Mohon tunggu...
Bang Aswi
Bang Aswi Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger Bandung | Kompasianer Bandung

Seorang penggila olahraga, tukang ulin, dan desainer yang menggemari dunia kepenulisan. Aktif sebagai pengurus #BloggerBDG dan konsultan marketing digital | Kontak: bangaswi@yahoo.com | T/IG: @bangaswi ... ^_^

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Takjub di Pabrik TVS Motor Company Indonesia

15 September 2016   15:57 Diperbarui: 15 September 2016   16:12 579
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ini masih gagap tahap kedua. Masih di hari Selasa, 23 Agustus 2016. Jakarta, kota metropolitan yang padat dan macet di pagi hari sehingga memaksa tangan kiri sosok itu harus lebih banyak lagi memegang erat koplingnya kalau tidak mau mesin mati. Belum ada sejam sudah banyak pengalaman mengendarai TVS Apache 200, padahal baru dari belakang PGC ke depan PGC. Setelah beres mengisi bensin, perjalanan dilanjutkan ke pinggir kota. Melewati Rawamangun hingga tahu-tahu sudah ada di Bekasi. 

Ya, jalan sudah tidak dipedulikannya lagi, yang penting pandangan harus melihat pada motor di depan dengan helm berstiker TMC Jakarta, supaya tidak ketinggalan atau dijamin bakal kehilangan arah. Benar saja, ada satu rombongan yang tertinggal dan terpaksa melewati jalur lain. Dan kejadian uniknya, salah satu personel turing terpaksa diberhentikan polisi yang memang ada di beberapa titik melakukan razia. Nasibmu, Dzul.

Setelah Bekasi, rombongan langsung menyusuri Kali Malang melewati Jln. Raya Peruri. Sampai di sini masing-masing bisa menjajal kecepatannya sepuas yang dimaui. Begitu pula saat sebelumnya setelah kantor DPRD Kab. Karawang, motor yang dibawa dijajal lagi kecepatannya menyusuri Jln. Ahmad Yani, Jln. Tuparev, dan Jln. Wirasaba karena jalannya yang lurus memanjang dan agak lowong. Sosok itu sendiri juga mencobanya meski ternyata hanya mampu di maksimal 100 km/jam. Mentalnya belum siap untuk lebih dari itu. Tapi, percaya deh kalau Apache tunggangannya memiliki kapasitas yang bisa lebih dari itu. 

Tidak berat, asyik dibawa zigzag, dan ban pirellinya menyelamatkan dirinya saat sempat slip. Asli deg-degan tapi setelahnya malah dibawa senang. Belum terlalu menyatu antara jiwanya dengan mesin yang dibawanya. Joe Taslim sudah dikabarkan meninggalkan pabrik, ada rasa kecewa sebenarnya karena faktor keberangkatan yang agak siang. Ya, aktor laga Indonesia itu memang seharusnya bisa bertemu dengan para blogger Kompasiana, apalagi beliau didaulat sebagai brand ambassador Apache RT 200. Apa daya, jadwalnya begitu ketat dan tidak bisa menunggu para blogger yang masih di jalan.

Hingga akhirnya Jln. Raya Peruri habis dan menemui simpang lima, rombongan pun langsung memasuki kawasan Suryacipta City of Industry. Inilah kawasan padat akan industri di Indonesia. Ada banyak pabrik ternama di sini. Sosok itu kemudian diajak melewati Jln. Surya Utama yang lagi-lagi agak lowong. Kecepatan dipacu lebih tinggi lagi dan mengasyikkan. Masing-masing personel jelas tidak menyia-nyiakan kesempatan, hingga sampai di PT Aneka Boga Nusantara langsung berbelok ke kanan memasuki Jln. Surya Madya III. Jalan sedikit lalu kembali berbelok ke kiri ke Jln. Surya Madya. 

Akhirnya bertemulah sebuah pabrik yang memang menjadi tujuan, PT TVS Motor Company Indonesia. Inilah pabrik yang dijadikan pusat TVS untuk kawasan Asia Tenggara. Di sana dibangun fasilitas manufaktur terintegrasi yang berhubungan dengan produksi mesin, produksi kendaraan, pengetesan, dan juga fasilitas pengecatan. Kapasitas produksinya konon mencapai 150-200 unit sepeda motor dalam satu hari.

jalan-20-57da6200f37e61c7433fa3ef.jpg
jalan-20-57da6200f37e61c7433fa3ef.jpg
Rasa lelah langsung menguap begitu motor selesai dimatikan dan diparkir rapi. Sosok itu berjalan bersama menuju kantin pabrik. Waktu sudah menunjukkan pukul 14, sudah lewat untuk makan siang. Namun perut harus diisi dan tidak boleh telat, begitu juga dengan rasa dahaga yang sudah menyerang dari tadi. Alhamdulillah, menu ala Jepang tersaji begitu menggoda. Dia heran entah mengapa bukan menu India yang harusnya menyapa matanya. Takapalah, asal perut penuh dijamin aktivitas berikut dijamin menarik. 

Sebelum makan, diupayakan untuk shalat terlebih dahulu. Ini lebih menenangkan hati dan setelahnya menenangkan perut. Istimewa. Dan setelah semuanya beres makan dan shalat, rombongan blogger langsung memasuki pabrik yang di atas gerbangnya terdapat logo kuda mabur berwarna merah. Gagah perkasa.

Para blogger langsung disuguhi oleh beberapa produk motor yang diproduksi TVS. Selain Apache RTR 200, ada juga RTR 180, Apache RTR 160, Max 125 (Sport/Semi Trail), motor bebek Neo XR, Rockz, Tormax, dan motor matic Dazz. Semuanya unik. Namun yang menjadi perhatian adalah Rockz. Mengapa? Motor bebek 125 cc ini memiliki fitur tambahan yang takpernah disangka, yaitu adanya fitur MP3 Player yang berada tepat di bawah panel kemudi, selain tentu saja juga ada lubang untuk nge-charge HP. Bermotor seolah menjadi terasa lebay dengan adanya alat musik ini. 

Tapi selalu saja ada pemotor yang memang suka bermusik ria di jalan raya. Di Bandung ada beberapa tapi dengan sound system yang jauh lebih besar karena dipasang sendiri. Rhoma Irama pun bergema di sepanjang jalan raya. Satu hal yang harus dicatat saat memasuki pabrik motor adalah ... tidak boleh memotret. Biarkan petugas khusus yang melakukan itu semua. Mohon dimaklumi saja, namanya juga rahasia perusahaan.

ADA APA DI PABRIK TVS?

Sosok itu langsung menatap takjub pada daleman pabrik yang berdiri di atas tanah seluas 20 hektar ini. "Begini rupanya isi dari pabrik motor itu," bisiknya manggut-manggut. Beberapa peti sudah tersusun rapi, katanya sih bakal dikirim ke luar negeri. Lho kok bisa? Ya, TVS Motor Company adalah salah satu perusahaan manufaktur roda dua terbesar di India dan 10 besar di dunia. TVS Motor Company memiliki 3 pabrik kelas dunia. Dua ada di India, dan satu lagi ada di Indonesia, ya di Karawang ini. 

Sepeda motor yang diproduksi terdiri atas satu line untuk impor dan 1 line ekspor. Pembagian persentase komposisinya adalah 40 persen untuk domestik dan 60 persen untuk ekspor. Negara-negara di Asia yang dituju adalah Myanmar, Philipina, Laos, Iran, dan negara-negara di luar Asia adalah Maladewa, Burkina, Pantai Gading, dan beberapa lainnya. Nah, peti-peti itulah yang nantinya akan menjadi 1.000-2.000 unit motor bebek dan sport seperti TVS Rockz atau Sport Apache. Wow!

Pengujiannya pun bukan main-main. Sosok itu melihat dengan kepala sendiri bagaimana ada motor diuji dengan jarak yang mencapai seribu kilometer dengan kecepatan tinggi, lalu ada motor yang diuji dengan medan tidak rata untuk jarang seribu kilometer juga. Begitu pula dengan pengujian shockbreaker atau mesin yang sering diserang debu pasir. Semua ada pengujiannya tersendiri. Perakitannya pun bergerak sesuai aturan dan serba cepat. Sebagian dikerjakan manusia, sebagian lagi dikerjakan robot. 

Begitu pula dengan pengecatan yang membutuhkan ruangan khusus. Benar-benar mengesankan. PT TVS Motor Company Indonesia berkomitmen menyediakan proses manufaktur kelas dunia berkualitas ekspor dengan memiliki kandungan lokal 65% seperti plastik, fabrikasi, dan part aluminium. Wajar saja kalau tagline TVS saat ini adalah Motor India Kualitas Dunia. Mengapa? Ini karena TVS sering disimpulkan sebagai motor dari Cina. Mereka tampaknya ingin lepas dari bayang-bayang itu, plus menunjukkan kalau TVS juga mudah untuk aftersalesnya.

jalan-21-57da622a0f937344456eb15d.jpg
jalan-21-57da622a0f937344456eb15d.jpg
Kepuasan total para pelanggan adalah yang harus diperhatikan. Keunggulan produk-produk PT TVS Motor Company Indonesia terletak pada desain dan pengembangan produk barunya. Wajar kalau mereka kemudian diberi penghargaan Deming untuk Total Quality Management dari Union of Japanese Scientists & Engineers dan TPM Excellence Award dari Japan Institute of Plant Maintenance. 

Kalau di dalam negeri, TVS berhasil mendapatkan penghargaan dari OTOMOTIF AWARD 2013 untuk kategori Best Sport di kelas Sport 160-180cc. Mereka terus berusaha menghasilkan sepeda motor yang inovatif, mudah dikendarai, dan ramah lingkungan. Untuk aftersalesnya, TVS mempunyai jaringan servis yang berada di dekat konsumen. Konsepnya sederhana, yaitu 3S (Sales, Service, dan Sparepart). Hanya saja, perjuangan mereka masih sangat panjang, karena harus mengubah mindset masyarakat bahwa motor bagus dan berkualitas itu tidak melulu harus dari Jepang atau Eropa. Semoga saja.

Oya, satu hal yang membuat sosok itu berkesan adalah mushalanya. Besar sekali. Bentuknya tidak mirip dengan mushala pada umumnya, hanya berupa bangunan kotak tapi tanpa dinding di tiga sisinya. Satu dinding sebagai bagian dari arah kiblat. Karpetnya bersih. Tempat wudhuya juga unik, tanpa bangunan terkecuali hanya pipa-pipa air yang langsung bermuara pada kran. Tanpa dinding inilah yang membuat suasana di dalam mushala begitu adem dan nyaris membuat mata terpejam. Bisa jadi dibuat demikian biar terlihat dari mana saja dan tidak ada kesempatan untuk kabur dari tempat kerja padahal tidur di mushala hehehe....[]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun