demi mendapatkan rasa santai di pantai?
Mungkin itulah yang menggerakkan Kementerian BUMN untuk membuat program BUMN Hadir untuk Negeri dengan cara membersihkan 5 (lima) pantai secara serentak pada hari Sabtu, 10 Desember 2016. Bukan kebetulan kalau sosok itu dan kawan-kawan Kompasianer Bandung kebagian meramaikan di Teluk Penyu, Cilacap, Jawa Tengah. Tidak mudah untuk dapat hadir di sana. Perlu waktu 10 jam perjalanan dari Bandung yang penuh dengan perjuangan. Jalan macet di kota Bandung, lalu tanah longsor di daerah Nagrek, hingga perbaikan jalan di sekitar Malangbong. Lengkap sudah perjuangan 7 (tujuh) Kompasianer Bandung di dalam mobil yang per-nya sudah tidak sempurna. Sungguh hebat stamina Kang Fauzi yang siap menjadi sopir nonstop tanpa berkeluh kesah. Sebuah sifat kebersamaan yang patut dicontoh.
Sebenarnya untuk bisa santai di pantai begitu mudah. Intinya adalah kesadaran diri. Kuncinya adalah tidak menambah masalah baru. Tidak hanya ditujukan pada masyarakat setempat yang hidup dari profesinya sebagai nelayan atau berjualan pernak-pernik di tepi pantai, tetapi juga bagi para pendatang atau wisatawan. Semua bekerja sama dengan baik dan benar. Ikatan itu tentu akan lebih indah jika didukung oleh perusahaan yang memiliki dana berlebih melalui program CSR-nya.
Taksalah kalau pada hari Sabtu itu, PT Pertamina (Persero) menyelenggarakan program Pemberdayaan dan Pembersihan Pantai Kampung Nelayan di lima lokasi secara serentak demi merayakan hari ulang tahunnya yang ke-59. Lima lokasi yang dimaksud selain Teluk Penyu adalah Pantai Kampung Bugis di Kepulauan Riau, Pantai Mutiara Hijau di Indramayu, Pantai Grand Watu Dodol di Banyuwangi, dan Kampung Atas Air di Balikpapan.
Diperkirakan ada sekira 4000 orang yang terlibat dalam aksi tersebut. Di Teluk Penyu Cilacap sendiri melibatkan sekira 1000 orang, termasuk Menteri BUMN Rini Soemarno dan Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto. Beberapa BUMN lain yang ikut berperan serta adalah Pelindo I, II, III & IV, BRI, Pusri, BNI, Telkom, Antara, Inti, dan DRU. Rini Soemarno memberikan apresiasinya karena program tersebut sejalan dengan Nawa Cita Presiden untuk menumbuhkan perekonomian di wilayah pesisir. “Sinergi BUMN Hadir untuk Negeri yang dilakukan hari ini merupakan langkah kecil yang sangat sejalan dengan semangat besar Presiden RI untuk menciptakan Poros Maritim di Indonesia, yang salah satunya menekankan kepada upaya untuk menghidupkan perekonomian berbasis pesisir. Oleh karena itu, kami sangat mengapresiasi semua pihak yang terlibat,” kata Rini.
Sosok itu merasa bahagia bahwa pemerintah melalui Kementerian BUMN tidak lepas tangan. Tidak hanya mendirikan perusahaan di daerah Teluk Penyu, tetapi mereka juga turut memberdayakan masyarakat dan lingkungan sekitarnya. “Kesadaran masyarakat untuk menjaga kebersihan lingkungan pantai masih perlu ditingkatkan dan program Pemberdayaan dan Pembersihan Pantai Kampung Nelayan yang mengedukasi langsung masyarakat nelayan ini adalah salah satu jawabannya. Perusahaan di bawah Kementerian BUMN memiliki tanggung jawab lebih untuk ikut memberdayakan masyarakat nelayan di sekitar wilayah operasinya,” ujar Dwi. Ya, setuju.
- Pergilah ke pantai, jangan ke gunung. Namanya juga ingin santai di pantai, ya jangan pernah coba-coba untuk pergi ke gunung. Kalau sudah terlanjur, itu namanya bergelung di gunung.
- Jagalah kebersihan. Ini sudah sering digaung-gaungkan dari tingkat pendidikan TK/PAUD. Lucu kalau tidak mengerti juga. Ingatlah, kalau tidak mampu memungut sampah yang berserakan, paling tidak jangan menambah sampah lagi.
- Budayakan gerakan memungut sampah seperti yang telah dilakukan oleh Pemkot Bandung dan warganya dengan Gerakan Pungut Sampah. Inilah budaya yang harus disebarkan di seluruh Indonesia. Semua unsur masyarakat terlibat. Inilah bukti masyarakat yang aktif, tidak hanya berpangku tangan, tetapi juga langsung bergerak memungut sampah yang sudah terlanjur ada.[]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H